Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Taufik Akbar

Covid Naik Lagi, Bagaimana Nasib PTM?

Lomba | Friday, 25 Feb 2022, 15:26 WIB
foto/ilustrasi PTMT: dokumen pribadi

Awal tahun baru 2022, perkembangan situasi pandemi covid-19 yang terkendali menumbuhkan optimisme untuk bersama memulihkan berbagai sektor kehidupan. Selain sektor ekonomi, pendidikan menjadi prioritas setelah sekian lama pembelajaran daring. Pemerintah melalui SKB empat menteri telah membolehkan sekolah-sekolah untuk kembali memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM) mulai semester genap atau sejak bulan januari 2022,

Meski masih dalam kerangka pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) 100%, namun kebijakan PTM tersebut seolah menghidupkan kembali sekolah dan siswa dari mati suri. Geliat kehidupan anak sekolah kembali mewarnai dan mencerahkan harapan orang tua, masyarakat dan pemerintah. Sektor ekonomi pun ikut menggeliat mengiringi dunia sekolah. Hal ini terlihat dari banyaknya orang tua belanja keperluan anak sekolah seperti alat tulis, seragam dan lainnya.

Namun, belum juga sebulan siswa merasakan sekolah di awal semester genap ini, pemerintah kembali menutup beberapa sekolah. Seiring waktu semakin banyak sekolah yang ditutup. Pembelajaran di beberapa sekolah tersebut kembali dilakukan secara daring. Biang keladi dari situasi ini adalah varian baru dari virus corona yang dikenal dengan nama omicron.

Hanya beberapa pekan sejak terdeteksi ada di negara kita, tingkat kecepatan penularan omicron telah melewati saat terjadinya gelombang kedua oleh varian delta. Ya, penularan covid-19 di Indonesia telah memasuki gelombang ketiga. Juru Bicara Pemerintah Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito menyampaikan, kenaikan kasus konfirmasi positif di Indonesia saat ini tercatat mencapai hampir 200 kali lipat dari titik terendahnya (Republika.co.id,17/2/2022).

Namun, penanganan pandemi gelombang ketiga ini sangat berbeda dilakukan oleh pemerintah dibanding saat gelombang kedua. Kegiatan-kegiatan masyarakat hingga kini belum banyak dibatasi. Pengubahan pola pembelajaran dari PTM ke pembelajaran daring atau pembelajaran jarak jauh (PJJ) tidak secara otomatis dilakukan serentak. Pembatasan kegiatan perkantoran dan sekolah lebih dilokalisasi sesuai data temuan kasus pada tempat kerja dan sekolah terkait.

Masyarakat pun menyikapi gelombang ketiga penularan covid-19 ini dengan lebih santai. Dengan akses informasi yang luas di gadgetnya, pengetahuan masyarakat terkait omicron tentunya lebih baik. Meski tingkat kecepatan penyebarannya tinggi, namun dampaknya tidak terlalu ekstrem dibanding varian delta. Selain itu mungkin karena sudah berpengalaman sebelumnya, masyarakat lebih faham apa yang harus dilakukan menghadapi gelombang omicron ini.

Apakah PTM memang harus kembali dihentikan?

Sebuah pilihan yang dilematis bagi masyarakat dan pemerintah. Kita semua mafhum bagaimana dampak pembelajaran daring atau PJJ yang hampir dua tahun membuat khawatir terjadinya learning loss terhadap generasi penerus bangsa. Disisi lain, meskipun meningkatnya kasus penyebaran covid-19 didominasi varian omicron yang lebih “ramah”, tetap saja akan menimbulkan masalah serius jika menjangkiti banyak warga masyarakat dalam waktu yang bersamaan.

Sebagaimana arahan para pakar dan kebijakan pemerintah, kita sepakat bahwa kesehatan dan keselamatan warga masyarakat menjadi prioritas. Ekonomi dan pendidikan bisa kita pulihkan melalui upaya bersama masyarakat dan pemerintah. Namun, kita mungkin perlu waktu lebih lama merecovery kehidupan jika pandemi tak terkendali. Pemerintah dan masyarakat pun perlu kerja ekstra keras menanganinya dan tentunya biaya besar akan terkuras. Dan dampaknya akan kembali ke masyarakat.

Maka solusinya adalah kita harus luwes menjalani berbagai lini kehidupan pada situasi pandemi yang belum bisa dipastikan kapan berakhirnya. Tak terkecuali pada bidang pendidikan. Pola pembelajaran yang berganti-ganti dari daring ke luring dan sebaliknya menjadi suatu keniscayaan. Maka dengam situasi dan kondisi dimasa pandemi yang sering berubah dengan cepat, para guru dan sekolah harus terbiasa beradaptasi dan agile menghadapinya. Guru tidak boleh gaptek, teknologi informasi dan komunikasi untuk pembelajaran mutlak dikuasai

Sedikit mengulas pembelajaran daring, banyak ditemukan permasalahan dan tidak efektifnya pola belajar tersebut. Terutama terjadi pada siswa jenjang sekolah dasar dan menengah. Pada jenjang tersebut, pembelajaran lebih ditujukan untuk pembentukan karakter dibanding transfer ilmu pengetahuan. Dan pembentukan karakter tidak akan maksimal atau efektif jika dilakukan secara daring.

Dalam mendidik, guru perlu melihat dan “membaca” anak didik melalui tatapan mata anak dan kata-katanya. Nasihat guru pun akan lebih efektif jika guru dan para siswanya bertemu muka. Selain itu praktek pendidikan karakter dengan pembiasaan akan lebih efektif dilakukan bersama para siswa dengan bimbingan dan contoh langsung dari guru. Intinya dalam pembentukan karakter perlu banyak interaksi siswa dan guru dalam berbagai kegiatan di sekolah.

Dalam situasi masih adanya pandemi covid-19, harapan PTM masih mungkin dilaksanakan dalam kerangka PTMT. Ya dengan PTMT masih ada interaksi-interaksi langsung guru dan siswa. Dengan PTMT masih ada asa untuk learning recovery anak-anak penerus bangsa. Oleh karena itu meskipun masih dalam pandemi, pembukaan sekolah dan pemberlakuan PTM penting dilakukan. Tentunya jika situasi dan kondisi memungkinkan berdasar SKB empat menteri tentang kebijakan pendidikan yang terus diperbarui seiring perkembangan pandemi.

Saat pandemi terkendali, guru dan siswa beserta keluarganya sehat maka PTMT 100% bisa kembali dilakukan. Ukuran pandemi terkendali berdasar level PPKM dari pemerintah pusat maupun daerah. Jika ada siswa atau keluarga siswa yang positif covid atau bergejala, maka pembelajaran bisa menjadi PTMT 50% dimana siswa yang sakit dan temannya yang berinteraksi langsung atau sekelasnya bisa belajar daring dari rumah. Jika memang kasus covid sangat tinggi di wilayah dekat sekolah atau banyak siswa dan guru terpapar maka pembelajaran full daring harus kembali dilakukan. Sepertinya pola belajar seperti itu akan terus berlangsung sampai pandemi covid-19 benar-benar hilang dari bumi nusantara

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image