Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Arief Nurharyadi

KEBERAGAMAN atau KESERAGAMAN ?

Sejarah | Monday, 21 Feb 2022, 07:03 WIB

*KEBERAGAMAN atau KESERAGAMAN ?*

"Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia".

"Kami Putra dan Putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia".

"Kami Putra dan Putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia".

Sumpah pemuda yang terjadi pada 28 Oktober 1928 merupakan salah satu inspirasi dalam memperjuangkan kemerdekaan NKRI 1945.

Organisasi pemuda yang terlibat dalam kongres pemuda tersebut dapat dikategorikan dalam tiga bagian.

Bagian pertama adalah organisasi yang bersifat kedaerahan. Organisasi itu, antara lain Jong Java dengan tokohnya Dr Satiman Wirjosandjojo, Wongsonegoro, dan Sutomo, Jong Sumatranen Bond (Mohammad Hatta, JW Amalo Mohammad Yamin, M Tamsil, Bahder Djohan, Abu Hanifah, AK Gani), Jong Ambon (J Leimena), Sekar Rukun, Jong Celebes (Arnold Mononutu, Waroruntu, Magdalena Mokkoginta), Pemuda Kaum Betawi (M Husni Thamrin, Rohjani), Jong Batak Bond (Amir Sjarifuddin), Jong Minahasa (GR Pantouw), dan Jong Timoreesch Verbond (JW Amalo).

Kategori kedua adalah organisasi berbasis study club. Ada dua organisasi yang masuk kategori ini, yaitu Indonesische Studieclub dan Algemene Studieclub.

Kategori ketiga adalah organisasi berbasis nasionalisme dan agama, seperti Perhimpunan Indonesia (PPI), Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), Pemuda Indonesia, serta Jong Islamieten Bond.

Jika kita mencerna dan melihat fakta bahwa Persatuan dan kesatuan Indonesia berasal dari keberagaman organisasi para pemuda. Untuk menghasilkan Persatuan dan kesatuan memerlukan suatu proses dimana pondasinya adalah keberagaman akan tetapi kadang kita terjebak pada pendekatan hasil sehingga melakukan Keseragaman dalam mencapai Persatuan dan kesatuan.

Salah satu ide keseragaman adalah rencana sertifikasi DAI dimana atas nama Kesatuan maka di perlukan sertifikasi ini. Pada sertifikasi ada proses penyeragaman dan jika dianggap tidak sesuai dengan kepentingan pembuat sertifikasi maka para DAI dapat di nyatakan tidak lulus sertifikasi. Padahal setelah mendapat sertifikasi ini apakah ada Jaminan bahwa para DAI akan di terima di Masyarakat ? Padahal kita ketahui Masyarakat kita Beragam sehingga kita menganut konsep BHINEKA TUNGGA IKA. (Berbeda-beda tetapi satu tujuan).

Sekali lagi konsep ini jelas-jelas menyatakan Perbedaan-perbedaan dan perlu proses untuk menuju satu tujuan.

Sementara itu atas nama kebebasan berpendapat dan hak asasi manusia ( salah satunya Emanuel Macron presiden Perancis 2020) menyatakan adalah berbahaya jika orang menghalangi kebebasan berpendapat dan untuk menguatkan pendapatnya ia melabeli pihak lain diluar pendapatnya dengan sebutan Islam Radikal karena intoleran (Tidak toleransi) atau tidak memahami Hak kebebasan Manusia. Hal ini terjadi ketika ada sekelompok orang yang menghujat Nabi Muhammad dengan Kartunnya dimana ini merupakan hak asasi manusia untuk mengekspresikan pendapatnya.

Ketika kita menyadari dan paham bahwa manusia pada dasarnya berbeda maka pendekatan model keseragaman dengan titik berat hasil maka akan terjadi gesekan-gesekan.

Istilah egaliter menjadi terkenal saat terjadi Revolusi Prancis yang mengakibatkan terciptanya Declaration des droits de l’homme et du Citoyen (Pernyataan Hak Hak Manusia dan Warga Negara) tahun 1789, dengan semboyan: Liberte, Egalite, Fraternite (Kemerdekaan, Persamaan, Persaudaraan) dimana akhirnya Hak Asasi Manusia (HAM) dicantumkan pada konstitusi Prancis.

