
Saatnya Semesta Melakukan Tobatan Nasuha
Nasihat | 2025-03-18 02:59:53
Di tengah kegembiraan menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan yang penuh berkah, sebagian umat Islam terselip rasa duka. Bencana banjir telah menyapa sebagian wilayah di negeri ini. Terutama daerah Jabodetabek, yakni di Bekasi Raya. Bencana ini menelan kerugian materi hingga mencapai Rp3 triliun. Aktivitas masyarakat pun berhenti total, pusat kegiatan ekonomi tenggelam. Lagi-lagi rakyat yang menjadi korban. Rumah-rumah, harta benda dan fasilitas umum dihantam gelombang banjir.
Penyebab banjir memang dari curah hujan yang sangat tinggi. Namun adanya cerah hujan tinggi yang merupakan fenomena alam mestinya jauh-jauh hari sebelumnya harus diantisipasi dengan berbagai penataan.
Kebijakan pemerintah yang berdasarkan kapitalisme inilah yang menjadikan hilangnya area serapan di perkotaan. Deforestasi terjadi karena kebijakan alih fungsi lahan dengan dalih proyek strategi nasional.
Begitupun daerah aliran sungai yang fungsinya sebagai bentang hidrologis tempat menampung dan mengalirkan air telah mengalami penyempitan dan pendangkalan. Semua ini sebagai imbas dari kemiskinan yang telah diciptakan oleh kapitalisme hingga banyak pemukiman di bantaran sungai.
Saatnya Bertobat
Bencana yang banyak melanda negeri ini semestinya menjadi bahan perenungan dan muhasabah bersama, baik rakyat maupun penguasa. Hal ini selaras dengan apa yang diperingatkan oleh Allah Swt dalam Al-Quran surat Ar-rum 41. Bahwa sejatinya bencana yang ada di bumi ini tak lepas dari perbuatan manusia sendiri.
“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum 41)
Dalam tafsir Imam Ibn Katsir dijelaskan bahwa barang siapa yang berbuat durhaka kepada Allah di bumi, berarti dia telah berbuat kerusakan di bumi, karena terpeliharanya kelestarian bumi dan langit adalah dengan ketaatan. Allah kemudian menguji dengan berbagai musibah sebagai suatu kehendak dari Allah sekaligus sebagai balasan bagi mereka yang durhaka. Yakni agar mereka kembali taat semata pada perintah Allah Swt.
Dari sini, umat dan terutama penguasa wajib memohon ampun atas dosa-dosa yang dilakukan hingga menyebabkan datangnya kerusakan dan bencana. Allah Swt juga mengingatkan bahwa bencana yang datang sejatinya disebabkan ulah manusia sendiri. Dalam Al-Qur'an surat Asy-Syura 30 Allah Swt memberikan penekanan kepada manusia.
"Musibah apa saja yang menimpa kalian adalah akibat perbuatan kalian sendiri. Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahankesalahan kalian)." (TQS asy-Syura 30).
Memang sungguh besar kesalahan yang dilakukan oleh manusia saat ini. Betapa manusia telah melakukan banyak kemaksiatan dan pelanggaran hukum syariat Islam, termasuk di negeri-negeri Islam yang mayoritas penduduknya muslim.
Kezaliman penguasa terhadap rakyat pun kian menjadi-jadi. Rakyat dijadikan sapi perah, dipaksa membayar berbagai pajak, sementara kekayaan alam diserahkan kepada asing untuk dikeruk. Segala kebijakan mesti akan berpihak kepada para pemilik modal dan pihak asing, bukan atas pertimbangan kemaslahatan rakyat. Korupsi pun semakin menggila dilakukan oleh pejabat negara tanpa ada hukuman yang tegas. Namun hukum berlalu begitu keras kepada rakyat.
Masih banyak kezaliman yang ada di depan mata yang membuat manusia harus lebih banyak bertobat dan meminta ampun kepada Rabb semesta alam. Jika memang benar penduduk bumi ini membutuhkan pertolongan Allah Swt, maka harus kembali pada syariat-Nya dibarengi dengan tobatan nasuha dari seluruh rakyat dan terutama penguasa yang berkewajiban mengurus kepentingan rakyat.
Tobat atas segala dosa dan kesalahan selama ini, yaitu telah menjadikan hukum buatan manusia, yaitu kapitalisme sekularisme yang nyata-nyata rusak serta merusak tatanan kehidupan manusia. Sementara hukum-hukum Allah dicampakkan, tidak sedikitpun dilirik untuk menyelesaikan problematika yang dihadapi, termasuk upaya mitigasi untuk mengatasi berbagai bencana. Padahal seluruh aturan Islam adalah solusi bagi umat manusia di dunia.
Saatnya kembali kepada aturan Islam secara kaffah, yakni kembali kepada hukum dalam segala aspek kehidupan. Mengingat penduduk negeri ini mayoritas adalah muslim, tentu saja yang diinginkan tiada lain adalah ampunan serta rida dari Allah yang akan mendatangkan keberkahan serta keselamatan di dunia dan akhirat. Berharap manusia mampu memetik hikmah atas ujian semesta ini dan Allah segera mengangkat wabah mendunia yang telah meluluhlantakkan tatanan global. Lalu berganti dengan tatanan baru, yakni suasana kehidupan Islam di bawah naungan Khilafah.
وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرٰىٓ ءَامَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَآءِ وَالْأَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
“Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’raf 7: Ayat 96).
Wallahu a'lam bish-shawwab.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.