Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image

Abdul Muis : Pejuang Pena dan Bangsa

Sejarah | 2025-04-21 13:05:25
Abdul Muis merupakan sosok yang tidak hanya berjasa dalam perjuangan politik kemerdekaan Indonesia, tetapi juga dalam dunia sastra dan jurnalistik. Ia lahir di Sungai Puar, Sumatera Barat, pada 3 Juli 1886. Sebagai seorang putra Minangkabau, semangat perjuangan telah mengalir dalam darahnya sejak muda. Meskipun sempat menempuh pendidikan kedokteran di STOVIA, ia memilih keluar demi mengikuti panggilan nuraninya untuk membela rakyat dari penindasan kolonial.

Kiprah Abdul Muis dalam dunia pergerakan nasional dimulai dari keterlibatannya di Sarekat Islam, salah satu organisasi penting dalam sejarah kebangkitan nasional. Ia dikenal sebagai tokoh yang vokal menyuarakan ketidakadilan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda. Melalui pena dan tulisan, ia menggerakkan semangat rakyat. Ia aktif menulis di berbagai media, seperti De Express dan Het Vrije Woord, di mana ia secara terbuka mengkritik kebijakan-kebijakan kolonial yang merugikan pribumi. Ketajaman pikirannya dan keberaniannya menyuarakan kebenaran membuat pemerintah kolonial menjadikannya sasaran pengawasan dan tekanan. Bahkan, ia sempat beberapa kali ditahan dan diasingkan karena aktivitasnya yang dianggap membahayakan kekuasaan Belanda.

Salah satu momen penting dalam perjuangan Abdul Muis adalah ketika ia menjadi delegasi Hindia Belanda dalam kunjungan ke negeri Belanda untuk memperjuangkan otonomi bagi rakyat Indonesia. Meski usahanya tidak langsung membuahkan hasil, namun kehadirannya di sana berhasil membuka mata banyak pihak tentang keseriusan rakyat Indonesia dalam menuntut kemerdekaan. Tidak hanya dalam politik, Abdul Muis juga memberikan kontribusi besar dalam dunia sastra Indonesia. Ia adalah pengarang dari novel terkenal Salah Asuhan, yang terbit pada tahun 1928. Novel ini tidak hanya menjadi karya sastra, tetapi juga kritik sosial yang menggambarkan pertentangan budaya Barat dan nilai-nilai Timur, serta krisis identitas yang dialami oleh bangsa Indonesia dalam masa penjajahan. Karya ini menjadi cermin keresahan dan kegelisahan yang dirasakan masyarakat Indonesia pada masa itu.

Perjuangan Abdul Muis tidak hanya berhenti saat Indonesia merdeka. Meski usia senja menjemput, ia tetap menjadi panutan dalam menyuarakan keadilan dan kebenaran. Atas segala jasa dan pengabdiannya, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada Abdul Muis pada tahun 1959. Namanya pun diabadikan dalam berbagai institusi pendidikan dan jalan di berbagai kota di Indonesia.

Abdul Muis adalah contoh nyata bahwa perjuangan tidak hanya dilakukan dengan senjata, tetapi juga dengan pena dan gagasan. Melalui tulisan dan pemikirannya, ia menginspirasi generasi bangsa untuk terus memperjuangkan kebenaran, keadilan, dan kemerdekaan. Ia adalah simbol dari kekuatan intelektual dan semangat nasionalisme yang tidak pernah padam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image