Jejak Historis KRH Sa'ad sebagai Ulama Besar Indonesia
Sejarah | 2025-04-23 18:59:46
Kiai Raden Haji As’ad Syamsul Arifin merupakan salah satu ulama besar Indonesia yang memiliki kontribusi signifikan dalam perkembangan Islam dan pendidikan pesantren di Tanah Air. Ia lahir pada tahun 1897 di Sengkang, Sulawesi Selatan, dari keluarga ulama. Ayahnya, K.H. Syamsul Arifin, adalah seorang ulama keturunan Arab yang kemudian mendirikan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah di Situbondo, Jawa Timur.
Pendidikan awal Kiai As’ad dimulai dari lingkungan keluarga dan pesantren, hingga kemudian melanjutkan studi ke Mekah.Setelah kembali dari tanah suci, Kiai As’ad tidak hanya melanjutkan perjuangan ayahnya dalam membina umat, tetapi juga menjadi tokoh sentral dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Ia dikenal sebagai tokoh yang menjembatani antara kalangan pesantren dengan pemerintah, serta memiliki kedekatan dengan para tokoh besar Nahdlatul Ulama (NU).
Salah satu kontribusinya yang paling bersejarah adalah peran aktifnya dalam mempersatukan umat Islam melalui pendekatan tasawuf dan akhlak yang lembut namun tegas.Pada masa pendudukan Jepang, Kiai As’ad turut serta dalam gerakan perlawanan dengan pendekatan kultural dan spiritual. Ia menggerakkan para santri dan masyarakat untuk mempertahankan nilai-nilai kebangsaan dan keislaman. Pasca-kemerdekaan, peranannya semakin besar dalam pengembangan NU sebagai organisasi keagamaan dan sosial-politik. Kiai As’ad dikenal sebagai sosok yang bersikap terbuka terhadap perubahan zaman, namun tetap menjaga prinsip-prinsip ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah.
Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang diasuhnya berkembang menjadi salah satu pusat pendidikan Islam terbesar di Jawa Timur. Di bawah kepemimpinannya, pesantren ini tidak hanya mencetak ulama, tetapi juga tokoh-tokoh nasional yang berkiprah dalam berbagai bidang. Kiai As’ad juga menjadi inspirasi dalam moderasi beragama dan kerukunan antarumat, karena sikapnya yang selalu menekankan pentingnya toleransi dan kasih sayang dalam berdakwah.Pada tahun 1980-an, Kiai As’ad menjadi penasihat spiritual bagi para pemimpin nasional dan memiliki pengaruh kuat dalam pengambilan kebijakan strategis, terutama yang berkaitan dengan kehidupan umat Islam.
Meskipun dikenal sebagai figur spiritual yang kharismatik, ia tetap bersahaja dan dekat dengan rakyat kecil.Kiai As’ad wafat pada 4 Agustus 1990 dan dimakamkan di komplek pesantren yang ia bina seumur hidupnya. Namun, jejak perjuangannya terus hidup melalui murid-murid, pesantren, serta nilai-nilai yang ditanamkannya. Pada tahun 2016, pemerintah Indonesia menganugerahkan gelar Pahlawan Nasional kepada K.R.H. As’ad Syamsul Arifin sebagai bentuk penghormatan atas jasa-jasanya dalam memperjuangkan kemerdekaan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
