Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Admin Eviyanti

Solusi Holistik di Tengah Menggunungnya Sampah

Eduaksi | 2025-05-01 04:28:32

Oleh Tinie Andryani

Aktivis Muslimah

Pemkab Bandung mengklaim memiliki inovasi baru dalam pengelolaan sampah dan pengurangan emisi karbon. Pengolahannya melalui teknologi Bandung Bedas Green Techno atau yang dikenal dengan mesin Jaleuleu Bedas.

Jaleuleu Bedas merupakan hasil karya anak muda Kabupaten Bandung yang di dukung sepenuhnya oleh Bupati Bandung, baik secara finansial maupun pengembangan. Salah satu inovasi utama dari Jaleuleu Bedas adalah kemampuannya menghasilkan oksigen murni hingga 20,8 persen selama proses pembakaran. Hal ini merupakan pencapaian yang belum pernah ada dalam teknologi pengelolaan sampah lainnya. Menurut Bupati Bandung Dadang Supriatna, teknologi ini tidak hanya netral karbon, tetapi berkontribusi terhadap keseimbangan atmosfer dan peningkatan kualitas udara secara global (tribunjabar.id, 18/3/2025).

"Hasil pembakaran ini tidak mengeluarkan gas beracun atau partikel mikro yang dapat mencemari udara dan membahayakan kesehatan masyarakat," ucapnya.

Selain itu, Ia pun beranggapan bahwa mesin ini memiliki efisiensi hampir sempurna dengan tingkat penguraian sampah mencapai 99 persen. Residu yang tersisa hanya 0,5-1 persen dan masih bisa dimanfaatkan untuk keperluan lain.

Indonesia termasuk ke dalam 10 negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia. Banyaknya penduduk yang tinggal di sebuah negara tentunya akan menimbulkan sejumlah persoalan baru, diantaranya adalah produksi sampah serta pengelolaannya.

Salah satu isu lingkungan yang selalu menjadi perhatian masyarakat adalah masalah sampah. Kota kota besar dan metropolitan di Indonesia menjadi penyumbang sampah terbesar di Indonesia, seperti kota Jakarta, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya.

Masalah sampah memang sangat penting dan perlu diperhatikan. Sampah dapat berdampak negatif pada lingkungan dan kesehatan jika tidak dikelola dengan baik.

Dari beragamnya jenis sampah, sampah organik lebih banyak ditemui dan justru lebih mendominasi, terlebih saat hari raya lebaran dan pasca lebaran. Disamping itu, permasalahan sampah plastik pun menjadi masalah utama yang tidak pernah terselesaikan, karena dapat mencemari lingkungan, baik tanah maupun laut. Sifat sampah plastik yang tidak mudah terurai serta proses pengolahannya yang menimbulkan toksit dan bersifat karsinogenik (zat yang menyebabkan kanker) mengakibatkan penggunaan plastik menjadi sangat berbahaya.

Adapun program pengolahan sampah yang di upayakan pemerintah yakni program TPS-3R dan Bank Sampah. Program ini bertujuan untuk mengurangi jumlah sampah yang masuk ke TPA (Tempat Pembuangan Akhir) dan meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan sampah yang baik. Namun sayangnya, kedua program ini masih belum mampu mengatasi permasalahan sampah di Indonesia, ini di sebabkan karena beberapa faktor yaitu:

1. Masyarakat Indonesia belum memiliki kesadaran diri. Masyarakat cenderung acuh tak acuh dalam pengelolaan sampah. Misal, untuk membiasakan diri agar tidak membuang sampah sembarangan saja masih sulit. Padahal kesadaran dari masyarakat adalah kunci utama berhasilnya program pengolahan sampah.

2. Kurangnya Edukasi. Minimnya pengetahuan masyarakat Indonesia tentang program yang tengah dijalankan pun menjadi kendala. Perlu dilakukan upaya edukasi lebih dalam mengenai dampak yang akan terjadi bila tidak mengolah sampah dengan baik.

3. Sarana dan Prasarana. Keterbatasan fasilitas seperti TPS-3R dan Bank Sampah pun tak luput jadi masalah. Masih banyak daerah di Indonesia tidak dilengkapi dengan fasilitas pengolahan sampah. Meskipun sudah ada, terkadang letaknya cukup jauh dan membuat masyarakat menjadi malas. Alhasil mereka memilih membuang sampah dekat tempat tinggal misalnya saja sungai.

4. Kurangnya pendampingan oleh pihak profesional. Banyak pengelolaan sampah tidak berjalan optimal karena tidak ditangani oleh orang yang profesional dan ahli dalam bidang persampahan.

Penanganan masalah sampah memang belum sepenuhnya menjadi perhatian, baik pemerintah ataupun masyarakat. Sejumlah LSM ataupun gerakan sosial yang fokus pada masalah lingkungan mempunyai PR yang besar untuk mengatasi problem ini. Sejumlah gagasan dirumuskan dan langkah taktis pun bermunculan. Tetapi sayangnya problem sampah seolah tidak pernah usai, alhasil gundukan sampah yang membumbung tinggi terjadi dimana mana, akibatnya sampah menyerbak mengeluarkan aroma yang tidak sedap, berpotensi menimbulkan penyakit dan yang tak kalah penting ialah meniadakan keindahan lingkungan.

