Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image khusnul afifah

Belenggu: Sebuah Potret Kegagalan Modernitas di Indonesia Awal

Sastra | 2025-05-23 08:02:51
foto cover novel Belenggu yang diambil dari website kompasiana


Novel "Belenggu", yang diterbitkan pada tahun 1940, sering dibaca sebagai karya sastra yang menyelidiki konflik dan hubungan asmara yang kompleks di dalam diri seseorang. Namun, setelah Anda membaca lebih lanjut, Anda akan menemukan bahwa Belenggu juga merupakan representasi yang kuat dari situasi sosial dan kultural yang terjadi di Indonesia saat negara tersebut bergerak menuju modernitas. Sebagaimana ditunjukkan dalam artikel ini, kegagalan tokoh-tokoh utama dalam menemukan kebahagiaan dan keutuhan diri bukanlah sekadar tragedi pribadi; itu adalah tanda dari "kegagalan" proyek modernitas yang diterapkan secara terburu-buru dan belum sepenuhnya terinternalisasi dalam masyarakat Indonesia pada masa itu. Karena semangatnya untuk kemajuan, rasionalitas, dan individualisme, modernitas justru membuat orang merasa tidak nyaman, terisolasi, dan kehilangan identitas mereka.melalui penceritaannya menggambarkan seorang individu di Indonesia awal yang menghadapi konsekuensi modernitas. Tono, Yah, dan Rohayah masing-masing berfungsi sebagai representasi konflik antara idealisme kontemporer, kebebasan pribadi, dan nilai-nilai tradisional yang belum sepenuhnya diubah. Mereka yang terjebak dalam transisi ini mengalami keterasingan dan kehilangan identitas, yang menunjukkan bahwa konsep modernitas seperti kemajuan dan individualisme tidak dapat memberikan kerangka hidup yang utuh dan memuaskan. Akibat perubahan zaman yang tergesa-gesa, kesan fragmentasi struktur naratif semakin diperkuat.Belenggu lebih dari sekadar kisah romansa yang rumit karena muncul di tengah gejolak modernisasi awal Indonesia. Novel ini secara tidak langsung mengkritik penerapan modernitas yang belum matang, yang alih-alih membawa kemajuan hanya menyebabkan orang bingung dan gagal mencapai kebahagiaan dan kesetaraan diri. Sebagai refleksi penting tentang pentingnya keseimbangan antara perubahan dan pelestarian nilai-nilai budaya, kegagalan tokoh-tokohnya menunjukkan ketidakmampuan modernitas untuk sepenuhnya berakar dan memberikan solusi bagi kompleksitas sosial dan psikologis masyarakat Indonesia pada masa itu.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image