Musa dan Sang Guru yang Tersembunyi
Alkisah | 2025-05-29 23:24:41
Pada suatu pagi di tepi dua lautan, berdirilah seorang nabi besar — Musa, sang kalamullah — yang dengan dada penuh kerinduan akan hakikat, memohon kepada Rabb-nya untuk diberi pelajaran dari sisi-Nya yang lebih dalam dari kitab, lebih halus dari logika.Lalu Allah mengarahkan langkah Musa kepada seorang hamba-Nya yang tidak dikenal dalam silsilah para nabi, namun dalam dirinya mengalir samudera rahasia: Khidr — lelaki sunyi yang berjalan di atas perintah Tuhan, tanpa pamrih, tanpa syarat. Ia bukan guru dalam pengertian manusia, tapi jembatan antara kegelapan takdir dan cahaya pemahaman.
Musa memohon, "Bolehkah aku mengikutimu, agar aku diajari sebagian dari apa yang diajarkan Tuhan kepadamu sebagai petunjuk?"Khidr menjawab dengan lembut namun tegas, "Sungguh, engkau tidak akan sanggup bersabar bersamaku..."Tapi Musa berjanji, dan perjalanan pun dimulai.---Perahu yang Dilubangi — Luka yang MenyelamatkanDi sebuah dermaga nelayan miskin, mereka menaiki perahu kecil, sederhana tapi kokoh. Tiba-tiba, Khidr merusaknya. Musa, dengan adab seorang nabi, tak tahan menahan tanya: "Mengapa kau rusak perahu milik orang-orang miskin ini?"Khidr diam. Namun saat waktu tiba, ia berkata:"Perahu itu akan dirampas oleh raja zalim di depan. Lubang kecil ini adalah luka penyelamat. Kadang, kerusakan kecil adalah jubah pelindung dari takdir yang lebih kejam.
"Hikmah pertama tersingkap:Betapa sering kita menangis karena pecahnya sesuatu yang kita sayangi, tak tahu bahwa itulah pintu menuju keselamatan yang tak kita duga. Terkadang, Allah melindungi kita dengan cara yang terasa menyakitkan.---Anak Kecil yang Dibunuh — Duka yang Menghindarkan NerakaDi perjalanan selanjutnya, mereka bertemu seorang anak laki-laki — polos, tak berdosa. Tiba-tiba, Khidr mengakhiri hidup anak itu. Musa, gemetar dalam gelora adab dan keadilan, memprotes: "Engkau telah membunuh jiwa suci tanpa alasan!"
Lagi-lagi Khidr menjawab setelah masa: "Anak itu kelak akan menjadi durhaka, menghancurkan kedua orang tuanya yang saleh. Tuhan ingin menggantinya dengan anak yang lebih bersih dan membawa kebahagiaan."Hikmah kedua pun menyala:Tidak semua kehilangan adalah hukuman. Ada yang merupakan pengalihan dari kehancuran masa depan, dan hanya Allah yang tahu tebing mana yang akan kita jatuh jika tidak ditahan oleh takdir-Nya.
---Dinding yang Ditegakkan — Amal yang Menembus Zaman
Lalu tibalah mereka di kota kikir, penduduknya pelit dan kasar. Namun Khidr, tanpa pamrih, memperbaiki dinding rumah reyot milik dua anak yatim. Musa kembali bertanya, “Mengapa engkau tidak meminta imbalan dari mereka?”Khidr pun menjelaskan:"Di bawah dinding itu tersimpan harta peninggalan ayah anak-anak itu. Jika dinding roboh sekarang, penduduk kota akan merampasnya. Ayah mereka seorang saleh — dan Allah menjaga harta anak-anaknya karena kebaikannya."
Hikmah ketiga menetes seperti embun:Bahwa amal saleh orang tua menanam perlindungan ilahi bagi anak-anak mereka, bahkan setelah mereka tiada. Dinding yang tegak itu adalah lambang dari doa yang menyeberangi waktu, dan amal yang menjelma perisai bagi generasi sesudahnya.
---Hikmah dan Ilmu yang Tak TampakMaka setelah tiga kali tanya dan tiga kali sabar yang nyaris pecah, Khidr berkata,"Inilah perpisahan antara aku dan engkau, wahai Musa. Kau telah melihat apa yang tak bisa dijelaskan oleh hukum lahir, namun tetap berada dalam pelukan rahmat Tuhan."Dan Musa pun memahami — bahwa ada ilmu yang tidak bisa dijangkau oleh kitab dan lisan, ilmu ladunni, yang hadir hanya bagi hamba yang dibersihkan hatinya, dan rela menerima takdir sebagai untaian misteri yang dijalin oleh tangan kasih-Nya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
