Pilihan Hasibuan: Melawan Dominasi di Balik Wejangan
Sastra | 2025-05-27 18:02:49
Cerpen Nasihat-nasihat merupakan salah satu karya dalam kumpulan cerpen Robohnya Surau Kami oleh A.A. Navis. Cerita ini menggunakan alur maju, meskipun sesekali diselingi kilas balik yang muncul melalui percakapan antara dua tokoh utama, seorang bapak tua yang gemar memberi nasihat, dan Hasibuan, seorang pemuda yang tengah mengalami pergolakan batin.
Cerita diawali dengan suasana yang santai namun secara bertahap berkembang menjadi lebih intens saat pembicaraan mulai menyentuh persoalan perempuan yang disukai Hasibuan. Tema yang dapat diangkat dari cerpen ini adalah tentang dominasi nafsu yang tersembunyi di balik nasihat. Meskipun tampak memberikan wejangan, tokoh tua dalam cerita ini cenderung menunjukkan sikap merasa lebih unggul atas dasar usia dan pengalaman.
Tokoh bapak penasihat digambarkan sebagai orang tua yang merasa sudah banyak makan asam garam kehidupan. Ia sering memberi nasihat panjang lebar dengan nada seolah-olah paling tahu benar mana yang baik dan buruk. Namun, caranya menyampaikan nasihat justru cenderung menyudutkan dan merendahkan orang lain, termasuk perempuan yang disukai Hasibuan. Sementara Hasibuan digambarkan sebagai pemuda yang tampaknya bimbang, tapi sebenarnya cukup tegas dalam pendiriannya. Walau ia terus-menerus mendengarkan nasihat bapak, pada akhirnya ia tetap memilih jalannya sendiri.
Dari cerpen ini, terlihat bagaimana konflik muncul bukan karena perbedaan pendapat semata, tapi karena cara penyampaian nasihat yang terasa menghakimi. Nasihat yang idealnya memberi pencerahan, justru berubah menjadi tekanan dan bahkan bisa terasa seperti tuduhan. Ini terlihat jelas ketika bapak lebih banyak menjelek-jelekkan perempuan yang disukai Hasibuan, ketimbang memberi nasihat yang bijak dan berempati. Dari cerita ini, saya menangkap pesan moral:
Nasihat Sebaiknya Mengarahkan Bukan Menekan
Hasibuan sebenarnya sudah berada di jalur yang benar, ia tahu seperti apa perempuan yang ia pilih, dan tetap mempertahankannya walau ditentang. Meski begitu, ia tetap mencari nasihat, mungkin karena ia butuh pembenaran atau hanya ingin meyakinkan hatinya sendiri karena ia digambarkan sebagai sosok yang mudah bimbang dan cenderung putus asa.
Dalam kebimbangan seperti itu, kadang seseorang hanya ingin tenang dan mendapatkan petunjuk yang menenangkan hati. Bisa jadi itu pula yang Hasibuan lakukan, diam-diam menimbang dengan hati yang lapang. Kalau dilihat lebih dalam, apa yang dilakukan bapak itu bisa jadi bukan lagi nasihat, tapi sudah menjurus pada tuduhan, karena terlalu mendikte tanpa memahami situasinya secara utuh.
Sikap Hasibuan yang tidak mengikuti nasihat bapaknya tidak bisa langsung dianggap salah. Nasihat bapaknya disampaikan dengan cara yang tidak adil karena sambil menjelek-jelekkan perempuan yang disukai Hasibuan tanpa alasan yang jelas. Hasibuan tahu betul bagaimana karakter perempuan itu, sehingga dia tetap memilih untuk mempertahankannya.
Ini menunjukkan bahwa Hasibuan punya keyakinan sendiri dan tidak mudah terpengaruh oleh prasangka orang lain, termasuk bapak tua yang sering menasehatinya. Meskipun begitu, Hasibuan tetap minta nasihat sebagai bentuk penghormatan, sambil memastikan pilihannya tepat. Sikap seperti ini menunjukkan pentingnya mendengarkan nasihat, tapi juga harus disaring dengan hati dan akal sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Navis, AA. (1986). Robohnya Surau Kami. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
