STAIL dan Peradaban Literasi
Eduaksi | 2022-10-19 10:57:56Terkait minat baca masyarakat di negara kita tercinta ini, memang cukup memprihatinkan. Perhatikan data berikut; Menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1,000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca!
World's Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61).
Menyedihkan membaca data di atas. Persoalannya, Indonesia merupakan penduduk mayoritas muslim terbesar di dunia. Sedangkan Islam, sejak awal munculnya, sangat menekankan hal ini, membaca.
Terbukti ayat pertama yang turun dari al-Qur'an adalah tentang perintah untuk membaca. Yaitu 'iqro'' yang artinya; bacalah. Dalam kajian struktur bahasa Indonesia, membaca/bacalah terkategori kata kerja transitif alias butuh objek. Namun dalam ayat yang termaktub dalam surat al-'Alaq itu, untuk objek dihilangkan. Menurut para ulama, hal ini memiliki fungsi akan luasnya objek yang harus dibaca. Tidak terfokus pada satu/dua/tiga aspek saja.
Rekaya 'Sosial'
Guna melakukan perubahan sosial, perlu dilakukan rekayasa sosial pula. Dari skup yang terkecil. Misal keluarga. Lebih besar lagi, institusi. Terutama pendidikan. Pihak-pihak pemegang kebijakan patutlah merekayasa bagaimana terbangunnya budaya membaca ini.
Hal ini yang terbangun di STAIL, kampus IV, program takhasus. Mahasiswa diwajibkan untuk membaca. Dikumpulkan di ruang utama. Mereka untuk membaca buku, majalah, dan sebagainya.
Tidak cukup di situ. Di penghujung acara, mahasiswa diminta untuk memaju dan mempresentasikan apa yang telah mereka baja di depan teman-temannya. Dan tentu saja di luar program ini, masih banyak terdapat tugas-tugas yang menuntut mereka untuk membaca dan menulis. Seperti makalah dll.
Membayangkan bila kegiatan ini telah berjalan secara alami. Setiap individu telah memahami dan tumbuh kesadaran akan pentingnya membaca. Sehingga falsafah 'teman terbaik duduk di sepanjang masa adalah buku' benar-benar teraplikasi. Rasa-rasanya, sinar generasi unggul itu sudah mulai terbit.
Dari peradaban literasi itulah, generasi unggul akan muncul. Jangan pernah bermimpi untuk melahirkan generasi hebat, manakala generasi yang ada lebih sibuk merawat apa yang di atas kepala (rambut), ketimbang apa yang ada di dalam kepala (otak/literasi).
Mari kita rekayasa terbentuknya peradan literasi ini. Di mana nampak apa yang dibaca, diposting, didiskusikan, hatta di warung kopi (warkop) adalah buku/ilmiah.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.