Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Siti kholila

Aturan Adat yang Membelenggu Perempuan: Novel Kehilangan Mestika

Sastra | 2025-05-16 21:36:20

Hamidah menulis novel Kehilangan Mestika sebagai wujud perlawanan terhadap adat pingitan yang menyiksa kaum perempuan. Novel ini menceritakan kisah seorang gadis bernama Hamidah yang berusaha terbebas dari belenggu adat di daerahnya yaitu Mentok, Pulau Bangka. Budaya pingitan telah menjadi tradisi turun-temurun di Desa Mentok. Anak gadis dilarang keras untuk keluar rumah sebelum ada lelaki yang mau menjadikannya istri, mereka dikurung dengan penjagaan ketat dengan tujuan menjaga anak gadisnya dari marabahaya dan fitnah masyarakat.

Novel Kehilangan Mestika. Dokumentasi: Pribadi.

Dalam novel Kehilangan Mestika tergambar beberapa aturan adat yang membelenggu dan menyiksa kaum perempuan, hal tersebut membuat tokoh Hamidah tergerak untuk menentang aturan-aturan adat yang berlaku. Hamidah banyak melakukan beberapa aktivitas yang berlawanan dengan aturan adat bagi kaum perempuan.

Dalam novel terlihat usaha kecil Hamidah agar saudara-saudaranya dapat mengikuti perkembangan zaman dan tidak terjebak dalam tradisi yang usang. Dengan mengajarkan mereka, ia berharap akan terjadi perubahan yang membawa kemajuan bagi masyarakatnya sesuai dengan perkembangan zaman.

Anak bujang dan gadis tidak boleh terlihat bersamaan, hal ini menggambarkan aturan yang sangat ketat terhadap perempuan, yang hanya diperbolehkan tinggal di rumah tanpa kebebasan untuk beraktivitas di luar berjalan ke sana kemari, karena masyarakat meyakini bahwa peran perempuan terbatas hanya pada urusan rumah tangga.

Hamidah berani untuk berperan di luar batasan tradisional yang selama ini membatasi perempuan. Tindakan tersebut menjadi bukti nyata dalam menentang norma adat yang melarang perempuan keluar rumah dan berpartisipasi dalam kehidupan publik. Aturan adat yang kaku menjadi penghalang kebebasan perempuan.

Interaksi antara ayah dan anaknya pun dianggap aneh dan bahkan mendapat cibiran dari masyarakat sekitar. Norma sosial di lingkungan itu membatasi keterlibatan ayah dalam mengasuh anak perempuan, khususnya terkait pendidikan dan aktivitas di luar rumah. Hal ini mencerminkan belenggu adat yang menghalangi peran ayah secara aktif serta menghambat kemajuan perempuan dalam masyarakat tersebut.

Terdapat usaha besar Hamidah untuk memperjuangkan perubahan terhadap norma dan adat yang membelenggu kaum perempuan. Hamidah membentuk perkumpulan khususnya untuk para wanita yang mau berkembang dan memiliki kemampuan lebih dari keahlian di dapur yang selama ini dituruti. Hal ini merupakan cerminan sikap optimis bahwa kemajuan dan perubahan dapat terwujud melalui kerja sama dan keteguhan tekad.

Dari beberapa penjelasan di atas terlihatlah betapa kerasnya perjuangan tokoh Hamidah dalam melawan adat yang membelenggu kaum perempuan di daerahnya. Tidak menghiraukan celaan dan cibiran yang datang, ia menganggapnya sebagai angin lalu. Sikap ini terlihat dari keteguhan dan keberaniannya untuk tetap melangkah maju dalam perjuangan membuka ruang pendidikan bagi perempuan dan memperjuangkan kebebasan, meskipun mendapat tekanan sosial dan kritik dari lingkungan sekitarnya.

Daftar Pustaka:

Hamidah. (2011). Kehilangan Mestika. Jakarta: Balai Pustaka, Cetakan Kedelapan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image