PTM atau Daring : Sama-sama Ujian Bagi Pelajar
Lomba | 2022-02-19 20:41:18Anak penulis yang duduk di bangku SMA, tentu saja sedikit kecewa karena PTM kembali dihentikan yang disebabkan COVID 19 varian omicron mengganas dan kembali ke sistem pembelajaran daring. Dia kecewa bukan karena sistem pembelajaran yang dilaksanakan. Namun semua itu diakibatkan karena tak bisa bersosialisasi dengan teman-teman sekolah sebab dengan berjalannya PTM ia mendapatkan kembali sesuatu yang selama 18 bulan tidak pernah dia dapatkan.
Mengutip dari Buku Psikologi Perkembangan Peserta Didik, Desmita (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2016), hal 229-230 dua ahli teori yang berpengaruh yaitu Jean Piaget dan Harry Stack Sullvisn,menekankan bahwa melalui hubungan teman sebaya anak dan remaja belajar tentang hubungan timbal balik yang simetris. Anak mempelajari prinsip-prinsip kejujuran dan keadilan melalui peristiwa pertentangan dengan teman sebaya. Mereka juga mempelajari secara aktif kepentingan-kepentingan dan perspektif teman sebaya dalam rangka memuluskan integrasi dirinya dalam aktivitas teman sebaya yang berkelanjutan. ( http://etheses.iainponorogo.ac.id/6556/1/UPLOAD.pdf).
Tetapi saya tetap membiarkannya beropini karena dia memang yang menghadapi kondisi seperti ini. Biar begitu saya tetap mengingatkan apapun konsekuensnya, tetap tidak boleh ketinggalan pelajaran baik sistem daring maupun sistem PTM. Kemudian saya pun mengarahkan, bahwa apapun keinginan kita, kini jelas dihadapkan pada pilihan yang kedua-duanya tak bisa ditolak. Intinya tetap saja belajar apapun kondisinya dengan harapan tetap sehat dan tidak terpapar virus yang sudah menjadi pandemi selama dua tahun ini di tanah air.
Memang ini sebuah realita yang tak terbantahkan. Karenanya, penerapan sistem daring atau sistem PTM tetap saja keduanya adalah bagian yang mesti dihadapi seluruh pelajar di Indonesia. Artinya, hal ini dapat dianggap sebagai ujian besar yang tengah dihadapi seluruh pelajar yang ada di tanah air. Tantangannya begitu nyata karena mereka dituntut belajar dalam kondisi yang tidak ideal. Akantetapi dengan kondisi seperti ini mereka harus tetap eksis dan memiliki semangat belajar yang baik agar tetap tidak ketinggalan dari agenda pendidikan yang dilakukan selama ini.
Pada saat pandemi dan adaptasi kebiasaan baru , kita jadi sadar ternyata belajar dapat dilaksanakan kapan aja dan di mana saja , dalam kondisi apapun. Situasi sulit bukannya harus mematahkan semangat dalam belajar tetapi justeru semakin menguatkan," Menteri Pendidikan, kebuidataam, Riset dan Teknoloigi, Nadiem Makarim. (https://bersama hadapikorona. kemendikbud.go.id).
Sesungguhnya semua ini adalah kondisi yang cukup berat yang harus dihadapi seluruh pelajar di tanah air. Karenanya peran orangtua adalah mampu menyadarkan mereka khususnya anak-anak kita untuk selalu tetap tenang, menikmati proses sistem pebelajaran apapun, melaksanakan protokol kesehatan secara baik, tidak mengeluh dengan kondisi yang terjadi serta semua itu harus didasari dengan ketulusan untuk menghadapi semua itu. Sekali lagi ini tidak mudah bagi mereka tetapi niscaya ada hikmah yang bisa menguatkan untuk bisa menyadari jika belajar formal ada di sekolah tetapi belajar non formal ada ditengah-tengah kehidupan. Kondisi saat ini yang tengah dihadapi adalah proses pembelajaran non formal yang didapatkan langsung dari pengalaman hidup.
Tetapi kita pun pantas mengapresiasi seluruh pelajar yang ada di tanah air. Kendati mereka belajar dalam kondisi yang tidak ideal, nyatanya hampir sebagian besar mereka tetap bertahan melaksanakan semuanya. Padahal kejenuhan, kebosanan, kejemuan, kejengkelan dan mungkin ingin menyerah ada namun mereka tetap bertahan. Kita anggap mereka tetap anak-anak hebat karena kondisi yang tak menentu seperti saat ini mereka tetap mau belajar. Hal ini membuktikan jika anak-anak kita aset masa depan yang harus kita olah sedemikian rupa untuk menjadi pelanjut perjuangan bangsa di masa depan.
Memang kini para orangtua pun terbagi menjadi dua kubu. Mereka yang pro PTM dan yang pro sistem belajar daring. Keduanya tetap memiliki alasan yang logis dan tak bisa dianggap yang satu bertentangan dengan yang lainnya tetapi keduanya bisa saling melengkapi sehingga tak perlu lagi ada semacam polemik tentang kedua sistem belajar yang dipilih untuk dilakukan dalam kondisi pandemik semacam ini. Kondisi ini sifatnya sementara tetapi kita sudah melihat Pemerintah sudah membuka kran untuk mengembalikan anak-anak belajar ke sistem PTM. Namun karena virus kembali mengganas maka kita ingat preinsip ini, pendidikan dan kesehatan sma-sama penting tetapi saat ini lebih penting kesehatan, di mana pendidikan tetap dilakukan dengan mengitung resiko yang akan terjadi dan yang dipilih adalah yang lebih kecil mudharatnya.
Jelas harapan kita semua adalah pandemik segera berakhir sehingga sistem pembelajaran tatap muka akan bisa kembali dilakukan. Namun demikian jika kondisinya belum memungkinkan maka pilihan sistem belajar daring pun tak bisa dianggap sepele atau kemudian tak bisa dianggap memberatkan. Keduanya adalah tetap dianggap proses untuk menjadikan pelajar di tanah air tetap bisa mendapatkan pendidikan secara baik. Seperti pepatah, tak ada gading yang tak retak sehingga sistem pembelajaran daring atau PTM memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.***
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.