Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Odjie Samroji

Pendidikan Kita Waspadai Generasi Cemas

Guru Menulis | 2025-07-04 18:16:01

 

Ilustrasi Murid Belajar di Sekolah | Foto : Pexels.com

Di balik senyum-senyum anak muda zaman sekarang, ternyata tersimpan keresahan yang tak sedikit. Coba tengok sekeliling kita: banyak remaja overthinking, gampang stres, takut gagal, minder, atau bahkan merasa hidupnya gak berarti. Padahal mereka ini generasi yang tumbuh dengan teknologi, akses informasi, dan peluang yang lebih luas. Tapi kenapa justru banyak yang merasa cemas, tertekan, bahkan kehilangan arah? Jawabannya bisa jadi: karena pendidikan kita sedang tidak baik-baik saja.

Pendidikan hari ini masih sering sibuk mengejar nilai daripada makna. Anak-anak diajari untuk menghafal, bukan memahami. Disuruh patuh, bukan bertanya. Digenjot untuk juara, bukan untuk bahagia. Akhirnya sekolah jadi tempat perlombaan, bukan ruang bertumbuh. Dari pagi sampai sore dijejali pelajaran, lalu malam les, PR menumpuk, belum lagi tekanan dari orang tua dan sosial media. Kapan mereka belajar mengenal diri? Kapan mereka belajar mencintai proses?

Di sinilah akar dari kecemasan itu tumbuh. Ketika sistem pendidikan memaksa semua anak jadi sama, padahal setiap anak itu unik. Ada yang jago ngitung, ada yang senang gambar, ada yang pintar ngomong, ada juga yang hebat di lapangan. Tapi yang dihargai cuma yang bisa duduk manis dan dapat nilai bagus. Alhasil, banyak anak merasa dirinya tidak cukup, tidak berharga, bahkan tidak berguna.

Islam sendiri memuliakan pendidikan sebagai jalan untuk mengenal Allah dan menjadi manusia seutuhnya. Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian." (HR. Muslim). Pendidikan seharusnya melatih hati, bukan sekadar otak. Membentuk akhlak, bukan hanya kecerdasan akademik. Menumbuhkan jiwa, bukan menekan potensi.

Jika kita ingin mencetak generasi yang sehat mentalnya, kuat jiwanya, dan siap menghadapi tantangan zaman, maka pendidikan harus berubah. Bukan sekadar mengajar, tapi mendampingi. Bukan sekadar menilai, tapi menghargai. Bukan sekadar memberi tugas, tapi menumbuhkan makna. Mari bangun sekolah dan rumah yang jadi tempat tumbuh, bukan tempat gugur.

Generasi cemas tak lahir dari ruang hampa. Mereka adalah cermin dari sistem yang terlalu lama mengabaikan sisi emosional dan spiritual manusia. Kita sering lupa bahwa anak-anak bukan robot penghafal kurikulum, tapi manusia dengan hati, mimpi, dan luka yang perlu dipahami. Kalau pendidikan terus mengejar target tanpa memberi ruang untuk tumbuh secara utuh, maka kita sedang mencetak generasi yang pandai berpikir tapi miskin rasa. Pendidikan masa depan harus mulai dari hal-hal kecil: guru yang mendengarkan dengan empati, orang tua yang tak hanya menuntut tapi juga mendukung, dan lingkungan belajar yang membuat anak merasa diterima, bukan dihakimi. Sekolah bukan lagi tempat lomba cepat-cepat sukses, tapi taman bermain gagasan dan karakter.

Anak-anak perlu diajarkan cara gagal dengan wajar, bangkit dengan tenang, dan percaya bahwa mereka punya nilai, meskipun tak selalu juara. Kini saatnya kita bergerak. Bukan hanya mengkritik sistem, tapi jadi bagian dari solusi. Jadilah guru yang bisa jadi pelindung dan penyembuh. Jadilah orang tua yang tak hanya ingin anak hebat, tapi juga bahagia. Jadilah bagian dari perubahan, sekecil apapun peranmu. Karena generasi hari ini tak butuh dunia yang sempurna — mereka hanya butuh dunia yang lebih manusiawi. Dan semua itu bisa dimulai dari cara kita mendidik.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image