Peluncuran Buku Mengenal Mappinawang dari Sahabat: Mengenang Santri Pejuang HAM dan Demokrasi
Sinau | 2025-05-09 06:53:57
MAKASSAR - Sebuah buku yang merangkum berbagai testimoni tentang sosok Mappinawang, seorang tokoh yang dikenal luas atas dedikasinya dalam memperjuangkan hak asasi manusia dan demokrasi, telah diluncurkan dan dibedah di Gedung IMMIM Makassar pada Kamis, (8/5/2025).
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting, termasuk keluarga almarhum Mappinawang, rekan-rekan seperjuangan, akademisi, perwakilan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), serta beberapa pejabat. Acarapun digelar lintas organisasi, PP IAPIM bersama LSM yang menjadi tempat berkiprah Mappinawang.
Diskusi mendalam mengenai sosok Mappinawang dan isi buku ini menghadirkan sejumlah pembicara kompeten, di antaranya Prof Karta Jayadi, Prof Said Karim, Alwy Rahmad, dan Sudirman Nasir. Para pembicara berbagi perspektif mereka mengenai jejak langkah dan pemikiran Mappinawang, menyoroti nilai-nilai luhur seperti kerendahan hati dan jiwa kepemimpinan yang melekat pada dirinya.
Buku "Mengenal Mappinawang dari Sahabat" ini hadir sebagai upaya untuk memberikan gambaran yang utuh dan mendalam mengenai kehidupan serta ajaran-ajaran yang dianut oleh Mappinawang. Kumpulan testimoni dari orang-orang terdekatnya diharapkan dapat menjadi sumber inspirasi dan pemahaman bagi generasi penerus.
Ketua panitia pelaksana acara, Nur Fadjri Fadeli Luran, dalam sambutannya menyampaikan bahwa penerbitan buku ini memiliki arti penting dalam melestarikan warisan nilai-nilai perjuangan Mappinawang. Ia berharap buku ini dapat menginspirasi lebih banyak orang untuk melanjutkan cita-cita luhur almarhum dalam memperjuangkan kemanusiaan dan demokrasi.
Acara peluncuran dan bedah buku ini menjadi momentum penting untuk mengenang jasa-jasa Mappinawang serta merefleksikan kembali nilai-nilai perjuangan yang telah ia wariskan. Kehadiran berbagai kalangan dalam acara ini menunjukkan betapa besar pengaruh dan apresiasi masyarakat terhadap sosok Mappinawang.
Ismail Suardi Wekke, alumni Pesantren IMMIM (1995) yang juga turut menulis dalam buku kumpulan tulisan tersebut, mengemukakan bahwa apa yang menjadi bahasan dalam buku sejatinya menjawab pertanyaan terakhir editor yang menjadi moderator dalam bedah buku “apa yang menjadi agenda masa depan setelah wafatanya Mappinawang”.
Wafatnya Mappinawang: Momentum Mengarusutamakan Agenda HAM dan Demokrasi di Sulawesi Selatan
Kepergian Mappinawang, seorang tokoh yang dihormati di Sulawesi Selatan, membuka ruang refleksi mendalam mengenai agenda Hak Asasi Manusia (HAM) dan demokrasi di wilayah ini.
Semangat beliau dalam memperjuangkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat dapat menjadi landasan yang kuat untuk mempercepat pengarusutamaan nilai-nilai HAM dan demokrasi dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk di lingkungan pendidikan pesantren.
Salah satu agenda mendesak adalah penguatan pendidikan HAM dan demokrasi di seluruh lapisan masyarakat Sulawesi Selatan. Warisan Mappinawang yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan partisipasi publik dapat diinternalisasikan melalui kurikulum pendidikan formal dan non-formal.
Program-program sosialisasi dan pelatihan mengenai hak-hak dasar, kebebasan berpendapat, dan proses demokratisasi perlu diperluas untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman masyarakat.
Secara khusus, perhatian perlu difokuskan pada pemajuan HAM dan demokrasi di lingkungan pesantren. Pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam memiliki peran strategis dalam membentuk karakter dan nilai-nilai generasi muda Muslim.
Mengintegrasikan prinsip-prinsip HAM seperti kesetaraan, toleransi, dan keadilan, serta nilai-nilai demokrasi seperti musyawarah dan partisipasi dalam tata kelola pesantren, akan melahirkan lulusan yang tidak hanya Saleh secara spiritual, tetapi juga memiliki kesadaran akan hak dan kewajibannya sebagai warga negara.
Agenda pemajuan HAM di pesantren dapat diwujudkan melalui berbagai cara, seperti penyusunan kurikulum yang sensitif terhadap isu-isu HAM, pelatihan bagi para ustadz dan ustadzah mengenai perspektif HAM, pembentukan forum-forum diskusi dan advokasi HAM di lingkungan pesantren, serta pengembangan mekanisme pengaduan yang aman dan responsif terhadap pelanggaran hak.
Demikian pula, pemajuan demokrasi di pesantren dapat dilakukan dengan mendorong partisipasi aktif santri dalam pengambilan keputusan melalui pembentukan organisasi santri yang representatif, penyelenggaraan forum musyawarah untuk membahas kebijakan pesantren, serta memberikan ruang bagi santri untuk menyampaikan aspirasi dan kritik secara konstruktif.
Momentum ini juga dapat dimanfaatkan untuk memperkuat kolaborasi antara pemerintah daerah, organisasi masyarakat sipil (OMS), lembaga pendidikan, dan tokoh agama dalam memajukan agenda HAM dan demokrasi di Sulawesi Selatan. Sinergi antar pihak akan mempercepat implementasi program-program yang efektif dan berkelanjutan.
Selain itu, penting untuk memastikan adanya mekanisme pengawasan dan akuntabilitas yang kuat terhadap implementasi kebijakan dan program terkait HAM dan demokrasi. Masyarakat sipil dan media massa memiliki peran krusial dalam mengawasi jalannya pemerintahan dan memberikan masukan konstruktif untuk perbaikan.
Dengan mengarusutamakan agenda HAM dan demokrasi, serta secara khusus memajukannya di lingkungan pesantren, Sulawesi Selatan dapat melangkah maju menjadi masyarakat yang lebih adil, inklusif, dan partisipatif.
Kepergian Mappinawang hendaknya menjadi pemicu semangat kolektif untuk mewujudkan cita-cita luhur tersebut, demi kemajuan dan kesejahteraan seluruh masyarakat.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