Persoalan sampah terus terjadi, tetapi minimnya penegakkan hukum dan anggaran pengelolaan menunjukan kurang seriusnya pemerintah menyelesaikannya.

Tumpukan sampah pasca lebaran contohnya. Hal ini menunjukan betapa lalainya pemerintah meminimalisir gundukan sampah hingga membumbung tinggi. Selain itu, minimnya kesadaran masyarakat akan bahaya yang ditimbulkan oleh sampah semakin berkurang.

Adapun inovasi yang ditawarkan pemerintah untuk mengatasi masalah sampah mulai dari digaungkannya gerakan peduli lingkungan, gerakan tanpa sampah plastik atau kebijakan kantong plastik berbayar di swalayan (ritel). Faktanya, kebijakan ini belum cukup efektif karena masyarakat masih saja menghiraukan nya, masyarakat lebih rela membayar kantong plastik ketimbang membawa tas dari rumah.

Di lain sisi, tanpa di sadari sikap konsumerisme berdampak langsung pada lingkungan, diantaranya sikap gemar belanja. Terlebih, dunia digital menawarkan kemudahan untuk bertransaksi begitu memanjakan mata para konsumen hanya dalam sekali klik. Alhasil konsumerisme menyerang seluruh lapisan masyarakat dan mereka pun terkondisikan untuk bergaya hidup konsumtif. Inilah faktor masyarakat kapitalistik yang sulit memilah antara kebutuhan dan keinginan, karena dalam pandangan kapitalisme apapun yang manusia butuhkan (kebutuhan jasmani) harus dipenuhi tanpa kecuali.

Masalah lingkungan bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Perlu kesadaran dan peran antara individu, masyarakat, dan negara. Oleh karena itu, butuh kebijakan sistemis yang mampu menuntaskan masalah lingkungan.

Kebijakan sistemis tersebut adalah solusi yang berasal dari akidah Islam.

1. Peran individu. Setiap orang wajib dibekali informasi bijak tentang pengolahan sampah. Misalnya memisahkan sampah organik dan anorganik guna memudahkan proses penguraian sampah. Selain itu setiap orang diwajibkan untuk selalu menjaga kebersihan. Dalam Islam, menjaga kebersihan merupakan perintah syariat. Rasulullah saw.bersabda "Sesungguhnya Allah Maha Indah dan mencintai keindahan, Maha Bersih dan mencintai kebersihan, Maha Mulia dan mencintai kemuliaan. Karena itu, bersihkanlah rumah dan halaman kalian dan janganlah kalian menyerupai orang orang Yahudi" (HR At Tirmidzi dan Abu Ya'la).

Dalam memenuhi kebutuhan jasmaniah seperti belanja misalnya, akidah Islam mampu menempatkan antara kebutuhan dan keinginan. Serta menyakini adanya hisab (perhitungan) atas barang yang di belinya.

2. Peran masyarakat. Masyarakat berperan sebagai kontrol sosial bagi seseorang lainnya yang membuang sampah sembarangan. Masyarakat juga mesti aktif dalam kegiatan gotong royong guna membersihkan lingkungan.

3. Peran Negara. Negara berperan penting dalam menciptakan negeri bebas limbah. Negara menjalankan fungsinya sebagai pengurus rakyat dengan mengedukasi bahaya sampah.

Beberapa hal yang ditempuh Khilafah untuk menyolusi secara holistik terkait masalah sampah, yaitu :

Pertama, negara akan mengembangkan riset terpadu untuk menemukan teknologi mutakhir dan teknologi pengolah sampah yang mumpuni.

Kedua, negara akan memberikan bantuan khusus untuk inovasi penyediaan alternatif yang didanai negara.

Ketiga, negara akan membentuk tim ilmuwan untuk mempelajari dan mengembangkan cara cara baru guna membersihkan limbah yang tidak dapat di daur ulang guna menghilangkan risiko dan bahaya bari rakyat.

Sungguh, dibutuhkan kesadaran bersama dalam mengolah sampah. Jangan biarkan tumpukan sampah menjadi ancaman bagi masyarakat, baik dari sisi kesehatan maupun dari kerusakan lingkungan.

Islam melarang manusia melakukan kerusakan lingkungan, sebab lingkungan merupakan penyangga kehidupan manusia. Allah Taala pun mengingatkan kita, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut di sebabkan karena perbuatan tangan manusia, Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)" (QS Ar Rum:41).

Demikianlah solusi sistemis yang dilakukan oleh Islam terhadap permasalahan sampah. Islam adalah agama yang sempurna, yang mampu memecahkan berbagai persoalan dalam segala aspek kehidupan.

Wallahualam bissawab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image