Promosi Film Ala Aktor Masa Kini: Hidupkan Karakter di Media Sosial Pribadi
Info Terkini | 2025-04-15 22:17:37Di era digital, cara aktor mempromosikan film telah berubah drastis. Kini, media sosial bukan lagi sekadar alat pemasaran, tetapi menjadi panggung kedua tempat karakter-karakter fiksi hidup dan ber komunikasi langsung kepada penonton. Melalui pendekatan baru ini, para aktor tak hanya menjual film tetapi mereka juga menghidupkan cerita.
Salah satu contoh paling menarik adalah film Komang, sebuah kisah cinta lintas budaya yang menggugah hati. Dibintangi oleh Aurora Ribero dan Kiesha Alvaro, film ini berhasil menyentuh hati banyak orang. Namun yang lebih menarik lagi, promosi film ini tidak berhenti di bioskop. Aurora dan Kiesha membawa karakter mereka, Komang dan Ode, keluar dari layar dan masuk ke linimasa media sosial pribadi mereka guna menciptakan ruang baru di mana fiksi dan kenyataan saling bertemu.
Bayangkan membuka Instagram, lalu melihat unggahan yang bukan sekadar promosi, melainkan “catatan harian” dari Komang, atau “pesan rindu” dari Ode. Gaya komunikasi seperti ini terasa personal, seolah penonton diajak menjadi bagian dari perjalanan mereka. Ada emosi, ada kedekatan, dan ada kisah yang terus berlanjut bahkan setelah lampu bioskop padam. Melalui unggahan pribadi Kiesha melalui platform media social TikTok, mereka mendalami peran bukan hanya dalam film yang mereka bintangi, di media sosial mereka, mereka terlihat sangat dekat bagai pasangan kekasih seperti dalam film Komang, layaknya seorang pasangan kekasih, kiesha memberikan hadiah romantis kepada Aurora antara lain, bucket bunga dan boneka, ini membuat para audiens merasa terbawa kedalam situasi di dalam film Komang, cara promosi ini sangat menonjolkan aspek komunikasi kepada audience sehingga audience merasa penasaran dan tertarik untuk menonton film Komang.
"Ini bukan hanya soal mempromosikan film, tapi lebih ke membangun hubungan yang lebih dekat dengan audiens. Dengan cara ini, penonton merasa seolah-olah mereka berinteraksi langsung dengan karakter yang mereka cintai," ujar Aria, seorang pakar media sosial dan digital marketing.
Pendekatan ini bukan hanya efektif dari sisi pemasaran, tetapi juga menyentuh secara emosional. Penonton tidak hanya mengingat filmnya karena mereka merasa terhubung dengan karakternya. Tak sedikit yang menyapa Aurora sebagai Komang atau meninggalkan komentar penuh haru di unggahan Kiesha. Dalam dunia yang serba digital dan cepat ini, cara seperti inilah yang berhasil menyentuh sisi manusiawi kita sebagai penonton.
Namun tentu, strategi ini bukan tanpa tantangan. Para aktor harus pandai menjaga keseimbangan antara kehidupan pribadi dan narasi karakter. Konsistensi dan sensitivitas menjadi kunci agar promosi tetap terasa otentik tanpa kehilangan esensi diri sang aktor.
"Melalui cara ini, aktor dapat menjaga momentum dan ketertarikan penonton sebelum dan sesudah peluncuran film. Bahkan, konten yang bersifat 'behind the scenes' atau potongan kehidupan karakter bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi audiens," tambah Aria.
Film Komang juga diperkuat oleh deretan aktor ternama seperti Ayu Laksmi sebagai Meme (ibu Ade), Mathias Muchus dan Cut Mini Theo sebagai orang tua Ode, serta Arie Kriting, Adzando Davema, Resha Putri, dan aktor muda lainnya seperti Azkya Mahira, Sultan Hamonangan, dan Jonathan Alvaro. Mereka bersama-sama membentuk kisah yang bukan hanya menyentuh di layar, tetapi juga terasa dekat di dunia nyata.
Di tengah gempuran konten yang datang silih berganti, pendekatan semacam ini menjadi penyegar. Sebuah cara baru yang lebih manusiawi dalam mempromosikan karya. Dan mungkin, sebagai penonton, inilah momen terbaik bagi kita untuk tidak sekadar menonton sebuah cerita tetapi ikut menjalaninya, satu unggahan demi unggahan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
