Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Uma Inayah

Genosida Anak Gaza: Antara Kebrutalan Zionis dan Cahaya Kepemimpinan dalam naungan Islam Kaffah

Info Terkini | 2025-04-13 22:55:32

Sekitar 100 anak menjadi korban jiwa (meninggal atau terluka) setiap harinya di Gaza sejak dimulainya kembali serangan pada tanggal 18 Maret 2025, penyataan dari PBB. Sementara Amerika Serikat tetap menegaskan dukungannya kepada Israel.

Pada peringatan Hari Anak Palestina, badan-badan Palestina dan PBB menyoroti kisah-kisah tragis tentang anak-anak yang menjadi korban serangan Israel di Gaza. (JAKARTA, ERAKINI, 5/4/2025)

Kejahatan zionis yang keji telah merenggut puluhan ribu nyawa anak-anak dalam genosida yang mengerikan, mewariskan duka mendalam bagi anak-anak yatim piatu yang kehilangan orang tua tercinta. Sekitar 39 ribu jiwa jumlah anak menjadi yatim akibat genosida di Gaza. Ada 100 anak di Gaza kehilangan nyawa dalam tiap harinya. Ironisnya, semua kengerian ini terjadi di tengah gembar-gembor tentang HAM, aturan internasional, dan perangkat hukum yang seharusnya melindungi hak anak.

Foto: Anadolu

Miris, pada momen hari anak, justru anak-anak Palestina kehilangan orang tua, keluarga, bahkan nyawa mereka.

Konvensi PBB tentang Hak Anak (United Nations Convention on the Rights of the Child/UNCRC) menyatakan bahwa setiap anak berhak untuk memperoleh:

1. Kehidupan, kelangsungan hidup, dan perkembangan

2. Perlindungan dari kekerasan, pelecehan, atau pengabaian

3. Pendidikan yang memungkinkan anak-anak untuk memenuhi potensinya

4. Diasuh oleh orang tua sendiri atau kerabat terdekat

5. Mengungkapkan pendapat mereka dan didengarkan pendapatnya

Namun, perlindungan terhadap anak Palestina hanyalah omong kosong karena hak-hak tersebut tidak mereka dapatkan. Mereka tidak bisa dibesarkan oleh orang tuanya karena Israel telah menghabisi orang tua dan kerabatnya.

Mereka tidak bisa memperoleh pendidikan karena israel membombardir sekolah hingga luluh lantak. Disaat sakit, mereka tidak bisa mendapatkan perawatan medis yang memadai karena penjajah telah menghancurkan rumah sakit yang ada. Mereka bahkan kehilangan hak hidup karena penjajah merenggut nyawa mereka bahkan sejak masih berusia beberapa hari.

Aturan tersebut terbukti tak berdaya menghentikan, apalagi mencegah, penderitaan yang dialami anak-anak Palestina. Semua kenyataan ini seharusnya menyadarkan umat untuk tidak lagi menggantungkan harapan pada lembaga internasional dan aturan-aturannya.

Masa depan Gaza dan Palestina sepenuhnya bergantung pada perjuangan mereka sendiri untuk mewujudkan kepemimpinan politik Islam yang sesungguhnya. Khilafah, dengan perannya sebagai pelindung dan perisai, tidak akan mentolerir ketidakadilan yang menimpa rakyatnya.

Terbukti selama belasan abad, Khilafah telah menjadi pelindung aman dan penyedia sistem dukungan terbaik bagi tumbuh kembang anak, sehingga melahirkan generasi cemerlang pembangun peradaban emas dari masa ke masa .

Khilafah kala itu memenuhi hak-hak anak Palestina secara riil. Memberikan jaminan keamanan, memenuhi keperluan hidup, dan memfasilitasi layanan kesehatan serta pendidikan. Membangun Madrasah Nizhamiyah di Baitulmaqdis, Yerusalem. Lahirlah sosok Hujjatul Islam yang keilmuannya diakui hingga saat ini, yakni Imam Muhammad Abu Hamid al-Ghazali dari ini. Beliau bahkan dapat mengkhatamkan penyusunan kitab Ihyaa’ ‘Uluum ad-Diin di salah satu bilik Masjidilaqsa.

Khilafah, dengan infrastruktur yang modern dapat membangun Palestina hingga menjadi wilayah yang makmur. Kota-kota di Palestina tertata rapi dan indah. Penduduknya sejahtera dan terpelajar. (Al-Waie, 29-4-2024).

Setiap muslim memiliki kewajiban untuk turut serta dalam perjuangan mengembalikan khilafah sebagai alasan bahwa mereka tidak tinggal diam menyaksikan pembantaian anak-anak dan orang tua di Gaza oleh zionis beserta sekutunya. Pembantaian anak-anak di Gaza baru akan menemukan solusi final jika masalah Palestina secara keseluruhan juga terselesaikan sepenuhnya. Satu-satunya solusi menyeluruh untuk masalah ini adalah melalui jihad dan tegaknya khilafah.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image