Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Rina Zullvia

Namaku Hiroko: Sebuah Nama Kecil dalam Kota yang Menelannya

Sastra | 2025-05-26 15:39:23

Nama adalah sesuatu yang diwariskan dengan harapan. Begitu pula nama Hiroko, nama kecil yang lahir dari desa di pedalaman Jepang. Ia anak petani, hidup sederhana, dan tumbuh dalam kesederhanaan dan keterbatasan. Namun Hiroko bukan gadis yang pasrah. Keinginan untuk keluar dari kesederhanaan membuatnya memilih pergi ke kota, tempat yang diyakininya menyimpan banyak harapan, meski ia tak tahu bahwa kota bisa begitu kejam.

Dokumentasi Pribadi

Di kota, Hiroko bekerja sebagai pembantu rumah tangga. Ia sadar betul betapa beratnya hidup miskin. Itulah yang membuatnya bekerja dengan penuh semangat. Segala yang dilakukannya berorientasi pada satu tujuan yaitu demi mendapatkan uang. Karena begitu total dalam pekerjaannya, Hiroko nyaris kehilangan batas. Ia terbawa arus dan melakukan hubungan terlarang dengan adik majikannya, kemudian dengan tuan rumah.

Hiroko merasa hubungannya dengan tuan bukan karena ia tertarik kepadanya melainkan karena terdorong oleh nafsu dalam diri Hiroko. Hiroko berkata “setelah beberapa waktu berlalu, aku semakin menyadari bahwa tidur dengan dia tidak lagi merupakan kenikmatan, melainkan siksaan yang mengesalkan.” (Hal. 67).

Hiroko merasa perlakuan ini tidak adil karena dirinya hanya digunakan sebagai alat, guna mencapai kenikmatan tuannya. Ia dipaksa menuruti kemauan dari tuannya tanpa ada upah sepeser pun.

Hiroko sudah lelah dengan pekerjaannya yang menjadi pembantu sekaligus pemuas nafsu tuannya, akhirnya ia memutuskan untuk pindah. Ia bekerja di toko sekaligus menjadi model rias muka dan rambut untuk dipertunjukkan kepada pengunjung toko. Selain bekerja di toko, ia juga mempunyai pekerjaan sampingan yaitu menjadi penari malam di sebuah kabaret.

Hiroko tahu betul bahwa pekerjaannya tidak terhormat menurut banyak orang, tapi ia juga tahu satu hal yang pasti karena upahnya besar. Sebagai perempuan yang menggantungkan hidup pada gaji dan peluang, Hiroko melakukan semuanya bukan semata untuk kenikmatan, melainkan untuk kelangsungan hidupnya.

Hingga suatu hari, ia bertemu Yoshida, suami dari sahabatnya. Laki-laki itu menarik, dewasa, dan perhatian. Dari hubungan itulah, Hiroko kemudian memilih meninggalkan dunia malam dan menjadi perempuan simpanan. Ia melahirkan dua anak dari hubungan terlarangnya dengan Yoshida. sebagai bentuk kasih sayang, Hiroko dibelikan rumah dan saham oleh Yoshida.

Bagi Hiroko, hidup bukan tentang benar atau salah, melainkan tentang pilihan yang datang dari keterbatasan. Ia tahu masyarakat memandangnya sebelah mata. Tapi ia tidak menyesal. Dalam salah satu pengakuannya dalam novel, ia berkata, “Ya. Aku puas dengan kehidupanku. Hidup di tengah kota yang beragam. Dan aku tidak menyesali pengalaman-pengalamanku.” (Hal. 216).

Melalui sosok Hiroko, Nh. Dini tidak hanya menampilkan potret perempuan yang menyimpang dari norma, tetapi juga perempuan yang berani mengambil alih kendali atas hidupnya sendiri meski harus menanggung beban yang berat. Namaku Hiroko juga memberi gambaran yang jujur tentang dinamika sosial dan budaya Jepang. Hiroko hanya satu nama kecil di tengah kota yang hiruk pikuk, tapi di baliknya tersembunyi suara yang kuat, suara perempuan yang memilih hidupnya sendiri meski dunia tak memberi tempat untuk itu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image