
Emas Mencapai ATH (All Time High), Pertanda Resesi Semakin Dekat?
Sejarah | 2025-04-16 13:05:27Pendahuluan
Riwayat Harga Emas Indonesia 2025: Harga IDR Emas" />
Harga emas baru saja mencatat sejarah. Logam kuning ini mencapai rekor tertinggi sepanjang masa (all-time high) di level Rp. 1,74 juta per gram pada 14 April 2025. Kenaikan fantastis ini bukan tanpa alasan. Emas, sebagai aset yang dianggap sebagai safe haven, kerap menjadi tempat berlindung investor saat ketidakpastian ekonomi mengancam. Layaknya detak jantung ekonomi global, lonjakan harga emas sering kali menjadi pertanda awal badai resesi. Sebelum krisis finansial 2008 melanda, harga emas sudah lebih dulu meroket 25% dalam setahun. Demikian pula saat pandemi COVID-19 menghantam di awal 2020, emas sempat mencatat rekor Rp. 1,08 juta per gram tepat ketika pasar saham dunia terjun bebas. Kini, dengan emas kembali menembus level tertinggi, sebuah pertanyaan muncul, Apakah kita sedang menuju resesi ekonomi global?
KRISIS MASA LALU
Melalui sejarah kita dapat melihat kembali pola yang mirip ketika resesi akan terjadi. Mari kita kilas balik beberapa momen dimana kenaikan emas menjadi pertanda resesi:
1. KRISIS MINYAK 1973 DAN STAGFLASI 1980-AN
Di era 1970-an, dunia menyaksikan sebuah fenomena ekonomi langka: stagflasi, dimana inflasi tinggi justru terjadi di tengah pertumbuhan ekonomi yang stagnan. Pemicunya adalah embargo minyak oleh negara-negara OPEC yang membuat harga energi melambung. Dalam kurun 1971-1980, harga emas meroket dari US$35 per ons menjadi US$850 per . Kenaikan fantastis ini mencerminkan hilangnya kepercayaan investor terhadap mata uang dan sistem keuangan global. Resesi pun tak terhindarkan, dengan pengangguran di AS mencapai 10,8% pada 1982
2. KRISIS FINANSIAL 2008
Krisis finansial 2008 terjadi dikarenakan macetnya pembayaran kredit peminjaman. Hal ini bermula ketika bank besar mengubah persyaratan penggunaan subprime atau kredit beresiko tinggi sehingga bisa digunakan untuk membeli sebuah properti rumah dengan lebih mudah. Perubahan persyaratan ini akhirnya meningkatkan angka penggunaan subprime sebagai alat pembelian aset rumah, bank besar lainnya dan beberapa sekuritas ternama mulai mengikuti hal yang sama dan menjual aset properti atau Mortgage ke pasar global. Ketika suku bunga naik, para peminjam kredit tidak bisa membayar bunga yang diberikan sehingga terjadilah kredit macet dan membuat beberapa bank kolaps akibat investasi berlebih di kredit peminjaman, dengan banyaknya bank berjatuhan mengakibatkan turunnya kepercayaan investor terhadap pasar. Pasar saham jatuh dan kredit global membeku sehingga melahirkan resesi global pada tahun 2008. Sebelum keributan besar itu terjadi, harga emas sudah lebih dulu menunjukkan kenaikan signifikan sejak 2007, naik 25% sebelum krisis terjadi. Saat resesi benar-benar melanda, emas justru menjadi penyelamat banyak investor. Sementara pasar saham kehilangan lebih dari 50% nilainya, emas tetap stabil dan bahkan terus menguat.
3. PANDEMI COVID-19: UJIAN TERBARU
Maret 2020 menjadi bulan yang tak terlupakan. Saat virus corona menyebar ke seluruh dunia, pasar keuangan dunia panik termasuk Indonesia, Indeks saham di seluruh dunia mengalami penurunan yang signifikan. IHSG mengalami penurunan sebesar 37% hanya dalam beberapa minggu setelah pengumuman COVID pertama kali di Indonesia, ditengah kepanikan ini, emas mencapai rekor baru Rp. 1,08 juta per gram
MENGAPA EMAS MELONJAK DI 2025?
Harga Emas yang melonjak di awal tahun 2025 ini disebabkan oleh setidaknya 4 faktor utama:
1. Ketegangan Geopolitik yang Memanas
Perang Rusia-Ukraina yang sudah berlangsung bertahun-tahun belum menunjukkan tanda-tanda mereda. Ditambah dengan konflik di Timur Tengah, situasi ini menciptakan ketidakpastian di pasar energi dan juga mengganggu pasar bebas global.
2. Inflasi yang Bandel
Inflasi yang tidak terkendali di seluruh dunia terutama AS dan Eropa yang tidak kunjung menemui titik terang. Harga energi dan pangan yang fluktuatif terus memberi tekanan pada pasar global. Tingkat Inflasi tetap tinggi meski suku bunga telah berulang-kali dinaikan, Inflasi yang sulit dikendalikan ini dikarenakan terguncangnya pasokan global, terutama di bidang energi dan pangan.
3. Kebijakan Moneter Ketat
Pemberian suku bunga yang tinggi memanglah dapat mengurangi demand yang berlebihan terhadap minimnya supply yang tersedia sehingga inflasi dapat ditekan pada angka yang normal. Namun pemberian suku bunga tinggi dalam jangka waktu yang lama mengakibatkan menurunnya buying power yang dimiliki masyarakat. Tidak hanya masyarakat, para pengusaha juga tidak bisa mengajukan kredit peminjaman dikala suku bunga yang tinggi sehingga perputaran ekonomi menjadi menurun dan peningkatan ekonomi negara mengalami stagnan
4. Perubahan Pola Investasi Global
Ketegangan antar negara yang terus meningkat terutama terhadap AS, mengakibatkan banyak negara oposisi seperti Rusia dan China mulai membeli Emas dalam jumlah yang sangat besar yang bertujuan untuk mengurangi ketergantungan mereka terhadap dollar AS. Pembuatan kebijakan Tarif terbaru oleh presiden Donald Trump juga memperparah hubungan AS dengan negara-negara sekutu di Eropa. Walaupun kebijakan tarif dinyatakan telah ditunda, namun sentimen pasar masih belum membaik.
Kesimpulan
Kenaikan harga emas ke level tertinggi memang mengkhawatirkan, namun bukan berarti resesi sudah pasti terjadi. Tapi yang jelas adalah, ini merupakan sinyal bagi semua pihak untuk lebih waspada dan antisipatif karena kemungkinan untuk terjadinya resesi ekonomi menjadi lebih besar. Pemerintah dan otoritas keuangan perlu mempersiapkan berbagai skenario untuk menghadapi resesi ekonomi jika benar-benar terjadi, mulai dari penguatan cadangan devisa negara hingga penyiapan stimulus ekonomi. Sementara bagi masyarakat, ini mungkin saat yang tepat untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan. Resesi akan selalu datang tidak peduli kapan waktunya, tapi dari sejarah kita dapat menentukan langkah yang dapat dipilih untuk menghadapi krisis ini. Masyarakat tidak boleh panik tetapi juga tetap harus waspada. Diversifikasi aset merupakan salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mempertahankan kekayaan yang ada, dengan memisahkan seluruh aset yang dimiliki di beberapa jenis yang berbeda, sehingga ketika terjadi suatu masalah di aset tertentu, aset lainnya masih dapat bertahan. Dalam hal ini emas menjadi salah satu aset paling aman yang dapat dimiliki.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.