Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Nur Rizka Laila

Mengapa Perempuan di Zaman Dahulu Tunduk pada Norma Adat?

Sastra | 2025-05-27 06:09:00

Perempuan di zaman dahulu, seperti yang tergambar dalam novel Midah Si Manis Bergigi Emas karya Pramoedya Ananta Toer, harus mengikuti norma adat karena norma tersebut merupakan instrumen utama dalam mempertahankan struktur sosial patriarki yang menempatkan perempuan pada posisi subordinat dan terbatas dalam ruang sosialnya. Norma adat ini bukan sekadar aturan tradisional, melainkan sebuah mekanisme pengendalian sosial yang mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat, terutama dalam konteks keluarga dan pernikahan, yang mengatur peran perempuan agar sesuai dengan kepentingan laki-laki dan kekuasaan patriarkal.

Norma Adat sebagai Instrumen Patriarki dan Kontrol Sosial

Dalam novel tersebut, Midah digambarkan sebagai perempuan yang hidup dalam lingkungan keluarga yang sangat taat pada norma agama dan adat, di mana keputusan penting seperti pernikahan sudah diatur oleh keluarga tanpa memberi ruang bagi perempuan untuk menentukan pilihannya sendiri. Perjodohan yang dipaksakan kepada Midah oleh ayahnya, Haji Abdul, yang memilihkan Haji Terbus sebagai suami karena faktor ekonomi dan status sosial, mencerminkan bagaimana norma adat berfungsi untuk mengekang kebebasan perempuan dan menegaskan dominasi laki-laki dalam keluarga dan masyarakat.

Pengaturan pernikahan ini bukan hanya soal tradisi, tetapi juga soal pengendalian ekonomi dan sosial. Midah dipaksa menerima pernikahan demi menjaga kehormatan keluarga dan memenuhi ekspektasi sosial, tanpa memperhatikan keinginannya sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa norma adat juga berperan dalam marginalisasi perempuan, di mana perempuan dianggap tidak mampu mengambil keputusan penting dan harus tunduk pada keputusan laki-laki sebagai kepala keluarga.

Subordinasi, Kekerasan, dan Beban Ganda

Norma adat yang patriarkal juga menyebabkan subordinasi perempuan dalam berbagai aspek kehidupan. Midah mengalami kekerasan fisik dan psikologis, baik dari suami maupun lingkungan sosialnya, yang merupakan bentuk nyata dari kekuasaan laki-laki yang menindas perempuan. Kekerasan ini tidak hanya bersifat individual, tetapi juga sistemik, karena norma adat membenarkan perlakuan tersebut sebagai bagian dari "tugas" perempuan untuk patuh dan taat.

Selain itu, perempuan seperti Midah juga menghadapi beban kerja ganda dan lebih lama, yaitu harus mengerjakan pekerjaan domestik tanpa mendapat pengakuan atau bantuan yang setara. Mereka harus melayani suami, mengurus rumah tangga, dan sekaligus berjuang mencari nafkah atau mempertahankan eksistensi diri, seperti yang digambarkan Midah yang bekerja sebagai penyanyi jalanan untuk bertahan hidup.

Stereotipe Negatif dan Stigma Sosial

Norma adat juga menciptakan stereotipe negatif terhadap perempuan yang berusaha keluar dari peran tradisional. Midah, misalnya, dianggap rendahan karena profesinya sebagai penyanyi jalanan, dan bahkan harus mengganti namanya menjadi "Si Manis" untuk menghindari celaan dan menjaga nama baik keluarganya. Hal ini menunjukkan bagaimana norma adat dan masyarakat mengontrol perilaku perempuan dengan melabeli dan mengucilkan mereka yang tidak sesuai dengan standar sosial yang patriarkal.

Kritik Sosial dan Upaya Transendensi Feminin

Pramoedya Ananta Toer dalam novel ini secara kritis menggambarkan bagaimana norma adat yang patriarkal menindas perempuan dan membatasi kebebasan mereka. Tokoh Midah menjadi simbol perjuangan perempuan yang berusaha melawan subordinasi tersebut dengan mencari kemandirian dan mengukuhkan identitasnya sebagai individu yang berhak menentukan jalan hidupnya sendiri. Proses ini disebut sebagai transendensi feminin, di mana Midah bertransformasi dari sosok yang dikonstruksi oleh norma sosial menjadi pribadi yang sadar akan hak dan kebebasannya.

Namun, perjuangan ini tidak mudah dan penuh konflik, karena perempuan yang melawan norma adat sering menghadapi stigma, kekerasan, dan pengucilan sosial. Novel ini sekaligus menjadi kritik tajam terhadap sistem sosial yang mengekang perempuan dan seruan agar perempuan diberi ruang yang lebih luas untuk berperan dan berpartisipasi dalam masyarakat secara setara.

jadi, perempuan di zaman dahulu harus mengikuti norma adat karena norma tersebut merupakan bagian integral dari sistem patriarki yang mengatur dan membatasi peran perempuan demi menjaga tatanan sosial yang konservatif dan berorientasi pada kekuasaan laki-laki. Norma adat berfungsi sebagai alat kontrol sosial yang mengekang kebebasan perempuan melalui perjodohan paksa, subordinasi, kekerasan, beban kerja ganda, serta stereotipe negatif. Novel Midah Si Manis Bergigi Emas secara kritis mengungkap realitas ini dan menggambarkan perjuangan perempuan untuk melampaui batasan-batasan tersebut demi meraih kemandirian dan pengakuan sebagai individu yang setara dalam masyarakat.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image