Pendidikan Indonesia: Sebuah Potret dan Harapan Masa Depan
Pendidikan dan Literasi | 2025-04-21 10:17:05Pendidikan merupakan fondasi utama bagi suatu bangsa. Melalui pendidikan, individu memperoleh pengetahuan, keterampilan, membentuk karakter, meningkatkan kemampuan berpikir kritis hingga membuka jalan menuju kemakmuran sosial dan ekonomi. Bangsa yang memiliki sistem pendidikan berkualitas dapat menciptakan masyarakat yang kompeten, inovatif, produktif sehingga mampu mendorong pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pendidikan bukan hanya hak setiap warga negara, tetapi juga menjadi investasi yang baik untuk menentukan masa depan suatu bangsa.
Bangsa Indonesia merupakan bangsa besar dengan jumlah penduduk lebih dari 280 juta jiwa. Kondisi ini didukung oleh kondisi demografi Indonesia yang luar biasa. Banyak jargon jargon “Menuju Indonesia Emas 2045” bertebaran. Namun, apakah Indonesia sudah siap menuju Indonesia Emas 2045? Mari kita telisik kondisi pendidikan di Indonesia saat ini.
Potret Pendidikan Indonesia
Wajah pendidikan Indonesia saat ini masih jauh dari kata baik dan berkualitas. Pertama, ketimpangan kualitas pendidikan di berbagai daerah. Menurut data BPS tahun 2024, terdapat perbedaan yang signifikan mengenai Angka Partisipasi kasar (APK) Pendidikan Tinggi di wilayah perkotaan sebesar 38,60 % dan wilayah pedesaan sebesar 21,16 %. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat ketimpangan akses pendidikan di daerah pesedaan dan perkotaan termasuk wilayah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal). Selain itu, banyak sekolah yang di daerah 3T tidak memiliki listrik, akses internet, perpustakaan seolah bahkan jumlah guru.
Kedua, tenaga pendidik yang kurang berkualitas. Guru masih melakukan pembelajaran secara konvensional : satu arah, teacher centered. Jumlah guru belum memenuhi kualifikasi terutama di daerah 3T. Selain itu, pelatihan guru masih minim dan sering tidak relevan dengan tantangan di lapangan.
Ketiga, sistem pendidikan dan kurikulum yang kurang relevan. Kurikulum di Indonesia dianggap terlalu kompleks namun tidak relevan dengan kehidupan nyata (tidak kontekstual). Kurikulum di Indonesia lebih menekankan pada aspek intelektual tanpa memperhatikan pengembangan softskill, karakter, dan kemampuan berpikir kritis.
Reformasi Sistem Pendidikan
Menuju Indonesia Emas 2045, bukanlah sekedar tagline yang selalu digaungkan. Namun ada banyak hal yang harus disiapkan. Dimulai bidang pendidikan, agar tercipta generasi emas Bangsa Indonesia maka ekosistem pendidikan harus dibangun dengan baik.
Di tengah gempuran inovasi dan teknologi, pendidikan karakter tidak boleh dilupakan, ia harus tetap hadir dalam kurikulum di sekolah. Pendidikan karakter sangat penting diajarkan pada siswa sejak dini karena pendidikan karakter sebagai penyeimbang dari teknologi dan inovasi. Seorang manusia yang cerdas namun tidak mempunyai karakter yang baik akan merugikan orang lain bahkan bangsanya sendiri.
Penguatan Peran Guru Sebagai Fasilitator
Guru adalah aktor utama dalam pendidikan, dan kualitas guru akan menentukan hasil belajar siswa. Untuk mencapai pendidikan dengan berkualitas maka dibutuhkan guru yang berkualitas pula. Perbaikan sistem pendidikan harus dimulai dari perbaikan kualitas guru.
Pertama, rekrutmen guru. Rekrutmen guru harus berbasis kompetensi. Tidak semua lulusan sarjana dapat menjadi guru. Rekrutmen guru harus berdasarkan spesifikasi guru dengan gelar kependidikan yang paham pedagogis.
