Angka Kemiskinan Naik Akibat Terlalu Banyak Anak, Benarkah Begitu?
Lainnnya | 2025-05-13 15:18:25
Narasi “kalau miskin jangan punya anak” akhir-akhir ini menjadi topik hangat. Rencana Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi yang mengaitkan pemberian bansos dengan syarat vasektomi (kontrasepsi permanen pada pria) yang bertujuan untuk menekan laju kelahiran khususnya di kalangan masyarakat prasejahtera. Hal ini menuai berbagai respon dikalangan masyarakat, seperti Komnas HAM dan MUI. Rencana ini diusulkan karena banyak orang tua yang dinilai belum siap dalam segi finansial dan tanggung jawab dalam menghadapi kelahiran hingga pendidikan anak.
Program pembatasan kelahiran (vasektomi dan tubektomi) hukumnya haram. Sementara dalam Islam justru diperintahkan untuk menikah dan mendapatkan keturunan. Banyak ulama yang melarang pasangan suami istri bersepakat untuk merusak kemampuan reproduksi manusia. Akan tetapi, Islam mengizinkan pasangan suami istri untuk melakukan pengendalian atau pengaturan kehamilan. Dengan demikian, seorang ibu dapat memberikan pemeliharaan dan perhatian yang cukup untuk anak-anak mereka. Dalam hal pengendalian kehamilan dapat menggunakan berbagai metode (menggunakan kondom, menggunakan pil KB) selama tidak menimbulkan madarat (bahaya) terhadap pasangan suami istri. Jika menimbulkan madarat berupa ganguan kesehatan maka wajib hukumnya untuk dihentikan.
Narasi bahwa naiknya populasi (penambahan jumlah anak) menyebabkan kemiskinan merupakan narasi yang sesat. Kemiskinan yang terjadi akibat dari kemiskinan struktural yang merupakan dampak dari kegagalan sistem dalam pengelolaan dan distribusi sumber daya serta akses kesehatan pendidikan, kesehatan, dan lapangan perkerjaan yang sulit. Ini bukan tentang individu yang malas bekerja atau terlalu banyak anak tetapi inilah dampak dari sistem yang tidak mampu menyediakan akses yang merata.
Bonus demografi yang dinilai membawa potensi bagi negara seharusnya memfokuskan untuk meningkatkan pendidikan, meningkatkan kesehatan, membuka lapangan kerja, dan rekonstruksi sistem ekonomi. Namun dengan adanya kebijakan vasektomi justru menggambarkan bahwa negara tidak siap menghadapi populasi miskin sehingga melihat bahwa pengurangan populasi diangap sebagai solusi untuk mengurangi angka kemiskinan. Hal ini membuat masyarakat miskin justru disalahkan apabila menikah dan punya anak. Padahal penumpukan kekayaan pada segelitir orang menyebabkan roda perekonomian tidak berputar. Inilah lingkaran setan perekonomian yang disebabkan oleh kapitalisme.
Sudah seharusnya kita sadar bahwa penyebab kemiskinan karena tidak diterapkannya sistem yang mampu menjamin kesejahteraan masyarakat. Hanya Islam satu-satunya sistem kehidupan yang mampu memberikan solusi terbaik umat manusia. Dengan adanya penerapan Islam dalam sendi-sendi kehidupan maka akan mendatangkan berkah dan ridha dari Allah SWT.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
