Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image M. Faris Ibrahim

Santrinya Disuruh Ngobrol Sama Pohon? Berikut Ajaran Unik Ustaz Hanan Attaki

Agama | 2025-05-22 10:50:38

Robin Wall Kimmerer adalah seorang ibu-ibu ahli botani dari suku asli pedalaman Amerika, Potawatomi.

Dalam bukunya yang berjudul Braiding Sweetgrass, Kimmerer berbagi perspektif unik untuk melihat pohon sebagai makhluk hidup— subjek yang setara dengan kita manusia.

Yang mana perspektif tersebut, sejatinya adalah kebijaksanaan yang telah lama dilestarikan secara verbal oleh suku sang ahli botani yang mendapat National Humanities Medal dari pemerintah AS atas kontribusinya di bidang lingkungan ini.

Ya sebab, dalam bahasa Potawatomi, jelas Kimmerer, kata ganti pohon bukan "it" yang biasa digunakan untuk binatang atau benda mati, melainkan "He/ She/ They" yang biasa disematkan ke manusia.

Dengan demikian, dalam bahasa Potawatomi, kita diajarkan untuk meyakini: pohon sebagai makhluk yang bisa diajak bicara, dihormati, dan didengarkan selayaknya kita manusia berbicara pada sesama kita.

Nasihat Ustaz Hanan Attaki

Dan nasihat terakhir inilah, yang kemudian Ustadz Hanan Attaki sampaikan kepada para santrinya di 20 Mind High School, yang dalam waktu dekat bakal diamanahkan menebang pohon di lingkungan pesantren.

"Pohon yang lebih beragam, yang akan kita tanam ulang bakal jadi rumah, bagi lebih banyak fauna," kata Ustaz Hanan mengingatkan pentingnya perspektif biodiversity dalam menjaga ekosistem hutan.

"Sebelum menebang, coba kalian nanti minta maaf pada mereka, pohon-pohon ini. Jangan disalahartikan ya, nanti muncul berita aneh-aneh lagi: santri 20 High School kedapatan sedang berbicara dengan pohon," kata Ustaz Hanan, disambut gelak tawa peserta kajian Sarung Time di malam hari itu.

Alam Sejatinya adalah Makhluk Hidup

Sebenarnya poinnya, lanjut Ustaz Hanan, bukan di berbicara pada pohonnya saat membahas buku Kimmerer di bab Learning the Grammar of Animacy, melainkan menganggap mereka sebagai makhluk hidup, sebagaimana suku Potawatomi. Ini hal yang penting.

Ya sebab segala bentuk pengrusakan alam—termasuk penebangan liar pohon, pada hari ini sejatinya lahir dari perspektif keliru itu, bahwa alam sejatinya hanyalah objek tak bernyawa, sehingga kita manusia, merasa punya keleluasaan memperlakukannya dengan seenak jidat—nir adab, tanpa sedikit pun menaruh rasa hormat.

Padahal pengunaan kata ganti yang menyiratkan kesan bahwa alam dengan segala bagiannya adalah juga makhluk hidup sudah dari dulu termaktub dalam kitab suci kita selaku muslim.

Ayat-ayat Alam Sebagai Makhluk Hidup

Adalah ironis, kesadaran ini malah diperkenalkan oleh Kimmerer, bukan malah oleh kita yang sehari-harinya mendaras al-Qur'an. Ustaz Hanan pun kemudian mencontohkan beberapa ayat yang selaras dengan perspektif Kimmerer ini, misal:

"Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya senantiasa bertasbih kepada Allah. Tidak ada sesuatu pun, kecuali senantiasa bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia Maha Penyantun lagi Maha Pengampun."

(QS Al-Isra: 44)

"Jika Kami turunkan Al-Qur'an ini kepada gunung, pasti engkau akan melihatnya tunduk terpecah karena takut kepada Allah."

(QS AI-Hasyr: 21)

"Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya."

(QS Ibrahim: 24-25)

Ketiga ayat yang Ustaz Hanan kutip ini mengajarkan pada kita hakikat alam sebagai entitas yang hidup; sebagaimana kita manusia, "mereka" bertasbih, "mereka" tunduk, "mereka" memberi. Dengan demikian mereka bukanlah "ini" atau "itu" mereka adalah "dia".

Kesimpulan

Mulai detik ini mari kita biasakan menggunakan kata ganti yang demikian, saat berinteraksi dengan alam. Mudah-mudahan itu bisa jadi salah satu jalan, untuk mencegah aksi-aksi pengrusakan alam.

Peralihan materi dakwah Ustaz Hanan Attaki yang kini mulai menyoal masalah lingkungan semacam ini memang patut diapresiasi.

Di saat kebanyakan ustaz seperti beliau dengan pengikut banyak, malah menyesuaikan dirinya dengan selera pasar, Ustaz Hanan malah keluar dari zona nyamannya, mulai masuk ke isu-isu strategis seperti permasalahan lingkungan, yang sekarang jadi kegelisahan masyarakat global, terutama semenjak Kesepakatan Paris, pada 2015 lalu. Salut pokoknya.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image