Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Aisyah

Bualan Pemuda yang Mencuci Otak Sang Kakek

Sastra | 2025-05-27 16:35:18
Sumber gambar: https://www.istockphoto.com/id/foto/bentuk-manusia-dengan-kotak-dialog-di-atas-kepala-menyarankan-dukungan-tim-gm824232738-133463179?

Robohnya Surau Kami merupakan cerpen dari salah satu kumpulan cerpen-cerpen buku dengan berjudul Robohnya Surau Kami. Karya tersebut ditulis oleh seorang sastrawan Indonesia bernama A.A Navis. A.A Navis lahir pada tanggal 17 November 1924 di Padang Panjang. Dalam cerpen Robohnya Surau Kami, berlatar tempat daerang Minang. Cerpen tersebut memiliki makna mendalam mengenai tokoh dari Haji Saleh. Cerpen ini terinspirasi dari ketika A.A Navis melewati kampung halamannya dan melewati Surau tempat ia belajar mengaji. Alasan ua menulis untuk mengkritik praktik agama yang kaku dan formalistik.

Pemuda Haji Saleh

Pada awal kisah, Ajo Sidi menceritakan bualan tentang pemuda Haji Saleh yang berada di akhirat. Pemuda tersebut ditanya oleh sang malaikat . "Siapa kamu?" pertanyaan itu dijawab dengan Haji Saleh dengan gagah dan berani. Ia menjawab "Aku Haji Saleh, sudah pernah Haji dan sangat Saleh.", namun bukan jawaban seperti itu yang diinginkan oleh sang malaikat. Karena malaikat tidak membutuhkan nama. Nama itu hanya digunakan di dunia saja semasa hidup. Jika kita meninggal, malaikat hanya membutuhkan siapa kita, bukan nama. Kemudian pertanyaan selanjutnya, malaikat menanyakan bagaimana Haji Saleh ini semasa hidupnya. Ia hanya menjawab selalu sholat, berbuat baik, selalu beramal. Itu hanya menjadi kesombongan bagi dirinya. Tentu kesombongan sangat dibenci Allah SWT. Namun dalam cerita Haji Saleh, dirinya tidak menceritakan bagaimana ia bekerja, memenuhi nafka keluarga, atau semacamnya. Ia hanya selalu fokus beribadah kepada Allah SWT. Bukan tidak suka, malaikat merasa Haji Saleh ini terlalu menyombongkan kebaikan, terlalu percaya diri, tidak ada rasa takut dan seperti tidak memiliki dosa.

Haji Saleh juga menceritakan ia sering ikut pengajian bersama teman-temannya, perkumpulan bersama dan sebagainya. Tentu teman-temannya juga memiliki sifat seperti Haji Saleh yakni menyombongkan kebaikan. Lingkungan Haji Saleh tidak sehat walau mengikuti banyak pengajian atau komunitas sebagai pejuang surga. Setelah sudah malaikat bertanya menimbang amalan Haji Saleh, ternyata pemuda itu dimasukan ke dalam neraka. Dengan wajah yang kaget, Haji Saleh juga melihat teman-temannya berada dalam api yang panas.

"Kenapa engkau memasukan ku ke dalam api neraka, sedangkan aku selalu beribadah kepadamu, tahajud, berbuat baik."

Malaikat tersebut hanya tersenyum. "Kau terlalu memikirkan amalan baikmu, apa kau tidak tahu seberapa banyak dosamu? Apa kau tidak tahu bagaimana caramu menyombongkan kebaikan mu itu? Apa kamu tidak memikirkan dunia dan memikirkan keluarga mu sehingga kamu menelantarkan keluarga mu? Kau terlalu sibuk beribadah dan hanya menyombongkan saja." tutur malaikat itu. Haji Saleh masih tidak mengerti mengapa dirinya dimasukan ke neraka. Dan pada akhirnya, mereka dipanggang dalam panasnya api yang membara sehingga kulit mereka mengelupas satu per satu.

Makna Bualan Cerita Ajo Sidi

Bualan cerita Ajo Sidi tentang tokoh Haji Saleh yang rajin beribadah tetap masuk neraka. Haji saleh telah menyombongkan ibadah yang terlalu berlebihan. Hal ini yang mempengaruhi sang kakek pula untuk melakukan bunuh diri. Sang kakek hanya rajin beribadah sehingga menyombongkan kebaikan tersebut. Sehingga Ajo Sidi membual cerita itu pada sang kakek agar sang kakek merasa tahu diri.

Dalam bualan tersebut, secara tidak langsung A.A Navis sebagai penulis ingin menyampaikan adanya kritik sosial terhadap ego dan kesombongan. Hal tersebut berdampak pada mental kakek sebagai pemicunya. Cerita bualan Aji Sido juga mengajarkan kita agar janganlah kita bangga dengan kesombongan kebaikan kita karena Tuhan tidak suka dengan kebaikan yang dipamerkan. Haji Saleh juga egois karena ia menginginkan surga. Ia berkata bahwa dirinya sudah sangat beribadah kepada Tuhan namun lupa tentang apa yang harus ia kerjakan dalam dunia. Ia tidak bekerja, tidak lain lagi hanya beribadah dan menyombongkan kebaikan. Ini juga merupakan sisi buruk dalam manusia.

Adapun manusia yang baik dalam mengerjakan ibadah, namun ia tidak bersyukur pula sehingga manusia sering kali lupa bahwa ia hanya terbuat dari tanah. Tidak hanya itu, manusia juga lupa kalau kita tidak boleh menyombongkan hal-hal kebaikan dan beribadah di dunia. Tuhan lebih membenci manusia yang memamerkan kebaikan atau selalu merasa paling benar daripada manusia yang selalu merasa paling dosa. Karena manusia yang merasa paling dosa selalu bertinat dan mengingat Tuhan. Sedangkan manusia yang merasa paling baik bisa saja melupakan Tuhan dan tidak bertobat. Ibadah mereka tidak hanya untuk Tuhan namun untuk dipamerkan kepada sesama manusia.

Karena cerita bualan Ajo Sidi, kakek pun merasa dirinya tersindir. Hal ini yang menyebab kan sang kakek bunuh diri dan membenci Ajo Sidi. Haji Saleh juga menyebutkan dirinya Saleh karena ia merasa Saleh. Dan nama Haji diambil dari ketika ia telah melakukan ibadah Haji. Dia pun hanya beribadah dan beribadah terus meneurs di dunia tanpa adanya bekerja, merawat keluarga dan sebagainya.

Daftar Pustaka:

A.A. Navis. Robohnya Surau Kami. Jakarta: Balai Bahasa. 1956.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image