
Puasa dan Pulang ke Asal
Agama | 2025-03-17 23:08:15Catatan Ramadhan # 13
Muhammad Syafi’ie el-Bantanie
(Founder Edu Sufistik)
Sebagian dari kita barangkali lebih sensitif dan perhatian dalam memberikan makan jasad daripada ruhani kita. Saat jasad merasa lapar, kita sigap mencari atau memesan makanan. Kita penuhi hasrat jasad yang meminta makan. Bahkan, kita berikan makanan yang enak dan lezat dengan harga mahal.
Sementara, saat ruhani merana karena lama tak diberi asupan, kita tidak sensitif. Cuek seolah tidak ada masalah. Padahal, dampaknya bisa sangat buruk. Kita bisa menjadi manusia yang hampa ruhani. Tumpul bahkan mati rasa ruhaninya. Merasa tak bersalah meski telah berbuat dosa. Sulit menerima nasihat dan selalu merasa diri benar.
Melalui puasa, Allah hendak meluruskan logika kita yang jungkir balik. Jasad dicampakan sedemikian rupa. Ia tidak dilayani. Minta makan dan minum, tidak diberi. Minta hubungan suami-istri, dilarang sejak terbit fajar sampai terbenam matahari. Sebaliknya, ruhani difasilitasi dengan berbagai amalan berpahala besar. Amalan sunah dinilai dengan pahala wajib. Amalan wajib dinilai sepadan dengan pahala tujuh puluh kali wajib.
Oleh karena itu, mumpung masih tersisa Ramadhan. Pulanglah ke pangkuan Tuhan. Ruhanimu merindu berjumpa dan berdekatan dengan-Nya. Tahukah kau al-insan (manusia) memiliki derivasi kata uns (kemesraan/keintiman). Dia ingin selalu dekat, mesra, dan intim dengan Tuhannya. Kenapa? Karena, dari-Nyalah dia berasal. Maka, pada fitrahnya setiap insan pasti merindu kembali ke asal. Asal yang sejati. Sumber kehidupan yang hakiki.
Oleh karena itu, sejauh apapun kau melupakan ruhanimu dan terpedaya memanjakan jasadmu. Pulanglah kepada Tuhan. Sadarilah bukan fisik dan rupamu yang menjadi ukuran Tuhan. Dalam pandangan-Nya, yang bernilai dari dirimu adalah hatimu dan amalmu.
Wallaahu a’lam
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.