Suara yang Terlupakan: Ketika Petuah Mengaburkan Suara Anak
Sastra | 2025-05-27 10:04:59
Cerpen Nasihat-nasihat karya A.A. Navis menyuguhkan gambaran realitas yang kerap tak disadari dalam dinamika keluarga dan pendidikan: dominasi suara orang dewasa dalam kehidupan anak-anak. Tokoh Hasibuan hidup dalam ruang penuh petunjuk dan perintah—bukan karena kurang perhatian, tapi justru karena terlalu banyak “arahan” yang datang dari berbagai arah, mulai dari keluarga, guru, hingga masyarakat sekitar.
Namun, yang dikritisi oleh Navis bukan semata kuantitas nasihat, melainkan cara penyampaiannya yang mengabaikan pengalaman dan perasaan si anak. Hasibuan tak diberi ruang untuk menyuarakan pikirannya sendiri. Dalam lanskap seperti ini, nasihat tak lagi menjadi bimbingan, melainkan monolog yang menggema tanpa tanggapan. Cerpen ini menggarisbawahi betapa mudahnya otoritas dewasa menenggelamkan suara anak-anak dengan dalih kebaikan.
Berbeda dari bacaan yang melihat cerita ini sebagai kritik atas budaya “terlalu banyak nasihat”, kita juga bisa menafsirkannya sebagai sorotan atas kegagalan komunikasi dua arah dalam proses pendidikan. Hasibuan menjadi representasi anak-anak yang tumbuh dengan identitas yang dikonstruksi oleh ekspektasi orang lain. Ia bukan hanya kebingungan, tetapi juga kehilangan agensi sebagai pribadi.
Cerpen ini mengajak kita meninjau kembali peran orang dewasa dalam kehidupan anak, bukan sebagai penyuluh tunggal, melainkan sebagai pendamping yang mampu mendengar, merespons, dan memberi ruang bagi anak untuk berkembang sebagai dirinya sendiri. Dalam konteks hari ini, Nasihat-nasihat menantang kita untuk menciptakan relasi yang lebih setara antara generasi—di mana anak tidak hanya dianggap objek didik, tapi subjek yang layak didengarkan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
