Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Miranda Simbolon

Indonesia di COP27: Diplomasi Iklim yang Harusnya Nggak Cuma Pencitraan

Politik | 2025-05-25 01:30:10
source: dokumen pribadi

Setiap tahun, para pemimpin dunia berkumpul dalam pertemuan besar bertajuk COP-Conference of the Parties untuk bahas krisis iklim yang makin nyata. Tahun 2022 lalu, COP27 digelar di Sharm El-Sheikh, Mesir. Salah satu yang jadi sorotan adalah kehadiran Indonesia yang datang dengan sederet janji manis soal perubahan iklim. Tapi seperti biasa, kita harus bertanya: janji ini serius atau sekadar diplomasi pencitraan?

Indonesia, sebagai negara dengan hutan tropis terbesar ketiga di dunia dan penghasil emisi karbon yang cukup tinggi, punya peran strategis di panggung iklim global. Di COP27, pemerintah Indonesia menyampaikan target ambisius:, yaitu Net Zero Emission pada 2060 (atau lebih cepat), serta rencana FOLU Net Sink 2030 yang intinya menjadikan sektor kehutanan sebagai penyerap karbon bersih.

Keren? Iya. Tapi pertanyaannya: sudah sejauh mana realisasi lapangannya?

Indonesia juga ikut skema Just Energy Transition Partnership (JETP), yang katanya bakal mendatangkan dana triliunan rupiah untuk bantu kita transisi dari batu bara ke energi bersih. Tapi lagi-lagi, transisi ini masih banyak tantangannya. Industri batubara masih kuat, dan pemanfaatan energi terbarukan seperti tenaga surya dan angin masih belum maksimal. Di beberapa daerah, malah pembangkit batu bara baru masih terus dibangun. Jadi, bagaimana bisa kita bicara transisi kalau masih terikat pada energi kotor?

Diplomasi iklim nggak cukup cuma hadir dan bicara di forum internasional. Diplomasi itu harus kelihatan dalam tindakan nyata di kampung-kampung yang kena banjir bandang, di hutan yang dijaga masyarakat adat, dan di kota-kota yang butuh transportasi rendah emisi. Sayangnya, kita masih sering lihat kesenjangan besar antara apa yang dijanjikan dan yang dilakukan.

Indonesia punya potensi besar untuk jadi pemimpin iklim di Asia Tenggara, tapi hanya kalau kita benar-benar serius. Serius artinya berani menolak proyek merusak lingkungan, serius mendukung energi terbarukan, dan serius melibatkan masyarakat sipil dalam pengambilan keputusan.

Jangan sampai diplomasi iklim kita cuma jadi ajang branding negara di mata dunia, sementara krisis iklim terus menghantam rakyat kecil yang paling rentan. Karena di ujungnya, yang dipertaruhkan bukan cuma reputasi internasional, tapi masa depan kita sendiri.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image