Egaliter dalam masyarakat bernegara adalah kesetaraan sosial di mana semua orang yang berada dalam suatu masyarakat atau kelompok tertentu memiliki status yang sama.

Kesetaraan sosial untuk mendapatkan hak hukum, suara, berpendapat, pendidikan, berkumpul, keamanan yang sama, serta sama dalam kewajiban yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat.

Masyarakat egaliter akan selalu bersikap sosial berdiri sama tinggi duduk sama rendah, seiring sejalan, saling menghargai, saling mencintai, rela berkorban, bersifat demokratis dan dapat menikmati haknya sebagai masyarakat.

Pemimpin egaliter adalah seorang pemimpin yang mampu mendudukkan dan memposisikan dirinya sebagai bagian dari rakyat dan tidak ada sekat antara pemimpin dan yang dipimpin.

*Islam bersifat egaliter.* Sebagai manusia, semuanya sederajat, dalam pengertian bahwa semua manusia memiliki hak-hak yang sama, yang harus dihargai dan dihormati, baik yang menganut Islam dan yang tidak. Perbedaan derajat hanya terletak pada tingkat keimanan dan tingkat pengamalan agama masing-masing dan hanya Tuhan yang paling mengetahuinya.

“Hai manusia, sesungguhnya Kami ciptakan kamu dari seorang laki-laki seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. 49:13).

Muncul pertanyaan, apakah prinsip persamaan yang dibawa Islam tersebut dengan paham persamaan (egalitarianisme) yang selalu didengungkan di Barat dewasa ini?

Persamaan yang diajarkan Islam adalah persamaan dalam bentuk yang paling hakiki dan sempurna. Islam mengajarkan bahwa semua manusia dari segi harkat dan martabatnya adalah sama di hadapan Tuhan. Tidak ada perbedaan antara manusia yang satu dan lainnya kecuali dalam taqwanya kepada Tuhan.

*Islam bersifat pluralis.* Islam menyadari benar, mengakui dan menghormati keberadaan berbagai keanekaragaman keyakinan, tetapi tidak membenarkan keyakinan-keyakinan di luar Islam. Untukmu agamamu, untukku agamaku. Pada saat kita meyakini ini maka harus dipahami bahwasan kita tidak dapat dan tidak boleh memaksakan keyakinan kita karena Allah SWT telah berfirman :

“Dan kalau Allah menghendaki, niscaya Dia menjadikanmu satu umat (saja), tetapi Allah menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. An-Nahl : 93).

Selain itu bila kita menyadari dan memahami bahwasannya Islam adalah Rahmatan Lil Alamin maka kita harus menjadi pelindung dan pemelihara dari seluruh Alam semesta tidak hanya binatang-binatang dan tumbuh-tumbuhan akan tetapi yang paling utama kepada Manusia baik Non Muslim apalagi sesama Muslim (bagaikan tubuh manusia satu bagian merasakan bagian lainnya) di dasari juga oleh firman Allah : “Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka se akan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya.

Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (Al-Maidah [5]: 32)

Dan Kebajikan dan kejahatan tidak akan dipahami kecuali jika ada perbedaan, baik perbedaan potensi, kecederungan, bahkan perbedaan upaya. Ada orang yang mampu melawan upaya setan ada yang tidak mampu.

Jadi, dasar dalam penciptaan adalah keberagaman, terutama keberagaman dalam agama dan keyakinan.

Untuk itu, jangan takut dan jangan khawatir akan perbedaan, karena itu semua pemicu untuk berlomba dalam kebaikan, dalam meningkatkan Iman. Hanya orang yang kurang percaya diri dan lemah keyakinan saja menganggap perbedaan sebagai ancaman.

Wallahu a'lam bish-shawabi

( والله أعلمُ ﺑﺎ ﻟﺼﻮﺍﺏ )

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Berita Terkait

 

Tulisan Terpilih


Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image