Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti kholila

Kritik Ekologis dalam Novel Mata di Tanah Melus

Sastra | 2025-05-16 21:39:08

Mata di Tanah Melus karya Okky Madasari adalah novel yang berusaha membuka mata manusia untuk lebih peduli terhadap lingkungan sekitar. Novel ini memperkenalkan nilai-nilai kepedulian terhadap lingkungan sejak awal kepada pembaca, khususnya generasi muda, supaya dapat memahami ketergantungan manusia di alam dan betapa pentingnya menjaga serta menghargai lingkungan.

Novel Mata di Tanah Melus. Dokumentasi: Pribadi.

Berawal dari tokoh Matara dan Sang Ibu ketika mereka pergi liburan ke wilayah Timur Indonesia yang berbatasan dengan Timor Leste, lebih tepatnya ke Belu, sebuah kota kecil yang belum banyak dialiri listrik dan terpencil sehingga masih banyak kekayaan alam yang terjaga. Ibu memilih tempat itu untuk berlibur karena ingin menunjukkan kepada anaknya bahwa masih terdapat lokasi yang belum banyak disentuh oleh manusia, bahkan belum dijadikan tujuan wisata.

Selama di Belu, Mata mengalami banyak peristiwa mengejutkan dan luar biasa yang membuatnya terheran-heran, bahkan hingga meneteskan air mata. Mulai dari kejadian mobil yang mereka sewa menabrak sapi dan harus membayar ganti rugi agar tidak celaka, kemudian mengikuti ritual adat untuk mengusir marabahaya yang mengikutinya hingga perpisahan Mata dengan ibunya dan terdampar di tanah Melus.

Melus adalah sebuah suku yang dikenal sebagai pelindung alam dan sangat peduli terhadap lingkungan, hidup dengan berbagai ritual dan nilai kearifan lokal yang kuat. Mata pun diajak belajar tentang kehidupan bangsa Melus, yang memilih mengisolasi diri karena merasa terancam oleh pendatang yang merusak alam mereka. Mereka sangat melindungi alam karena hal tersebut adalah tugas mulia serta kehormatan, sehingga mereka memilih untuk hidup terpisah demi menjaga kelestarian lingkungan mereka.

Keputusan ini bermula dari pengalaman traumatis di masa lalu, yaitu seorang pemburu tega membunuh pemimpin mereka dan merusak kekayaan alam yang selama ini dijaga dengan penuh ketulusan. Hal ini menumbuhkan kritik ekologis terhadap novel tersebut, sebab isu-isu lingkungan yang diangkat menggambarkan bagaimana perusakan alam terjadi akibat tindakan manusia yang hanya mengejar keuntungan pribadi tanpa mempertimbangkan dampak ekologis yang ditimbulkan.

Melalui kisah dalam novel, Okky Madasari menegaskan bahwa manusia kerap menjadi pelaku utama perusak lingkungan, sehingga ekosistem menjadi rusak dan keanekaragaman hayati serta kehidupan masyarakat adat yang selama ini hidup selaras dengan alam terancam punah. Novel ini tidak hanya menyoroti kerusakan lingkungan secara fisik, tetapi juga menyampaikan kritik ekologis yang mendalam terhadap perilaku manusia yang berlebihan dan tidak bertanggung jawab.

Dengan menampilkan konflik antara manusia dan alam, novel ini mengajak pembaca untuk merefleksikan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem, menghargai kearifan lokal, serta mempertimbangkan dampak jangka panjang dari setiap tindakan terhadap lingkungan. Melalui kisah bangsa Melus yang memilih mengisolasi diri demi melindungi alam, novel ini menyampaikan pesan tentang perlunya etika lingkungan, solidaritas ekologis, dan tanggung jawab bersama dalam menjaga kelestarian alam untuk generasi mendatang.

Daftar Pustaka

Madasari, Okky. (2018). Mata di Tanah Melus. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image