
Kebutuhan Skincare Halal yang Menjadi Tren Masa Kini
Cantik | 2025-03-18 00:10:34
Industri kecantikan saat ini terus berkembang, kini tren skincare halal semakin mendapat perhatian. Tidak hanya wanita muslim tetapi banyak wanita dari berbagai latar belakang yang mulai beralih ke produk halal. Namun, apakah skincare halal hanya sekadar tren atau memang menjadi kebutuhan bagi semua wanita?
Ketika mendengar kata "halal", banyak orang langsung mengaitkannya dengan makanan atau minuman. Padahal, konsep halal jauh lebih luas, termasuk dalam dunia kecantikan. Skincare halal adalah produk perawatan kulit yang tidak hanya bebas dari bahan haram, tetapi juga diproduksi dengan standar kebersihan tinggi sesuai syariat Islam.
Beberapa kriteria skincare halal, seperti terbebas dari bahan haram, diproses dengan cara yang bersih dan etis, serta menggunakan bahan alami yang lebih aman bagi kulit, membuatnya semakin mendapat perhatian di masyarakat. Standar ini tidak hanya menjamin kehalalan produk, tetapi juga memastikan kualitas dan keamanannya bagi para pengguna.
Mengapa skincare halal semakin populer?
Meleknya akan keamanan produk skincare membuat banyak orang yang lebih peduli dengan apa yang mereka aplikasikan ke kulit mereka. Kandungan dalam produk kecantikan tak hanya berpengaruh pada tampilan luar, tetapi juga kesehatan jangka panjang. Skincare halal sering kali dibuat dengan bahan-bahan alami dan lebih minim zat kimia berbahaya, sehingga dianggap lebih aman untuk kulit.
Tren kecantikan kini tidak lagi hanya soal hasil akhir, tetapi juga bagaimana produk itu dibuat. Banyak wanita kini lebih memilih produk dengan konsep clean beauty, yaitu produk yang aman, tidak mengandung bahan berbahaya, serta diproduksi dengan cara yang ramah lingkungan.
Selain itu, ethical beauty, atau kecantikan berbasis etika, juga menjadi perhatian. Konsumen semakin menghindari produk yang diuji coba pada hewan (animal testing) atau menggunakan bahan-bahan yang dieksploitasi secara tidak etis. Skincare halal yang bersertifikat biasanya sudah lolos dari praktik-praktik semacam ini, sehingga menjadi pilihan utama bagi mereka yang peduli terhadap lingkungan dan kesejahteraan hewan.
Menurut laporan dari Grand View Research, industri kosmetik halal global diperkirakan akan mencapai lebih dari USD 50 miliar dalam beberapa tahun mendatang. Tak heran jika banyak brand kecantikan, termasuk yang berasal dari negara-negara non-Muslim, mulai mengembangkan lini skincare halal mereka untuk meraih pasar yang lebih luas.
Negara-negara seperti Malaysia, Uni Emirat Arab, dan Turki menjadi pusat perkembangan industri kosmetik halal dunia. Bahkan, beberapa brand kecantikan ternama yang sebelumnya tidak memasarkan produk halal kini mulai merancang formula baru agar bisa mendapatkan sertifikasi halal dari berbagai lembaga resmi.
Bagi wanita Muslim, skincare halal memberikan ketenangan batin karena sudah sesuai dengan aturan agama. Tidak ada rasa was-was dalam menggunakan produk sehari-hari, baik dalam perawatan kulit maupun dalam rutinitas makeup.
Ditengah maraknya produk berlabel halal di pasaran, bagaimana cara memastikan bahwa produk tersebut benar-benar memenuhi standar halal? Pastikan produk memiliki sertifikasi halal resmi, seperti dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) atau lembaga halal internasional lainnya. Selain itu, memeriksa daftar kandungan yang ada pada skincare juga bisa dilakukan. Beberapa bahan yang perlu dihindari jika ingin menggunakan skincare halal adalah turunan babi, alkohol tertentu, serta kolagen hewani yang tidak disembelih secara syariah. Jika menemukan istilah yang tidak familiar, cari tahu lebih lanjut mengenai asal-usulnya.
Skincare halal bukan hanya sekadar tren, tetapi juga mencerminkan kebutuhan akan produk kecantikan yang lebih aman, etis, dan sesuai dengan nilai-nilai yang diyakini. Dengan semakin banyaknya pilihan di pasaran, kini setiap wanita bisa merawat kulit dengan lebih percaya diri, tanpa rasa ragu.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.