
Mengenang Whiteaway Laidlaw: Cikal bakal Ritel Modern di Surabaya
Sejarah | 2025-04-11 10:04:53
Oleh: Faryska Ozi Faradika, Mahasiswa Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga
Perkembangan zaman tidak bisa lepas dengan aktivitas kota yang mengalami perubahan. Pasar menjadi salah satu tempat umum dan menjadi aktivitas perdagangan dimana terdapat penjual dan pembeli. Hal tersebut tidak lepas dengan adanya pergadangan internasional yang menyebabkan adanya perkembangan zaman yang semakin modern. Berawal dari perdagangan rempah yang menjadi komoditi utama orang-orang Eropa, seiring berjalannya waktu orang-orang Eropa juga membutuhkan barang atau produk yang tidak dihasilkan oleh penduduk lokal atau orang Hindia Belanda selain rempah, atau hasil perkebunan. Membeli barang atau produk tidak perlu datang secara langsung ke negara asal pembuatannya. Orang asing yang datang ke Hindia Belanda salah satu aktivitasnya yaitu berdagang.
Dari aktivitas tersebut mucul interaksi atau bahkan budaya baru dengan adanyaakulturasi, budaya lokal dengan budaya asing. Baik dari segi pakaian atau barang-barang keseharian. Aktivitas perdagangan tidak bisa lepas dari pasar.Pasar Tradisional menjadi awal mula adanya aktivitas sangat dekat dengan masyarakat. Dimana proses tersebut masih ada tawar menawar, oleh karena itu pembeli dan penjual interaksi lebih dalam. Pada tahun 1870 dengan adanya Undang-undang Agraria menyebabkan muncul beberapa jenis pasar modern atau toko serba ada. Aktivitas yang ada dipasar modern tentunya berbeda dengan aktivitas yang ada di pasar tradisional. Begitu dengan barang yang dijual di pasar modern atau toko serba ada penataannya lebih rapi, kualitasnya lebih baik dan lingkungannya juga bersih dibandingkan dengan barang yang ada di pasar tradisional.
Perkembangan pasar modern di Hindia Belanda tidak akan lepas dengan aktivitas pasar pada Masa Kolonial. Sejak abad ke-19 toko-toko yang menjual barang yang berasal dari Eropa mulai berkembang di kota-kota besar Hindia Belanda. Para konsumennya adalah orang-orang Eropa yang tinggal di Hindia Belanda, karena pada saat Pemerintahan Raffles muncul kebijakan baru. Dimana orang-orang Eropa dilarang meninggalkan budaya aslinya, sehingga tetap berpenampilan seperti di Eropa meskipun cuacanya berbeda tidak menjadi sebuah permasalahan. Berbeda dengan pemerintahan sebelum Raffles yang memperbolehkan orang-orang Eropa menggunakan pakaian yang sama seperti penduduk lokal atau masyarakat Hindia Belanda, hal tersebut juga menyesuaikan dengan kondisi cuaca atau iklim. Namun, Raffles melarang keras hal itu untuk dilanjutkan agar tidak melupakan budaya aslimereka.
Surabaya menjadi salah satu kota terpadat setelah Batavia dan Selain itu Surabaya memiliki pelabuhan yang cukup ramai pada abad ke-19. Transtportasi jalur sungai juga tidak lepas dari aktivitas keseharian masyarakat kota Surabaya selain transportasi trem uap. Menariknya Surabaya juga memiliki toko modern pada Masa Kolonial yaitu toko Whiteaway Laidlaw di Jalan Toendjoengan 1, Soerabaia. Toko serba ada ini milik Robert Laidlaw di Inggris, ia memiliki perusahaan ritel terbesar di dunia. Salah satunya yaitu Whiteaway Laidlaw di persimpangan Jalan Toendjoengan no 1, Soerabaia. Pembangunan toko ini masih menjadi perdebatan. Ada yang berpendapat tahun 1877. Namun, terlalu muda karena pada saat itujalanan masih kecil dan gaya arsitekturnya sangat modern.
Menurut G.H. Von Faber kondisi perempatan jalan Toendjoengan pada tahun 1900 masih berupa jalan yang sepi hanya ada rumah-rumah kecil dan jalur trem uap. Tiga puluh tahun kemudian diambil foto pada titik yang sama dari jalan Gemblongan, sudah ada bangunan Whiteaway Laidlaw. Suasana yang sepi dan damai lalu pohon ditebang berubah menjadi toko serba ada. Jalur trem uap berubah menjadi trem listrik.Suasana transportasi juga berbeda dan bertambah ramai adanya transportasi baru sepeda ontel, mobil dan trem listrik menghiasi jalur lalu lintas perempatan jalan Toendjoengan.
Kemungkinan besar pembangunannya sekitar awal tahun 1900an. Toserba ini seringkali disebut dalam iklan koran lama, dimana koran tersebut menjelaskan tentang barang apa saja yang di jual, selain itu menginformasikan bahwa ada beberapa barang yang sedang diskon. Banyak sekali barang-barang yang dijual oleh toko Whiteaway Laidlaw ini, mulai dari barang fashion, make up, jashujan, jam tangan, piring, gelas kompor dll.
Bangunan ini dibangun atas inisiasi pemodal asing asal Iggris yang bernama Robert Laidlaw Oleh karena itu toko serba ada ini memiliki sebutan warenhuis yang berarti supermarket. Produk yang dijual kebanyakan berasal dari Inggris. Pada tahun 1935 pemilik toko meninggal dunia, hal tersebut menyebabkan kemunduran dan 20 cabang satu persatu mengalami keruntuhan.
Pada masa Perjuangan, toko serba ada ini tutup. Dan sempat hancur karena di bom oleh Inggris, hanya tersisa bagian luar saja. Setelah perang bangunan ini sempat kosong dan di tahun 1950 dihidupkan kembali oleh lima pengusaha terkenal di Surabaya yang bernama Soemitro, Ing Wibisono, Ong, Liem, dan Ang. Lima tokoh tersebut bekerja sama dan menghidupkan kembali gedung yang didirikan Robert Laidlaw. Sehingga bangunan Whiteaway diberi nama Siola yang berarti singatan dari kelima pemilik usaha tersebut. Tahun 1960 sempat terkenal meskipun tidak seperti dulu. Pada tahun 1999 menjadi Ramayana selama 9 tahun. Hingga akhirnya di masa sekarang gedung ini menjadi museum,toko produk UMKM dan Kantor Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga sertaPariwisata Kota Surabaya.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook