Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Dinda Aqila

LANGKAH TANPA PANDANG : MEMAHAMI DUNIA ANAK TUNANETRA

Eduaksi | 2025-04-20 09:57:26


Anak berkebutuhan khusus memiliki cakupan yang luas, sehingga penting untuk memberikan informasi yang mendalam mengenai hal ini. Dalam konteks pendidikan, kebutuhan khusus anak sangat beragam dan sangat dihargai. Anak dengan kebutuhan khusus merujuk pada anak yang membutuhkan perhatian dan penanganan khusus karena gangguan perkembangan atau kelainan yang dialaminya.

Dalam konteks istilah disabilitas, anak dengan kebutuhan khusus adalah mereka yang menghadapi keterbatasan dalam satu atau lebih kemampuan, baik yang bersifat fisik, seperti tunanetra dan tunarungu, maupun yang bersifat psikologis, seperti autisme dan ADHDTunanetra adalah istilah umum yang digunakan untuk kondisi seseorang yang mengalami gangguan atau hambatan dalam indra penglihatannya.

Tunanetra adalah mereka yang tidak memiliki penglihatan sama sekali (buta total) hingga mereka yang masih memiliki sisa penglihatan tetapi tidak mampu menggunakan penglihatannya untuk membaca tulisan biasa berukuran 12 poin dalam keadaan cahaya normal meskipun dibantu dengan kacamata (kurang awas / low vision). Hallahan (dalam Toifur, 2022).A. Klasifikasi Anak TunanetraMenurut Ardhi (dalam Pitaloka, 2022) Klasifikasi tunanetra berdasarkan daya penglihatannya terbagi menjadi tiga, diantaranya sebagai berikut:

1. Tunanetra ringan (defective vision/low vision) : mereka yang memiliki hambatan dalam penglihatan akan tetapi mereka masih dapat mengikuti program- program pendidikan dan mampu melakukan pekerjaan/ kegiatan yang menggunakan fungsi penglihatan.
2. Tunanetra setengah berat (partially signed); yakni mereka yang kehilangan sebagian daya penglihatan, hanya dengan menggunakan kaca pembesar mampu mengikuti pendidikan biasa atau mampu membaca tulisan yang bercetak tebal.
3. Tunanetra berat (totally blind); yakni mereka yang sama sekali tidak dapat melihat.

B. Karakteristik Anak Tunanetra
1. Penglihatan samar-samar untuk jarak dekat atau jauh.
2. Medan penglihatan yang terbatas. Misalnya hanya jelas melihat tepi/perifer atau sentral.
3. Tidak mampu membedakan warna.
4. Adaptasi terhadap terang dan gelap terhambat. Banyak terjadi pada proses penuaan.
5. Sangat sensitif/peka terhadap cahaya atau ruang terang atau photo phobia.
6. Ciri lain dari gangguan penglihatan mencakup perkembangan bahasa, kemampuan intelektual,konseptual, mobilitas, prestasi akademik, penyesuaian sosial dan perilaku- perilaku stereotip.

C. Faktor Tunanetra Menurut Atmaja (dalam Sabila, 2024) beberapa faktor yang menyebabkan ketunanetraan, yaitu :
1. Prenatal, penyebab ini sangat erat hubungannya dengan masalah keturunan dan pertumbuhan seorang anak dalam kandungan.
2. Post natal, terjadi sejak atau setelah bayi dilahirkan, misalnya kerusakan mata ketika persalinan, akibat benturan alat-alat atau benda keras, mempunyai penyakit mata, dan sebagainya.

D. Dampak Terhadap PerkembanganBerikut ini merupakan dampak perkembangan anak Tunanetra :
1. Perkembangan kognitifKetunanetraan secara langsung berpengaruh pada perkembangan dan belajar dalam hal yang bervariasi. Lowenfeld menggambarkan dampak kebutaan dan low vision terhadap perkembangan kognitif.
2. Perkembangan akademikKhususnya dalam bidang membaca dan menulis. Kesulitan mereka dalam kegiatan membaca dan menulis biasanya sedikit mendapat pertolongan dengan mempergunakan berbagai alternatif media atau alat membaca dan menulis, sesuai dengan kebutuhan masing-masing, seperti huruf braille dan lainnya.
3. Perkembangan sosial dan emosi.Tunanetra mempunyai keterbatasan dalam belajar melalui pengamatan dan menirukan, siswa tunanetra sering mempunyai kesulitan dalam melakukan perilaku sosial yang benar.
4. Perkembangan perilaku.Ketunanetraan itu sendiri tidak menimbulkan masalah atau penyimpangan perilaku pada diri anak, tetapi hal tersebut berpengaruh terhadap perkembangan perilaku mereka seperti memiliki rasa curiga terhadap orang lain, mudah tersinggung, dan verbalisme Pengalaman dan pengetahuan anak tunanetra pada konsep abstrak mengalami keterbatasan.

Memahami klasifikasi, karakteristik, dan faktor penyebab ketunanetraan pada anak membantu kita lebih peka terhadap kebutuhan mereka. Meskipun anak tunanetra menghadapi tantangan dalam berbagai aspek, seperti pembelajaran dan interaksi sosial, dengan dukungan yang tepat, mereka tetap bisa berkembang dengan baik. Penting bagi kita untuk memberikan akses yang sesuai, agar mereka bisa mengembangkan potensi mereka secara maksimal dan hidup mandiri, seperti halnya anak-anak lainnya.

Daftar Pustaka Lubis, M. R, dkk. (2025). Anak Berkebutuhan Khusus Tunanetra. Jurnal Ilmiah Mahasiswa. 3(1), 124-134.Lestari, Widya & Rizki, F. (2021). Citra Diri Penyandang Tunanetra Terhadap Diskriminasi dari Lingkungan Sosial. Jurnal Psikologi Konseling. 19(2), 1159-1169.Pitaloka, A. A. P, dkk. (2022). Konsep Dasar Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Pendidikan dan Sains. 2(1), 26-42.Toifur & Rahman, A. (2022). Pengembangan Keberagaman Anak Tunanetra. Penerbit Rizquna. Rizal, M, dkk. (2022). Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Penerapan Metode Problem Solving pada Murid Tunanetra. Journal of Education. 2 (1), 1-10.

 

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image