Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Lulu Nugroho

Tak Cukup hanya Evakuasi

Agama | 2025-04-11 05:29:40

Satu demi satu korban berjatuhan di Palestina. Bangunan-bangunan rusak hingga rata dengan tanah. Kehidupan di sana bak neraka, karena ketakutan menghantui setiap saat. Entitas Yahudi telah menebar teror yang luar biasa dahsyatnya. Tak heran jika masyarakat dunia menyebutnya sebagai 'genosida'. Negeri Para Nabi kini nyaris hancur tak tersisa.

Hingga (9/04/2025) April, lebih dari 50 ribu warga Gaza, Palestina, tewas sejak serangan Israel dilancarkan 7 Oktober 2023. Korban terluka pun tak terbilang banyaknya, bahkan di antaranya anak-anak. Tidak hanya tentara, masyarakat sipil pun menjadi target serangan, seperti jurnalis, petugas medis, para ibu, termasuk manula.

Seperti yang sudah diprediksi, entitas Yahudi akan sulit memegang janji, sebagaimana pendahulunya di masa Nabi saw. yaitu Bani Qainuqa, Bani Nadhir, Bani Quraizhah dan sebagainya. Sejak (18/03/2025), militer Israel kembali melanggar kesepakatan gencatan senjata yang sempat berlangsung dua bulan. Kini mereka terus menggencarkan serangan yang menghujani Gaza.

Dunia berduka, menyaksikan ketidakadilan yang terpampang di depan mata, setiap hari. Bahkan ada yang mati rasa, hilang kesedihan, akibat kejahatan dan angkara murka, terus mendapat panggung tanpa kendali. Bocah kecil merintih di bawah reruntuhan gedung, tidak ada yang dapat menolong, sebab minimnya peralatan berat. Mereka pun dioperasi tanpa anestesi. Sungguh hanya manusia mulia yang sanggup bertahan di tengah kesempitan hidup.

Para pemimpin dunia hanya melakukan perundingan demi perundingan yang panjang, tanpa ada titik temu. Sementara korban tewas terus berjatuhan tak bisa menunggu hasil perundingan yang jitu. Meski aksi boikot dan bantuan kemanusiaan telah dilakukan, tetapi tetap tak menuntaskan masalah hingga ke akar. Sebab satu-satunya jalan untuk menghentikan perang, adalah dengan memberikan kekuatan tandingan, melalui pasukan kaum muslim dengan komando seorang pemimpin yang adil.

Upaya negosiasi telah dilakukan berulang kali, namun tak membuahkan hasil. Satu-satunya solusi yang ditawarkan para pemimpin dunia adalah solusi dua negara (two state solution). Sementara hal itu adalah kesalahan yang fatal. Sebab Palestina adalah tanah kharajiyah yang dibebaskan di masa Umar bin Khaththab, maka selamanya ia adalah milik kaum muslim. Tak layak bagi agresor memperoleh bagian yang adil di sana. Keadilan bagi penjajah adalah memberi sanksi setimpal dengan apa yang mereka buat selama ini terhadap sebuah negeri.

Karenanya rencana evakuasi Presiden Prabowo Subianto terhadap 1.000 warga Gaza ke Indonesia sungguh patut diapresiasi. Dalam lawatannya ke lima negara di Timur Tengah, ia meminta dukungan atas rencananya tersebut dan akan menyiapkan pesawat untuk mengangkut seribu warga Gaza pada gelombang pertama.

Namun tak cukup hanya evakuasi, sebab hal ini seolah sebagai kepanjangan tangan Trump yang ingin mengosongkan Gaza. Begitu pula yang entitas Yahudi inginkan saat mereka membombardir wilayah tersebut. Tujuannya adalah penjajahan, dengan mengambil alih wilayah Palestina.

Maka perlu persatuan umat demi menggalang kekuatan yang sepadan dengan musuh, untuk menghalau penjajahan. Sebab hal ini telah tersirat pada alinea pertama Pembukaan UUD 1945, "Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan."

Pun hal tersebut merupakan ajaran Islam bahwasanya metode menyebarkan Islam adalah melalui dakwah dan jihad.

Jihad dalam Islam telah diikat dengan lafaz mulia, yakni fī sabīlillāh (di jalan Allah). Alhasil, jihad terlepas dari berbagai kepentingan manusiawi, seperti kekuasaan, kekayaan, dendam, dan lainnya. Jihad menurut syariat adalah untuk mencapai tujuan-tujuan mulia yang telah ditetapkan Allah SWT, Sang Pencipta (Al-Khaliq), dan Sang Pengatur (Al-Mudabbir).

Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitabnya Asy-Syakhshiyyah Islamiyyah jilid 2 menjelaskan definisi jihad adalah mencurahkan kemampuan untuk berperang di jalan Allah secara langsung, atau dengan bantuan harta, pemikiran, memperbanyak perbekalan, dan lainnya. Dengan demikian, makna syar’i jihad adalah peperangan (al-qital) dan semua hal yang terkait dengannya, berupa pemikiran, ceramah, tulisan, strategi, dan lainnya.

Allah SWT berfirman,

قَاتِلُوا الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلَا يُحَرِّمُونَ مَا حَرَّمَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَلَا يَدِينُونَ دِينَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ حَتَّىٰ يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَدٍ وَهُمْ صَاغِرُونَ

Perangilah orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan tidak pula kepada hari akhir. Mereka tidak mengharamkan apa yang telah diharamkan Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak beragama dengan agama yang benar, (yaitu orang-orang) yang diberikan kitab kepada mereka, sampai mereka membayar jizyah dengan patuh, sedangkan mereka dalam keadaan tunduk.(QS At-Taubah [9]: 29)

Allahummanshurnaa bil Islam.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image