Membaca Kartini
Sastra | 2025-05-07 18:26:01Sebuah buku, bisa mengubah hidup seseorang. Sebuah buku bisa menginspirasi suatu kaum. Sebuah buku juga bisa menggeliat bangkit sebuah bangsa, hingga berani berjuang dan berkorban untuk meraih merdeka!
Dua bulan lalu, sebuah challenge dilontar komunitas Danarakca History Enthusiast and Lovers (DAHOELOE), untuk menjadi narasumber bedah buku sastra klasik, dengan sejumlah pilihan judul karya lawas terbitan Balai Pustaka, rencana helat medio April 2025 dengan penyelenggara Kemenkeu Library dan Komunitas Sobat Baca KemenkeuLib serta Komunitas Sastra Kemenkeu, bertempat di Perpustakaan Kemenkeu, Gd. Juanda I Lt. Mezannine.
Mana mungkin tak diiyakan tho? Saya optimis sanggupi dan menilik momentum saya tersenyum. Tak ada buku yang lebih pas dibahas selain...
"BUKU itu"...
Dua bulan saya gunakan untuk riset intensif meneliti perbandingan naskah asli maupun dua versi terjemahannya. Hasilnya saya tuangkan dalam paparan dan kompilasi bersama sejumlah karya terdahulu yang relevan menjadi...
"SESUATU!"
Maka subhanallah walhamdulillah, Jum'at kemarin, 25 April 2025, tergelarlah:
MEMBACA KARTINI: Bedah Dedah Rampai Surat"HABIS GELAP TERBITLAH TERANG"
Membedah menggunakan pisau analisis yang saya perkenalkan sebagai 4K, yakni Konteks, Konsep, Konten, Kontribusi, serta Skala Dampak untuk mengukur kekuatan pengaruh sebuah buku; sebelum mendedah rampai surat-surat korespondensi Raden Ajeng Kartini dalam dua versi translasi Empat Saudara dan Armijn Pane, hadirin saya ajak berkelana berlompat abad dan warsa, menjumpai beberapa buku yang tertakdir serupa, dapat mengakselerasi perubahan, mengubah wajah dan sejarah dunia.
Terima kasih utamanya kepada KemenkeuLib, Pak Indra dan tim yang luar biasa, juga terima kasih Sobat Baca Kemenkeulib, Komunitas DAHOELOE, Komunitas Sastra Kemenkeu (KSK), serta para hadirin yang antusias menikmati, baik daring maupun hadir langsung luring dan aktif berinteraksi, semoga berkenan dan dapat bermanfaat.
NGOBRAS (Ngobrol Bareng Sobat Baca KemenkeuLib) #6 MEETUP kemarin adalah pertama kalinya dilakukan secara hybrid, on-site dan on-line via Zoom Meeting yang setelah acara Alhamdulillah disampaikan antusiasme pirsawan tinggi dalam mengikuti.
Dalam event yang bertajuk BAHAS ASIK SASTRA KLASIK: Membedah Pesan Dari Masa Lalu itu, saya beruntung ditemani MC Pustakawan Mbak Endah Setyorini dan Moderator serba bisa sobat lintas komunitas, Mas Nugroho "Poetoe" Warsito.
Sebelum bedah buku, Host memberi tantangan pada partisipan memilih satu judul buku sastra klasik terbitan Balai Pustaka yang disediakan, melakukan Silent Reading setengah jam, lalu menyaji review singkat. Tiga reviewer yang berani berbagi hasil ulasannya adalah Mas Riza dari DJP, Pak Iman dari DJKN, dan Mas Rasyid dari BKF, mendapat souvenir kaos Sobat Buku.
Dalam paparan ilustratif 21 halaman slide, saya menggunakan metode Storytelling dalam penyampaian materi. Pirsawan saya ajak berkelana ke era Sriwijaya melalui kitab karya biksu Yi Jing yakni Nan Hai Chi Kuei Nei Fa Chuan, yang mengungkap pernah hadir kedatuan terbesar Asia Tenggara di abad ke-7 yang disinggahinya tahun 671 M.
Seribu tahun kemudian, buku Itinerario karya Jan Huygen Van Linschoten membawa bangsa Belanda berduyun datang ke Nusantara, dipelopori Cornelis de Houtman mendarat di Banten 1596, hingga VOC 1602 didirikan sebagai perusahaan multinasional pertama di dunia, yang dengan hak Octrooi diberi wewenang menancapkan kuku hegemoni melalui kolonisasi di Timur Jauh yang kelak disebut Hindia Belanda.
Perubahan kondisi geopolitik di Eropa dan khususnya Belanda berpengaruh ke tanah air, menggantikan kerja rodi dan tanam paksa Cultuur Stelsel dengan kebijakan Politik Etis yang lebih beradab, balas Budi ke negeri jajahan koloni melalui Trias Van Deventer: Irigasi, Imigrasi dan Edukasi. Sementara bangsa Bumiputera masih dikutat adat feodal yang membelenggu utamanya kaum perempuan.
Pada fase zaman menyedihkan dan situasi geostrategis demikian, Kartini hadir mengisi ruang dan memenuhi takdirnya pada lembaran sejarah: sebagai lilin yang menyuluh cahaya, pelita dalam kegelapan bagi kaum dan bangsanya, meski habis terbakar, uripnya jadi urup, hidupnya menjadi nyala!
Di akhir pembahasan, saya menghadiahkan kepada Perpustakaan Kemenkeu, sebuah BUKU hasil riset dan analisis saya selama dua bulan dari buku yang hari itu dibedah, dengan judul buku itu tadi:
MEMBACA KARTINI
Bedah Dedah Rampai Surat"Habis Gelap Terbitlah Terang"(Tebal 117 halaman)
Karya:Dhimas Wisnu MahendraS.Kom, M.M., MBA.Adv, CPCM, CPS
Tak lupa menghadiahkan buku kepada istri tercinta dalam halaman pembuka, buku itu juga saya hadiahkan gratis kepada hadirin dalam versi pdf, bisa didapatkan melalui Sobat Baca KemenkeuLib. Monggo!
Sekali lagi terima kasih untuk kesempatan dan kepercayaannya, setidaknya terpakai juga sertifikasi pembicara ruang publik saya dalam acara yang sepantasnya.
Matur nuwun...
Terus semangat...
Jangan berhenti berkarya!
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
