Apresiasi Puisi: 'Menghitung Baris Hujan' Karya Terbaru Taufik Sentana
Sastra | 2025-04-14 18:09:00(Ulasan Puisi "Menghitung Baris Hujan")
Puisi "Menghitung Baris Hujan" menampilkan karya yang kaya metafora dan simbolisme, bergaya liris-ekspresionis.
Puisi ini mengajak Anda untuk merefleksikan tentang hubungan antara alam, manusia, dan industrialisasi.
Berikut beberapa aspek yang dapat kita ulas:
Hujan sebagai Simbol:
Hujan dalam puisi ini tidak hanya sebagai fenomena alam, tetapi juga sebagai simbol pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia. "Adakah hujan yang menimpa kepalamu menjadi limbah?" menunjukkan bahwa hujan dapat menjadi sesuatu yang tidak berguna atau bahkan berbahaya jika tidak diolah dengan baik.
Hujan sebagai Sumber Inspirasi: "Atau ianya menyuburkan pikiran pikiran baru" menunjukkan bahwa hujan dapat menjadi sumber inspirasi dan kreativitas bagi manusia. Hujan dapat membawa ide-ide baru dan membantu manusia untuk melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda.
Hujan sebagai Saksi: "Mata hujan menjadi saksi dari kepulan asap dan polutan" menunjukkan bahwa hujan dapat menjadi saksi dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh industrialisasi. Hujan dapat melihat dan merekam semua yang terjadi di sekitarnya.
Kritik Sosial dan Renungan Personal:
Harga dari Mimpi Abad Industri: "Oo kata orang..itu harga yang dibayar dari mimpi abad industri" menunjukkan bahwa industrialisasi memiliki konsekuensi yang tidak diinginkan, seperti kerusakan lingkungan dan polusi. Harga yang dibayar untuk kemajuan industri adalah kerusakan alam dan lingkungan.
Menghitung Baris Hujan: "Hujan tadi menyimpan baris barisnya di depan mata. Bagaimana engkau menghitungnya?" menunjukkan bahwa hujan dapat meninggalkan jejak atau baris-baris yang dapat dihitung. Ini dapat diartikan sebagai refleksi tentang bagaimana kita mengukur dan memahami pengalaman hidup kita.
Penyair menutup puisinya dengan kalimat :"Jarak di antara siklus ketakutan dan harapan" menunjukkan bahwa kehidupan manusia dipenuhi dengan siklus ketakutan dan harapan. Hujan dapat menjadi simbol dari perubahan dan ketidakpastian dalam hidup.
Secara keseluruhan, puisi "Menghitung Baris Hujan" adalah sebuah karya yang kompleks dan kaya makna, mengajak kita untuk merefleksikan tentang hubungan antara alam, manusia, dan industrialisasi.
Puisi ini menunjukkan bahwa hujan dapat menjadi simbol pikiran, perasaan, dan pengalaman manusia, serta menjadi saksi dari kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh industrialisasi.

Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook