Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Study Rizal Lolombulan Kontu

Mazhab Ciputat Melawan Oligarki: Pikiran Kritis di Tengah Kepungan Kuasa

Agama | 2025-04-23 21:26:13

Di negeri ini, oligarki bukan sekadar soal siapa menguasai apa. Oligarki adalah wajah paling telanjang dari kekuasaan yang tidak mau dibagi. Ia hidup dari politik keluarga, kartel ekonomi, jaringan bisnis, dan monopoli akses terhadap negara.

Dalam dunia oligarki, rakyat hanyalah latar. Demokrasi hanyalah dekorasi. Pemilu hanyalah upacara lima tahunan untuk merayakan kemenangan mereka yang sudah lama berkuasa — bahkan sebelum pemilu itu sendiri dimulai.

Mazhab Ciputat hadir justru dari pinggiran sejarah itu. Dari kampus kecil di sudut selatan Jakarta, lahir generasi-generasi intelektual yang berani mempertanyakan: Mengapa kekuasaan selalu menjauh dari rakyat? Mengapa politik begitu mahal, sehingga hanya mereka yang punya modal besar bisa bermain di dalamnya?

Di tangan Mazhab Ciputat, kritik terhadap oligarki bukan sekadar wacana akademis. Ia adalah keberanian untuk membongkar cara berpikir yang menormalisasi ketimpangan. Termasuk ketimpangan dalam dunia politik, ekonomi, bahkan dalam tubuh keagamaan itu sendiri.

Oligarki bukan hanya ada di gedung-gedung kekuasaan. Ia bahkan bisa tumbuh di balik jubah agama, organisasi keumatan, lembaga dakwah, hingga institusi pendidikan. Ketika kekuasaan berubah menjadi komoditas, maka semua ruang — termasuk ruang iman — bisa menjadi arena kapitalisasi.

Mazhab Ciputat tidak datang untuk meromantisasi masa lalu. Tidak juga datang untuk menutup mata atas realitas oligarki hari ini. Mazhab ini lahir untuk merawat keberanian berpikir, keberanian menggugat, keberanian bertanya, dan keberanian berdiri di luar lingkaran kekuasaan.

Karena itulah, bagi Mazhab Ciputat, melawan oligarki bukan hanya soal politik praktis. Ia adalah soal etika intelektual. Soal keberpihakan akal sehat. Soal tanggung jawab moral untuk selalu mengkritisi setiap bentuk kuasa yang menindas nalar dan kemanusiaan.

Maka, ketika oligarki kian merajalela — mempersempit ruang demokrasi, mempermainkan hukum, dan memperalat agama — Mazhab Ciputat memilih tetap berada di jalan sunyi: jalan pemikiran bebas, jalan perlawanan intelektual, jalan catatan pinggiran yang tak tunduk pada pusat kuasa.

Karena sejarah selalu mencatat: oligarki bisa memiliki segalanya — uang, kekuasaan, jaringan, bahkan agama — tapi mereka selalu takut pada satu hal: pikiran yang merdeka.

Dan di situlah, Mazhab Ciputat berdiri. (srlk)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image