Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Achmad Ardiyansyah

Analisis Perilaku Konsumen pada Pakaian Bekas atau Thrifting Menjelang Lebaran

Bisnis | 2025-04-08 22:03:18

Menjelang Lebaran, perilaku konsumen dalam membeli pakaian mengalami perubahan yang sangat signifikan. Salah satu tren yang semakin populer adalah thrifting, yaitu membeli pakaian bekas atau preloved. Fenomena ini juga tidak hanya mencerminkan perubahan dalam preferensi konsumen, tapi juga menunjukkan dampak sosial dan lingkungan yang lebih luas. Dalam analisis ini, kita akan membahas fenomena yang muncul, data pendukung, teori yang relevan, dan analisis perilaku konsumen terhadap thrifting menjelang Lebaran.

Fenomena yang Dimunculkan

Fenomena yang muncul dalam perilaku konsumen menjelang Lebaran yaitu adalah meningkatnya kesadaran yang akan keberlanjutan. Banyak sekali konsumen, terutama digenerasi muda, mulai menyadari dari dampak negatif dibidang industri fashion terhadap lingkungan. Thrifting menjadi salah satu alternatif yang lebih ramah lingkungan, mengurangi limbah tekstil dan penggunaan sumber daya. Selain itu, dengan meningkatnya suatu harga barang baru, thrifting menawarkan solusi yang lebih tepat dan terjangkau bagi konsumen yang ingin tampil baru dan dengan model yang bervariasi tanpa menguras kantong.

Keunikan dan gaya pribadi juga menjadi faktor yang penting. Pakaian bekas juga sering kali memiliki model yang unik dan vintage, menarik bagi konsumen yang ingin mengekspresikan diri dan tampil berbeda dari yang lain. Budaya ini semakin didorong oleh media sosial, yang di mana banyak influencer dan pengguna platform seperti Instagram, Youtube, dan TikTok menunjukkan hasil belanja mereka, sehingga menarik perhatian lebih banyak konsumen.

Data Pendukung

Data menunjukkan bahwa 63% pembeli pakaian bekas adalah generasi Z dan milenial, karena lebih cenderung memilih produk yang berkelanjutan dan terjangkau. Menurut laporan pasar, industri pakaian bekas diperkirakan akan tumbuh sekitar 24% dalam beberapa tahun ke depan, dengan peningkatan minat menjelang musim perayaan seperti Lebaran. Survei juga menunjukkan bahwa 70% konsumen yang ingin berbelanja pakaian menjelang Lebaran mempertimbangkan untuk membeli pakaian bekas sebagai suatu alternatif.

Teori yang Relevan

Beberapa teori dapat menjelaskan perilaku konsumen dalam konteks thrifting menjelang Lebaran. Yang pertama, Teori Nilai Utilitas menjelaskan bahwa konsumen berusaha memaksimalkan kepuasan dari pembelian mereka. Dalam konteks thrifting, konsumen merasa mendapatkan nilai lebih dengan harga yang lebih terjangkau dan kualitas yang terbaik.

Kedua, Teori Perilaku Konsumen menekankan bahwa keputusan pembelian dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan budaya. Menjelang Lebaran, faktor emosional dan tradisi dapat berperan besar dalam keputusan pembelian pakaian. Ketiga, Teori Identitas Sosial menunjukkan bahwa konsumen sering kali membeli pakaian untuk mengekspresikan diri mereka. Thrifting memungkinkan individu untuk menemukan pakaian yang mencerminkan kepribadian dan gaya hidup mereka, sehingga memberikan kepuasan emosional yang lebih besar bagi konsumen.

Analisis

Perilaku konsumen terhadap thrifting menjelang Lebaran dapat membuat perubahan nilai dan prioritas dalam masyarakat. Kesadaran masyarakat dan dampak lingkungan dari industri fashion semakin mempengaruhi keputusan pembelian. Konsumen tidak selalu mencari pakaian baru, akan tetapi juga pasti mempertimbangkan aspek sosial dan lingkungan dari setiap pilihan mereka.

Selain itu, keinginan untuk tampil menarik dan berbeda juga akan menjadi pendorong yang utama. Pakaian bekas juga memberikan kesempatan untuk menemukan suatu barang yang tidak hanya terjangkau tetapi juga memiliki karakter dan cerita tersendiri. Media sosial juga berperan penting untuk mempopulerkan pakaian thrifting, menciptakan suatu komunitas di mana konsumen dapat berbagi pengalaman dan inspirasi.

Secara keseluruhan, perilaku konsumen terhadap pakaian bekas atau thrifting menjelang Lebaran menunjukkan bahwa konsumen semakin pintar dan kritis dalam memilih suatu produk. Mereka tidak hanya mempertimbangkan harga saja, tetapi juga dampak sosial dan lingkungan dari pilihan yang mereka tentukan, menciptakan tren baru yang pasti berkelanjutan dalam bidang industri fashion.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image