Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Hasan Albana

Bermain Waktu dan Waktunya Bermain

Agama | 2025-05-09 08:25:16
source: shutterstock

Bermain Waktu & Waktunya Bermain

Hasan Albana, M.Pd

Guru SDIT Ahmad Yani Malang

Waktu adalah sehelai kertas kehidupan yang harus di tulis dengna deretan kalimat kerja dan prestasi. Dia akan merasakan kehampaan yang luar biasa apabila waktu yang dilaluinya tidak di isi dengan kreasi, kalimat kerjanya terputus, atau bahkan dia akan merasaksan kekosongan jiwa apabila ada waktu yang kosong serta tidak mempunya nilai apa pun.

Bila sampai saat ini, anda berumur 30 tahun, seharusnya ada 30 jilid kehidupan yang berjudul nama Anda. Setiap jilid itu terdiri atas 12 bab, 365 halaman, dan setiap halamannya terdiri atas 24 baris atau 8.7600 kata setiap jilidnya. Apakah baris-baris itu penuh dengan cerita yang exciting (seru), kisah tentang persaingan, kisah perjalanan menuju pasar, diskusi, membaca, menghujat pemimpin di media sosial, dan lain lain. Ataukah hanya deretan kisah tentang tidur, sakit, atau bermalas malasan, scroll media sosial. Atau setiap lembarnya justru kosong tidak berisi tulisan apapun, lantas, bagaimana Anda akan berkata pada pembaca kehidupan Anda bila lembarannya penuh dengan kertas kosong?

Ulama besar bernama Imam Ghozali bertanya kepada muridnya, apa yang paling jauh di dunia ini? Tanpa disangka jawabannya adalah masa lalu, karena memang secanggih apapun alat yang kita gunakan untuk mengejar masa lalu tidak akan mampu, khayalan dan dunia fantasi dalam kantong Doraemon dengan pintu kemana sajanya merenggut Impian itu, faktanya masa lalu telah berlalu, dalam kenyataan ia tidak bisa diputar kembali. Semua berkaitan dengan waktu, ia berputar sebagai sunnahNya, siap atau tidak ia akan berlalu. Kehidupan sejatinya hanya sebuah permainan

ٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّمَا ٱلْحَيَوٰةُ ٱلدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ

‘Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan & suatu yang melalaikan . (Al Hadid:20)

Ternyata hanya sebatas permainan yang melalaikan, hanya bercanda dan penuh komedi sejarah diri sendiri, perintah dari Tuhan disepelekan, ujungnya kita sendiri yang rugi dunia akhirat, memag sangatlah lucu manusia. Terlalu serius merenggut dunia ternyata hanyalah bercanda. Digenggam kuat pasir-pasir dunia, ternyata runtuh dalam sela-sela genggaman tangan, dikejar sekuat tenaga ternyata ia menjauh juga karena sekedar bayangan. Puing-puing harta sekuat tenaga dikumpulkan, sepiring nasi saja harian yang ia makan, milyaran maupun triliunan tersimpan rapi pada catatan bank, bangga tumpukan harta tertulis rapi, lupa sejatinya ia akan diminta pertanggungjawaban.

وَلَا تَقْفُ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِۦ عِلْمٌ ۚ إِنَّ ٱلسَّمْعَ وَٱلْبَصَرَ وَٱلْفُؤَادَ كُلُّ أُو۟لَٰٓئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْـُٔولًا

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.(Al-Isra 36)

Sudahlah, jangan ikut-ikutan kaum flexing maupun bergelimang pujian akan kekayaan. Semua sudah terdapat actor contohnya sedari dulu, Qorun menjadi pesakitan kisah pilu akan keserakahan harta, jejak tidak perlu ditiru sedari ingat bilamana itu keliru. Berbalik arah dan segera bertaubat tentu pilihan jitu, tidak ada kata terlambat. Jangan bermain waktu, jangan mempermainkan waktu.

Bermain dengan waktu sungguh menyesakkan, tanpa sadar kalimat dari lisan berucap ‘tidak terasa ya, ternyata sudah tahun 2025’, berlalu begitu cepat.

Bermain dengan waktu hanyalah sia-sia.

Waktunya kita bermain, bukan Bersama waktu, tetapi waktunya bermain dengan kehidupan ini, permainan yang tidak melalaikan. Bermain rasa dengan berbelas kasih, bermain cinta dengan saling menyayangi. Bermain harta dengan sedekah. Bermain peluang dengan menghitung hitung peluang kita masuk surga.

Waktunya bermain. Hidup ini menyenangkan, bermain tulisan dengan mengispirasi orang lain. Bermain kata dengan memotivasi orang lain. Bermain selalu menyenangkan. Tatkala hati merasa bahagia, tatkala hati merasa lepas akan cengeraman dunia, tatkala hati tidak terlalu terbelenggu cinta dunia, waktunya bermain.

Bermainlah tetapi jangan main-main. Bermainlah tetapi jangan dengan waktu. Bermainlah untuk mengisi waktu tersebut dengan hal yang menyenangkan dan bermanfaat untuk bekal kehidupan akhirat. Tidak ada larangan bermain, tidak ada larangan untuk membersamai waktu, sementara permainan itu selalu membawa kita untuk ingat kepada Ilahi Rabbi.

وَلَلْءَاخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ ٱلْأُولَىٰ

Artinya: Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu dari pada yang sekarang (permulaan). (Ad-Dhuha: 4)

Tujuan akhirat ternyata lebih baik bagi kita, meskipun tidak boleh lupa akan urusan dunia

وَٱبْتَغِ فِيمَآ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلْءَاخِرَةَ ۖ وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ ٱلدُّنْيَا ۖ

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi (Al-Qashaash:77)

Namun urusan dunia hanyalah jembatan untuk menuju tempat utama yaitu akhirat. Selamat bermain bergembiralah, hidup ini indah, kita isi lembaran-lembaran buku kehidupan kita masing masing dengan bermain, namun permainan yang menyebabkan Ridha Allah hadir pada diri kita. Semoga

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image