Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Ibrahim Naufal

Reaktivasi Tram di Surabaya, Masih Perlukah?

Transportasi | 2025-04-10 10:07:44
Sebuah trem listrik melintas di Jalan Gemblongan pada tahun 1938, di depan Hotel Yamato (sekarang Hotel Majapahit), Fotax Fotografisch Magazijn, dan Atelier di sisi kiri. (Sumber: KITLV)

Oleh: Ibrahim Naufal, Mahasiswa Ilmu Sejarah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga

Surabaya, kota yang terus bergerak dinamis, kini sedang mempertimbangkan sebuah terobosan transportasi yaitu mengaktifkan kembali tram sebagai moda transportasi massal. Rencana ini bukan tanpa alasan, kemacetan yang semakin parah dan tingginya polusi udara mendorong pemerintah kota mencari solusi berkelanjutan.

Tram bukanlah hal baru bagi Surabaya, dalam sejarahnya, Surabaya pernah mengoperasikan angkutan tram pertama kali pada tahun 1889 dibawah perusahaan Oost Java Stroomtram Maatschappij (OJS). Pada awalnya tram yang dioperasikan adalah tram uap, dengan rute pertamanya dari Pelabuhan Ujung melewati Jembatan Bibis, Kramat Gantung, dan sepanjang jalan menuju Wonokromo. Lalu seiring pembukaan jalur baru, OJS mulai menambah sarana tram listrik karena dianggap lebih bebas polusi dan bersih, jalur baru yang dibuka yaitu dari Utara ke Selatan sampai ke Jembatan Wonokromo, Darmo Boulevard, sampai ke pusat bisnis kota di daerah Willemsplein (Jembatan Merah), dan menghubungkan dengan pelabuhan Tanjung Perak di utara, daerah Bagong dan Gubeng di timur sebagai daerah baru, Sawahan di barat serta di daerah tengah sebagai pusat bisnis perbelanjaan dan entertainment di sekitar Simpang danTunjungan.

Tercatat pada tahun 1927 jumlah penumpang tram listrik sebanyak 11,4 juta orang dan penumpang tram uap sebanyak 5,2 juta orang, hal ini menunjukkan bahwa tram merupakan angkutan yang diminati masyarakat saat itu. Namun hal ini tak berlangsung lama, pada tahun 1939 sebanyak 6.657 kendaraan telah teregristasi di Surabaya termasuk didalamnya terdapat sejumlah 466 taksi, hal ini membuat tram kurang diminati, setelah masa penjajahan Jepang di tahun 1945 perusahaan tram diambilalih oleh pemerintah Indonesia dan dioperasikan oleh Djawatan Kereta Api, namun tram terus mengalami kerugian dikarenakan semakin banyaknya bus kota dan kendaraan lainnya, sehingga pada tahun 1970 tram di Surabaya sudah tidak digunakan lagi.

Lantas apakah bisa jika saat ini Surabaya mengoperasikan tram kembali?

Rencana untuk menghidupkan tram di kota Surabaya kembali muncul pada tahun 2017. Walikota Surabaya saat itu, Tri Rismaharini berantusias untuk mengaktifkan kembali tram di Surabaya. Pembangunan ini akan dilakukan pada akhir tahun 2018 dan diperkirakan menghabiskan anggaran sekitar 4,5 triliun, rute juga sudah disiapkan yaitu dari Joyoboyo-Raya Darmo-Urip Sumoharjo-Basuki Rahmat-Panglima Sudirman kemudian kembali ke jalan Urip Sumoharjo-Raya Darmo-Joyoboyo. Namun tidak ada kelanjutan mengenai rencana aktivasi ini, padahal studi kelayakan juga sudah dilakukan sejak 2015, alih-alih melakukan proyek reaktivasi sesuai jadwal yang direncanakan Pemerintah Kota Surabaya malah meluncurkan angkutan umum baru bernama “Suroboyo Bus” pada bulan April 2018.

Hal ini menunjukkan bahwa Surabaya belum sepenuhnya siap menerima kembali tram, karena seperti yang kita ketahui untuk membangun sebuah sistem transportasi publik perlu mengubah kultur pemahaman masyarakat tentang transportasi publik itu sendiri. Masyarakat Surabaya sudah terbiasa menggunakan kendaraan pribadi dalam bepergian, ini tentu akan menjadi masalah jika pada waktu itu rencana aktivasi benar-benar terealisasi, proyek ini hanya akan menjadi beban finansial bagi pemerintah kota, dan juga akan memperparah kemacetan didalam kota. Saat ini Surabaya masih membutuhkan angkutan umum yang memadai dalam hal jangkauan dan ketepatan waktu, dan tram belum bisa menjawab semua itu, karena tram harus berbagi jalur dengan kendaraan lain serta hanya ada di rute tertentu saja,

Tram bisa menjadi solusi transportasi masa depan Surabaya, jika direncanakan dengan cermat. Pemerintah harus melakukan studi kelayakan yang lebih mendalam, termasuk analisis rute, dampak lingkungan, dan kesiapan masyarakat, pendanaan yang transparan, menghindari pemborosan atau korupsi, sosialisasi intensif, agar warga memahami manfaat dan bersedia mendukung. Jika semua aspek ini dipersiapkan dengan matang, bukan tidak mungkin tram akan hadir di kota Surabaya pada masa yang akan datang.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Komentar

Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image