Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Admin Eviyanti

Selamatkan Anak-anak Palestina dari Genosida

Politik | 2025-04-15 15:00:58

Oleh Arista Yuristania

Aktivis Muslimah

Kekejaman Zionis luar biasa kejam, selain puluhan ribu anak-anak korban genosida juga meninggalkan kepedihan yaitu anak-anak yang menjadi yatim karena kehilangan orangtua. Lebih dari 39.000 anak di Gaza telah kehilangan orangtua mereka akibat serangan Zionis yang bertubi-tubi sejak 7 Oktober 2023. Menurut Biro Statistik Palestina seperti dilansir Al Mayadeen, Jalur Gaza kini menghadapi krisis yatim terbesar dalam sejarah modern. (www.liputan6.com)

Sementara itu, sedikitnya 100 anak Palestina tewas atau terluka setiap harinya di Jalur Gaza sejak Israel melanggar gencatan senjata pada 18 Maret 2025, kata kepala badan PBB untuk pengungsi Palestina (UNRWA) Philippe Lazzarini, mengutip UNICEF pada Jumat (4/4). (www.liputan6.com)

Semua fakta ini terjadi di Tengah narasi HAM dan tektek bengek aturan internasional, serta perangkat hukum soal perlindungan dan pemenuhan hak anak. Tanggal 5 April lalu ditetapkan sebagai Hari Anak Palestina. Penetapan hari tersebut lantaran anak-anak Palestina secara historis hidup dalam kondisi yang sangat memprihatinkan akibat penjajahan Zionis.

Namun apalah arti hari peringatan anak jika penjajahan Zionis masih terus berlangsung hingga pada taraf yang begitu mengerikan di abad modern ini. Zionis terus menjatuhkan bom di kamp-kamp pengungsian hingga tubuh anak-anak, perempuan, laki-laki berterbangan di udara. Itu pemandangan yang mengerikan, Gedung-gedung terus dihancurkan, sarana vital seperti rumah sakit, sekolah, toko roti menjadi sasaran.

Bantuan kemanusiaan seperti makanan, obat-obatan, dan bahan bakar diblokade oleh Zionis, tapi dunia tetap diam. Lembaga internasional hanya sibuk melakukan kecaman dan diplomasi. Sementara penguasa negeri muslim buta dan tuli. Seolah dunia sedang baik-baik saja. Bahkan di antara mereka menormalisasi hubungan diplomatik dengan Zionis.

Kenyataan ini seharusnya menyadarkan umat bahwa tidak ada yang bisa mereka harapkan dari lembaga-lembaga internasional dan semua aturan yang dilahirkannya. Masa depan Gaza/Palestina ada pada tangan mereka sendiri. Yakni pada kepemimpinan yang menerapkan sistem Islam. Kepemimpinan inilah yang semestinya sungguh-sungguh mereka perjuangkan. Kehadiran pemimpin adalah sebagai raa’in (pengurus) dan juga merupakan junnah (perisai).

Rasulullah saw bersabda:

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. al-Bukhari)

“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Dia akan dijadikan perisai yang orang akan berperang di belakangnya dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla, dan adil, ia akan mendapatkan pahala. Tetapi, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa/azzab karenanya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)

Peran ini akan membuat rakyat terbebas dari kedzaliman, penghinaan, perampasan hak, seperti yang saat ini dialami oleh anak-anak Gaza. Hal ini di buktikan selama belasan abad, Khilafah berhasil menjadi benteng pelindung yang aman dan memberikan support system terbaik bagi tumbuh kembang anak. Sebab Islam memandang, anak adalah generasi penerus yang harus terpenuhi dan terjamin kebutuhannya. Negara akan memenuhi kebutuhan asasi anak. Seperti makanan bergizi, tempat tinggal, pakaian layak, pendidikan, kesehatan, dan keamanan.

Islam tidak akan membiarkan bencana generasi terjadi, jika dalam kepemimpinan Islam penjajahan Zionis terhadap Gaza/Palestina tidak akan berlarut-larut. Karena jihad akan segera diperintahkan untuk mengakhiri penjajahan. Bahkan sebelum penjajahan itu terjadi, Khalifa akan memastikan wilayah tersebut tetap aman. Sebelum Khilafah runtuh, Khilafah Ustmaniyyah memerintahkan kopral Hasan Al-Aghdarli dan tim nya untuk menjaga Yerusalem. Perintah dari perwira seniornya itu ia patuhi selama 65 tahun. Kopral Hasan Al-Aghdarli adalah prajurit terakhir dari Khilafah Ustmaniyyah yang menjaga Masjid Al-Aqsa hingga meninggal pada tahun 1982. Lalu Sultan Abdul Hamid II, juga melindungi Palestina dari permintaan dan tawaran kotor Theodore Herzl. Sultan Salahuddin Al Ayyubi mengerahkan semua kemampuannya untuk membebaskan Kembali Al Quds dari tentara Salib. Penjagaan yang luar biasa diberikan oleh Khilafah, agar tanah kaum Muslimin tetap menjadi milik kaum Muslimin. Perlindungan diberikan semaksimal mungkin agar anak-anak terbebas dari penjajahan dan perampasan lahan. Sehingga mereka bisa fokus pada potensinya untuk menjadi genarsi cemerlang pembangun peradaban Islam.

Karena itu, Upaya yang harus dilakukan hari ini adalah setiap muslim wajib terlibat dalam memperjuangkan kembalinya masa kepemimpinan Islam. Upaya ini harus diambil agar mereka memiliki hujjah bahwa mereka tidak diam berpangku tangan melihat anak-anak Gaza dan orangtua mereka dibantai oleh Zionis dan sekutu-sekutunya. Rasulullah saw telah mencontohkan perjuangan menegakkan negara Islam di Madinah harus dilakukkan melalui dakwah pemikiran bersama para sahabatnya yang terhimpun dalam Hizbun Rasul. Maka saat ini, umat Islam juga harus berjuang bersama yang mengikuti metode dakwah Rasulullah untuk menegakkan kembali perisai umat Islam, Daulah Khilafah.

Wallahu alam bhisawaab

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image