Samudra Pasai, Kerajaan Aceh dalam Perjalanan Marco Polo
Historia | 2025-10-06 10:53:21
Keberadaan Samudra Pasai menjadi salah satu awal mulanya sejarah terbesar di Indonesia, mengenai kerajaan Islam pertama di Nusantara. Bukti-bukti telah ditemukan mulai dari hikayat para raja dan catatan penemuan lewat pendatang-pendatang asing dari berbagai negara. Adapun salah satu tokoh asing yang melewati Aceh Darusalam adalah Marco Polo asal Italia. Beliau melewati berbagai tempat di dunia termasuk pulau Sumatra yang merupakan bagian dari Aceh. Sebelum tiba ke Aceh, Marco Polo lebih dulu melintasi Tiongkok yang saat itu berada dibawah kepemimpinan Kubilai Khan. Pada sebuah catatan tertulis bahwa rombongan Marco Polo mengunjungi enam kerajaan diantaranya, Pereulak, Barus, Pasai, Pedir, dan Lamuri.
Tokoh yang mengunjungi Aceh Darusalam ternyata bukan hanya Marco Polo, melainkan tokoh Islam terkemuka juga berkunjung ke Aceh yaitu Ibnu Batutah berasal dari Maroko. Beliau diutus langsung oleh Sultan Abu Iban untuk melakukan perjalanan ke wilayah atau negeri di bagian Timur. Dalam dua puluh empat tahun beliau mendatangi Mekkah untuk menunaikan ibadah haji. Selanjutnya, perjalanan menuju India, Tiongkok, dan sampai ke Pulau Sumatra yang beliau sebut sebagai kawasan Jaziratul Jawah. Pulau ini, diceritakan oleh beliau memiliki kekayaan alam melimpah seperti hasil bumi berupa timah dan emas. Laksamana Tiongkok juga yang beragama Islam mengatakan hal yang sama bahwa kawasan Samudra Pasai kaya akan sumber daya alam. Karena, beliau juga turut mengunjungi Aceh bersama Ma Huan pada 1405.
Kerajaan Samudra Pasai, didirikan oleh Sultan Malikussaleh di abad ke-13 Masehi setelah Kerajaan Sriwijaya hancur. Abad ke-14 kerajaan ini menjadi bandar perdagangan internasional yang sangat berkembang dan telah memiliki mata uang hingga beredar atau dikenal dengan mata uang dirham. Adapun lingkungan sosial dan keagamaan kerajaan sebagian besar telah memeluk Islam. Sultan Malikudhdhahir mempunyai dua orang putra dari hasil pernikahannya dengan Puteri Ganggang Sari dari Kerajaan Pereulak.
Selain sejarah mengenai Samudra Pasai, pada masa kerajaan ini juga dikenal dua pemimpin wanita yaitu Sultanah Nahrisyah yang merupakan keturunan Sultan Malikussaleh. Satu ratu lagi yaitu Ratu Al A'la yang diangkat saat terjadinya ekspansi Kerajaan Majapahit ke Samudra Pasai. Babak akhir dari Kerjaan Samudra Pasai saat terjadi pertikaian Zainal Abidin dan Zainudin. Zainal Abidin meminta dukungan serta bantuan pada Sultan Malaka. Ketika Portugis akan menyerang Malaka pada tahun 1511 dan singgah di Kerajaan Samudra Pasai, Sultan tersebut tidak dapat membendung pendaratan bangsa Portugis sehingga tahun 1521 Kerajaan Samudra Pasai dikuasai oleh Portugis. Pada tahun 1524 Sultan Mughayat Syah telah mengusir Portugis dari Pasai dan panglimanya. Akhirnya, Kerjaan Samudra Pasai tidak terbentuk lagi menjadi kerjaan berdaulat, namun menjadi bagian dari kerajaan Aceh Darusalam pada abad ke -16 Masehi.
Referensi. Album Nisan Samudra Pasai (Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan)
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