Kedua, pelatihan guru secara masif. Guru perlu diberi pelatihan yang berkelanjutan. Pemerintah telah memfasilitasi sebuah sarana belajar guru secara berkelanjutan yaitu PMM. Di dalam PMM terdapat pelatihan-pelatihan daring secara mandiri dan berkelanjutan. PMM dapat dimanfaatkan sebagai alat bantu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. PMM sekarang telah berubah menjadi aplikasi terpadu Rumah Pendidikan.
Ketiga, kesejahteraan guru harus terjamin. Guru honorer, guru sekolah atau madrasah kecil, dan guru di daerah 3T patut diperhatikan kesejahteraannya. Insentif setiap bulan harus ditingkatkan agar guru lebih termotivasi dan fokus pada tugas mengajar tanpa harus mencari pekerjaan sampingan.
Pemanfaatan Teknologi Pendidikan
Teknologi selalu berkembang seiring dengan perekembangan zaman. Inovasi dan digitalisasi selalu digaungkan dalam dunia pendidikan. Dewasa ini banyak pengembangan teknologi pendidikan diantaranya Learning Management System (LMS), platform belajar daring, aplikasi media pembelajaran, hingga Artificial Intelligence (AI).
Pemanfaatan LMS dan platform belajar daring dapat membantu mengatasi kendala distribusi buku ajar di daerah tertinggal. Aplikasi media pembelajaran yang banyak bermunculan dapat dimanfaatkan agar pembelajaran dapat berjalan dengan menarik, interaktif dan memperkaya proses belajar mengajar. Pemanfaatan teknologi dapat menjembatani ketimpangan yang terjadi.
Perlu diperhatikan, teknologi hanyalah alat untuk mencapai masa depan gemilang dunia pendidikan. Teknologi tidak dapat menggantikan posisi guru. Pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran tetap memerlukan campur tangan dari guru. Guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator, sumber belajar dalam pembelajaran.
Kolaborasi antara Pemerintah, Swasta, Masyarakat
Pendidikan harus menjadi tanggung bersama, tidak hanya pemerintah. Kolaborasi yang apik antara pemerintah, swasta dan masyarakat dapat menciptakan ekosistem pendidikan yang lebih sehat dan adaptif. Pemerintah berperan sebagai penyedia infrastruktur, pemangku kebijakan. Melalui program program seperti Kartu Indonesia Pintar (KIP) dan Bantuan Operasional Sekolah (BOS), pemerintah telah berupaya memastikan akses pendidikan secara merata terutama bagi masyarakat yang kurang mampu.
Sektor swasta berkontribusi dalam pendanaan, penyedia fasilitas pendidikan, beasiswa, dan pengembangan teknologi pendidikan. Perusahaan dapat berpartisipasi melalui Corporate Social Responsibility (CSR). Kolaborasi ini dapat berupa pengembangan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja, sehingga lulusan lebih siap menghadapi dunia kerja.
Masyarakat sebagai pemangku kepentingan lokal dapat berperan dalam mendukung pendidikan. Masyarakat dapat berperan dalam membantu menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan berkelanjutan. Jika langkah ini dilaksanakan secara konsisten dan berkomitmen, bukan tidak mungkin Indonesia memiliki sistem pendidikan yang berkualitas mampu menwujudkan Generasi Emas di masa depan.
Menanamkan Semangat Belajar Sepanjang Hayat
Setiap individu harus menanamkan semangat belajar sepanjang hayat. Belajar sepanjang hayat tidak berhenti ketika lulus dari bangku sekolah, namun tetap berlanjut hingga tutup usia. Belajar sepanjang hayat tidak terbatas di bangku sekolah, namun dapat dicapai melalui pembelajaran mandiri, dan pengembangan diri secara berkelanjutan dimanapun dan kapanpun. Dengan menanamkan semangat belajar sejak dini, seseorang akan terbiasa mencari ilmu, menggali potensi, dan memperbaiki diri tanpa henti.
Untuk menumbuhkan semangat belajar sepanjang hayat diperlukan dukungan dari berbagai pihak. Dimulai dari keluarga sebagai motivator utama setiap individu untuk mencintai proses belajar kemudian didukung oleh lingkungan sekitar.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
