Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Halim K Malik

Membangun Konstruk Pedagogik Berbasis Nilai-Nilai Keindonesiaan

Eduaksi | 2025-05-13 08:51:04
sumber: internet

Pendidikan bercirikan keindonesiaan perlu dibangun kembali, karena pendidikan di Indonesia dinilai semakin terperosok karena mengalami degradasi moral yang akut, akibat bias dari peradaban Barat. Pendidikan di Indonesia harus berdasarkan peradaban nasional yang lebih maju berbasis kearifan lokal. Pendidikan bercirikan Indonesia mengacu pada cita-cita pendidikan Bangsa Indonesia, yang berorientasi pada pendidikan manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, berorientasi ke masa depan tanpa tercerabut dari akar budayanya. Pendidikan Indonesia harus berazaskan nilai-nilai keragaman budaya yang menjadi ciri khas, yang lahir dari hasil olah akal dan budi masyarakatnya, karena kebudayaan Indonesia merupakan “markah” dalam mencapai keharmonisan kehidupan masyarakat Indonesia.

Standar Pendidikan Nasional harus bercirikan Indonesia yang termuat dalam kurikulum. Pada proses implementasinya tetap mempertimbangkan filosofi pendidikan yang saling bertaut, yaitu: (a) Proses Hominisasi; yang memposisikan manusia sebagai makhluk hidup dalam dunia/ekologinya. Karena itu pendidikan di samping harus mengkondisikan peserta didik sadar akan jati dirinya yang hidup dalam suatu bangsa dengan suatu ikatan budaya, dan falsafah hidup bersama sebagai sub- kultur dengan segala keunikan nilai dan budaya lokal yang disinggahinya.

Pendidikan memainkan peran krusial dalam proses hominisasi dengan: mengembangkan potensi dasar: Membantu individu mengembangkan potensi bawaan seperti berpikir, berbahasa, dan berinteraksi sosial Membentuk Identitas dan Karakter: Melalui interaksi dengan lingkungan dan pengalaman belajar, individu membentuk identitas dan karakter yang mencerminkan nilai-nilai kemanusiaan. Menyiapkan untuk Kehidupan Sosial: Mempersiapkan individu untuk berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan demikian, hominisasi adalah fondasi awal yang memungkinkan individu berkembang menjadi manusia seutuhnya melalui proses pendidikan yang berkelanjutan

(b) Proses Humanisasi; yang menempatkan manusia sebagai makhluk yang bermoral. Sebagai makhluk bermoral manusia tak sekadar hidup, tetapi hidup untuk mewujudkan eksistensi sebagai manusia yang berbudaya serta kesadaran religiusitas yang dimilikinya. Kesadaran kultural-spiritual turut pula mengkonstruksi identitas sehingga membentuk habitus segala kekayaan modal sosial, budaya dan modal simbolik yang perlu dimaknai dan berdayakan sehingga menjadi tindakan bermakna.

Beberapa pendekatan yang dapat diterapkan untuk mengaktualisasikan proses humanisasi dalam pendidikan:

1. Pendidikan sebagai Proses Memanusiakan Manusia Pendidikan harus diarahkan untuk mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia seutuhnya, dilakukan secara manusiawi, sehingga mereka dapat berkembang menuju kesempurnaan.

2. Penekanan pada Nilai-Nilai Kemanusiaan Proses pembelajaran sebaiknya mengutamakan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan, serta membentuk karakter dan memperkuat moralitas individu.

3. Pengembangan Kecerdasan Holistik Pendidikan humanis bertujuan menyiapkan generasi yang cerdas secara nalar, emosional, dan spiritual, bukan menciptakan individu yang pasif dan tidak mampu mengatasi persoalan.

4. Pendidikan yang Responsif dan Fleksibel Guru yang humanis bersifat fleksibel dan responsif, menyesuaikan pendekatan mengajar untuk mengakomodasi keragaman siswa, serta menggunakan penilaian alternatif yang menilai pemahaman siswa secara holistik.

5. Pendidikan sebagai Proses Transformasi Nilai Pendidikan harus kembali pada wajah aslinya, yaitu suatu proses transformasi nilai yang memanusiakan manusia.

Humanisasi dalam pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu, melainkan perjalanan untuk membentuk manusia yang utuh dan bermartabat.Dengan mengintegrasikan nilai-nilai kemanusiaan dalam setiap aspek pembelajaran, pendidikan dapat menjadi sarana efektif dalam menciptakan masyarakat yang lebih adil, empatik, dan beradab.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image