Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Robin sah

Kampus Penyebar 'Suluh' di Indonesia

Eduaksi | Saturday, 26 Feb 2022, 16:27 WIB

Tahukah Anda, di tengah kemajuan tekhnologi seperti saat ini. Di kejauhan sana, ada sekelompok manusia yang cara mandi yang benar saja mereka tidak tahu?

Lebih memprihatinkan, gaya hidup mereka masih nomaden. Alias mengembara. Pindah dari satu hutan ke hutan yang lain, untuk sekedar mencari makan guna menyambung hidup keluarga.

Mereka tinggal di tengah hutan. Jauh dari keberadaban, sebagaimana orang-orang pada umumnya. Inilah suku Tugotil. Suku yang berada di pedalaman Halmahera, Maluku Utara.

Berkat sentuhan ustadz Nur Hadi mulai beberapa tahun silam, lambat laun, suku Tugotil ini mulai terbina. Tidak hanya pola hidup, tapi juga akidah mereka. Yang semulanya menganut aliran animisme, kini sudah banyak yang bersyahadat, memeluk Islam.

Pembinaan demi pembinaan terus dilakukan oleh ustadz Nur Hadi dan kawan-kawan hingga sekarang. Bahkan, di antara generasi muda dari suku Tugotil ini, sudah ada yang mengenyam pendidikan. Mudah-mudahan ini menjadi titik perubahan dari suku Tugotil.

Alumni STAIL

Ustadz Nur Hadi merupakan lulusan Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL), Surabaya. Tepatnya pada tahun 2010 silam. Ia yang berasal dari Pemalang, Jawa Tengah, memilih berjuang mendampingi suku pedalam, karena keterpanggilan hati, melihat mereka jauh dari peradaban, khususnya nilai-nilai Islam.

Ustadz Nur Hadi, merupakan satu dari sekian alumni Sekolah Tinggi Agama Islam Luqman al-Hakim (STAIL) Surabaya, yang memilih jalan hidup 'langka.' Yaitu, lebih memilih mengabdikan diri di pedalaman Nusantara.

Selain sosok ramah tamah ini, masih banyak lagi alumni yang tersebar di seluruh nusantara. Mulai dari Aceh, sampai Papua.

Kesiapan para dai dalam mengemban amanah ini, tidak lepas dari didikan yang berlangsung di STAIL Surabaya.

Dalam masa kuliah, para mahasiswa tidak hanya dididik secara intelektualitas saja, namun juga mental dan spiritual.

Intelektualitas diasah, agar mereka memiliki bahan untuk disampaikan kepada masyarakat, ketika tengah terjun ke gelanggang. Maka kombinasi kurikulum yang memadukan program studi (Ekonomi Syariah, KPI, MPI,dan PGMI) pilihan mereka dengan muatan agama (diniah) menjadi bahan ajar yang diberikan.

Adapun mental, dibina agar mereka kuat menahan segala tantangan. Termasuk ketika harus membina daerah-daerah terpencil, tak terkecuali suku pedalaman. Terang ini membutuhkan mental baja.

Melalui berbagai tugas-tugas yang diamanahkan semasa kuliah, forum diskusi dengan para senior yang lebih dahulu terjun di pedalaman, latihan pidato/khuthbah, merupakan ikhtiar dalam pembentukan mental itu tadi.

Adapun pembinaan spiritual, itu sangat diperlukan, guna meneguhkan diri dalam menjalankan tugas, dan juga sebuah upaya untuk mengundang pertolongan Allah dalam setiap menjalankan amanah.

Pembiasaan sholat jamaah, tahajjud, wirid pagi dan petang, sholat sunnah, puasa sunnah, membaca al-Qur'an, adalah amalan-amalan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk menjaga spiritualitas agar terus on.

Kota Sampai Tinta...

Bukan hanya daerah pedalaman yang menjadi fokus STAIL Surabaya dalam menyebarkan alumninya. Namun kota-kota besar juga menjadi sasaran. Sebab bagaimana pun, kota metropolitan sekalipun sangat butuh akan 'penerangan' cahaya Islam.

Sesuai dengan garapannya. Di perkotaan, alumni STAIL tidak hanya aktif dalam mengisi kajian keislamna di masjid-masjid. Bahkan di antara mereka ada yang mengisi televisi (daerah), radio, dan sebagai wartawan media Islam.

Inilah STAIL Surabaya. Terus berupaya 'mengerajin' 'suluh' untuk memberi pencerahan dan kemanfaatan di tanah air.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image