
Jurnalisme: Pilar yang Hampir Runtuh, Dibungkam, dan Dihilangkan
Riset dan Teknologi | 2025-03-16 02:22:00
Jurnalisme itu keras. Bukan sekadar menulis berita lalu duduk santai menikmati kopi. Ini adalah perang tanpa peluru, pertempuran tanpa jeda melawan kebohongan yang merajalela. Dari zaman ke zaman, para jurnalis berdiri di garis depan, menulis sejarah dengan darah, keringat, dan tinta. Tapi sekarang? Sekarang jurnalisme lebih mirip hiburan murahan—konten viral, berita pesanan, dan suara-suara yang dikendalikan oleh segelintir orang berkepentingan. Sialan! Ini bukan jurnalisme yang dulu kami kenal.
Jurnalisme: Alat Karya, Bukan Mengemis!
Dulu, jurnalis adalah anjing penjaga demokrasi. Mereka menggonggong ketika melihat kebusukan, mencabik-cabik kemunafikan para penguasa. Sekarang? Banyak yang hanya duduk manis, menunggu amplop tebal atau tepukan di punggung dari orang-orang yang seharusnya mereka awasi. Mengapa? Karena jurnalisme telah direduksi menjadi bisnis. Berita bukan lagi tentang kebenaran, tapi tentang rating, klik, dan iklan. Jika jurnalis datang hanya untuk mengisi 'bensin' alias sekadar mencari nafkah, maka marwah profesi ini sudah mati.
Persetan dengan Jurnalisme Kapitalis!
Dunia ini sudah gila. Berita utama hari ini bukan lagi tentang skandal atau kejahatan penguasa, tapi tentang artis kawin-cerai atau tren TikTok terbaru. Sial! Apa gunanya menjadi jurnalis kalau hanya jadi juru bicara korporasi atau alat propaganda? Di mana suara rakyat? Di mana cerita-cerita yang mengguncang dunia?
Mengembalikan Jurnalisme ke Jalan yang Benar
Jurnalisme sejati harus kembali ke akarnya: brutal, jujur, dan tanpa kompromi. Jika perlu, kita harus menulis dengan darah dan kemarahan. Menggali kebenaran dari lumpur kebohongan, menampar para pejabat dengan fakta, dan menyalakan api revolusi dengan kata-kata. Tidak ada ruang bagi jurnalis pengecut. Jika takut, lebih baik jualan gorengan.
Jurnalisme bukan pekerjaan untuk mereka yang ingin nyaman. Ini adalah panggilan bagi mereka yang siap menanggung risiko, yang berani berdiri di tengah badai. Dan jika dunia ingin membungkam kita? Biarkan mereka mencoba. Karena selama masih ada satu jurnalis yang berani menulis kebenaran, jurnalisme belum mati—belum sepenuhnya hilang dalam kegelapan.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.