Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Firga Shehan Shadra

Mata yang Menembus Bintang: Sepenggal Kisah dari Langit Belanda

Pendidikan dan Literasi | 2025-05-05 23:49:24
Gerard Kuiper (telescope.live)

Dahulu kala, pernah ada seorang anak laki-laki dengan kemampuan istemewa. Dia bisa melihat lebih jauh dari pada siapapun ketika memandang langit. Dia melihat bintang-bintang yang terlalu jauh dan pudar bagi orang lain yang tak menggunakan teleskop. Ketika sebagian besar orang memandang rasi Pleiades, mereka melihat tujuh bintang terang dan barangkali dua atau tiga bintang lebih redup. Para leluhur kita dulu menjadikan Pleiades sebagai ujian keahlian untuk pemburu dan pengintai. Jika dapat melihat 12 bintang di rasi itu, anda layak menjadi pemburu atau pengintai. Namun anak itu dapat melihat 14 bintang di Pleiades. Gerard Peter Kuiper dapat melihat bintang-bintang yang empat kali lebih suram daripada yang bisa dilihat mata manusia biasa.

Itu terjadi di Belanda lebih daripada seratus tahun lalu. Dahulu, putra penjahit miskin tak dapat berharap menjadi ahli astronomi. Namun si anak tak bisa dihalangi. Waktu itu para ahli astronomi berpikir bahwa kosmos terdiri atas hanya segelintir planet yang ada di tata surya kita sendiri. Barangkali satu atau dua bintang lain juga punya planet, menurut mereka, tapi tata surya kita dianggap unik satu diantara setriliun. Para ahli astronomi memandang sebagian besar bintang lain sebagai titik-titik cahaya belaka yang tak pernah melahirkan dunia. Kalaupun kita bukan pusat alam semesta, kita di bumi tetap merasa istimewa. Matahari kita adalah bintang langka yang memiliki planet dan bulan, demikian yang dipercaya saintis kala itu.

Kuiper memiliki jiwa saintis, keinginan mengetahui bagaimana bintang dan planet terjadi. Sewaktu remaja, si penatap bintang muda tertarik dengan gagasan seseorang yang hidup hampir tiga abad sebelum dia: filsuf abad ke-17 René Descartes. Descartes menjabarkan teorinya mengenai asal-usul tata surya, membayang-kan awan warna-warni berputar dengan Matahari di tengah. Planet-planet muncul dari awan berputar itu. Namun Descartes hidup pada zaman dan di tempat di mana hukuman untuk mengajukan gagasan yang bentrok dengan pandangan keagamaan negara dapat berupa pemenjaraan, penyiksaan, kematian. Descartes menyimpan sendiri gagasannya, yang baru diterbitkan 20 tahun sesudah dia meninggal. Konsep awal Descartes mendahului pemahaman Isaac Newton atas gravitasi dan perannya dalam pembentukan tata surya. Itu lebih daripada cukup untuk menggugah akal budi seorang saintis masa depan.

Kuiper sungguh menjanjikan sehingga ayah dan kakek nya mengumpulkan sedikit uang yang mereka punya untuk membelikan dia teleskop sederhana. Dia lulus ujian dan diterima di Universitas Leiden pada 1924, di mana semacam zaman emas kecil astronomi sedang terjadi: Willem de Sitter, yang bekerja sama dengan Einstein dalam kosmologi; Bart Bok, yang mengajari kita banyak hal mengenai evolusi dan bentuk galaksi rumah kita; Jan Oort, yang menemukan tempat Matahari kita di galaksi dan memprediksi keberadaan awan besar inti komet yang mengelilingi tata surya, yang menyandang namanya; dan Ejnar Hertzsprung, yang mengembangkan sistem klasifikasi bintang itulah sebagian pengajar dan mahasiswa terkenal di sana.

Leiden merupakan tempat istimewa bagi para ahli astronomi kala itu. Boleh jadi cahaya sekitar yang kuat di negara berpenduduk padat dan langit yang sering berawan membuat orang-orang Belanda beralih dari pengamatan optis ke astronomi radio, yang tak terhalang awan. Teleskop radio menangkap pancaran radio dari benda astronomis, bukan cahaya tampak. Astronomi radio memperluas pandangan kita akan kosmos melebihi bentang sempit radiasi elektromagnetik yang bisa dilihat mata kita.

Kuiper punya kelemahan. Dia suka bertengkar dan mudah terlibat konflik dengan kolega-kolega nya. Dia juga bisa serampangan dalam hal mengakui hasil karya orang lain. Kepribadiannya kiranya membuat kehidupan dan pekerjaan di kolam kecil Leiden sulit. Barangkali Kuiper lega ketika ditawari pekerjaan di Observatorium McDonald di satu tempat di Texas barat. Kesempatan memimpin observatorium terpencil, jauh dari ibukota-ibukota budaya sains, pasti menarik bagi dia. Lagi pula, di sana bintang-bintang bisa dilihat lebih jelas daripada di tempat lain. Tak ada kota di dekat sana sampai berkilo-kilometer, hanya kegelapan liar.

Pada peralihan abad ke-20, para ahli astronomi telah menemukan bahwa separuh dari semua bintang yang tampak sebenarnya adalah pasangan bintang yang terikat gravitasi. Sebagian besar bintang ganda (binary stars) seperti kembar, terbentuk dari rahim gas dan debu yang sama. Yang lain tumbuh secara terpisah, dan baru terikat gravitasi belakangan. Bintang-bintang lainnya tetap sendiri sepanjang hidup. Kuiper memilih berkonsentrasi ke bintang ganda. Dia bertanya-tanya apakah bintang ganda dapat menunjukkan cara terbentuknya planet-planet di tata surya kita, dan bagaimana planet-planet jadi terikat gravitasi ke Matahari.

Gerard Peter Kuiper membuktikan bahwa ketekunan dan rasa ingin tahu bisa mengatasi keterbatasan. Dari anak penjahit miskin menjadi pelopor astronomi modern, ia memperluas pemahaman manusia tentang tata surya dan bintang-bintang, meski sifat pribadinya kerap memicu konflik. Warisannya tetap abadi dalam ilmu pengetahuan.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image