
Jomblo: Aib atau Anugerah di Era Milenial?
Gaya Hidup | 2025-02-14 01:58:08
Sobat retizen, pernah nggak sih merasa "dihakimi" karena status jomblo? Di era yang serba cepat ini, makna jomblo seolah bergeser jauh. Dulu, jomblo mungkin identik dengan "perawan tua", “perjaka ting-ting” atau "tidak laku". Tapi sekarang, jomblo jadi semacam status yang bikin sebagian remaja merasa insecure.
Masa sih nggak punya pacar dianggap ketinggalan zaman, nggak gaul, bahkan dicap sok alim? Padahal, kalau dipikir-pikir, jomblo itu justru kesempatan emas buat kita, lho!
Jomblo: Momentum Hijrah dan Produktivitas
Dalam Islam, jomblo itu fase di mana seseorang belum mampu menikah. Nah, daripada pacaran yang berujung maksiat, mending kita manfaatkan waktu buat hal-hal positif, seperti:
- Mengembangkan diri: Jomblo itu waktu yang tepat buat upgrade skill, kejar passion, dan gali potensi diri.
- Fokus ibadah: Tanpa gangguan pacar, kita bisa lebih khusyuk beribadah dan mendekatkan diri pada Sang Pencipta.
- Menghindari dosa: Pacaran itu godaannya banyak, Sobat! Mulai dari pegangan tangan, pelukan, sampai hal-hal yang seharusnya dilakukan setelah menikah. Naudzubillah
Seperti sabda Nabi, "Sebagian dari keindahan keislaman seseorang adalah meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat" (HR. Ibnu Majah). Jomblo itu kesempatan kita untuk meninggalkan hal-hal yang nggak bermanfaat dan fokus pada tujuan hidup yang lebih besar.
Jomblo Sampai Halal: Sebuah Pilihan Mulia
Sobat Kompasiana, jangan sampai terjebak dalam mindset "jomblo itu aib". Justru, jomblo itu anugerah! Kita bisa lebih bebas mengembangkan diri, fokus meraih cita-cita, dan yang terpenting, terhindar dari dosa.
Yuk, kita galakkan gerakan "Jomblo Sampai Halal" Jomblo bukan berarti nggak laku atau nggak gaul. Jomblo adalah pilihan untuk menjaga diri dan hati sampai Allah pertemukan dengan jodoh yang tepat.
Hari Kasih Sayang: Bukan Cuma Buat Pacar
Hari Kasih Sayang itu momen yang tepat buat kita menebar cinta dan kasih sayang, bukan cuma buat pacar, tapi juga buat keluarga, sahabat, bahkan diri sendiri. Kalau nggak punya pacar, bukan berarti kita nggak bisa merayakan Hari Kasih Sayang.
Justru, di momen ini kita bisa menunjukkan kasih sayang kita dengan cara yang lebih bermakna. Misalnya, dengan membantu sesama, memberikan perhatian kepada orang tua, atau menghabiskan waktu berkualitas bersama sahabat.
Kesimpulan
Sebagai seorang remaja, saya melihat fenomena "jomblophobia" ini cukup memprihatinkan. Seolah-olah, kebahagiaan seseorang ditentukan oleh status hubungannya. Padahal, banyak kok orang jomblo yang hidupnya bahagia dan sukses.
Saya sendiri memilih untuk jomblo sampai halal. Bukan berarti saya anti-sosial atau nggak suka bergaul. Tapi, saya percaya bahwa jodoh itu sudah diatur oleh Allah. Tugas saya adalah mempersiapkan diri menjadi pribadi yang lebih baik, agar kelak bisa menjadi pasangan yang sholeh/sholehah bagi jodoh saya.
Semoga artikel ini bisa memberikan inspirasi bagi Sobat Kompasiana, khususnya para jomblo, untuk tetap semangat dan percaya diri. Ingat, jomblo itu bukan aib, tapi anugerah! (hes50)
Salam retizen
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
Komentar
Gunakan Google Gunakan Facebook