
Managing Environmental Stress for a Better Commuting Experience
Edukasi | 2025-02-13 00:10:48KRL yaitu Kereta Rel Listrik di Jabodetabek merupakan salah satu moda transportasi utama bagi banyaknya Masyarakat urban di Indonesia. Akses yang mudah, harga terjangkau, serta jangkauan yang luas menjadikan KRL pilihan transportasi sehari-hari bagi jutaan komuter. Meskipun KRL menawarkan efisiensi dalam hal waktu dan biaya, masalah kepadatan yang tinggi di dalam kereta menjadi tantangan serius. Terutama pada jam-jam sibuk. Masalah ini tidak hanya mengganggu kenyamanan fisik penumpang, tetapi juga berdampak pada kesehatan mental mereka. Kondisi ini juga terkait erat dengan stres lingkungan, konsep yang dijelaskan dalam buku Environmental Psychology (Steg & Groot, 2019).

Sepanjang tahun 2023 PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) mencatat bahwa jumlah pengguna KRL commuter line mencapai 331 juta penumpang, mengalami peningkatan sebesar 38% dari tahun sebelumnya yaitu 242,66 juta penumpang (Santika, 2024). Meskipun angka ini menunjukkan pemulihan setelah pandemi Covid-19, volume pengguna KRL pada tahun 2023 masih sedikit di bawah periode sebelum pandemi, yaitu pada tahun 2018 dan 2019 yang masing-masing mencapai 336,79 juta dan 336,27 juta penumpang (Santika, 2024). Sebagian besar pengguna KRL berasal dari Jabodetabek, dengan jumlah mencapai 290 juta pengguna pada tahun 2023. Stasiun-stasiun besar seperti Manggarai dan Tanah Abang mencatat volume transit yang sangat tinggi, terutama pada jam sibuk. Pada 1 Januari 2024, volume transit di Stasiun Manggarai mencapai 230,86 ribu pengguna, menunjukkan bahwa stasiun ini menjadi titik krusial dalam alur mobilitas masyarakat (Santika, 2024).
Menurut Linda Steg dalam Environmental Psychology: An Introduction, kepadatan (crowding) adalah kondisi psikologis di mana seseorang merasa bahwa jumlah orang di sekitarnya melebihi preferensinya terkait ruang pribadi (Steg & Groot, 2019). Dalam konteks KRL Jabodetabek kepadatan ini sering kali dirasakan ketika gerbong kereta melebihi kapasitas nyaman yang dapat ditoleransi oleh penumpang.
Steg juga menekankan bahwa stres lingkungan muncul ketika individu merasa tidak memiliki kendali atas lingkungan sekitarnya terutama dalam situasi yang tidak nyaman seperti kebisingan atau ruang yang sempit (Steg & Groot, 2019). Kepadatan di KRL yang mengurangi kemampuan penumpang untuk mengatur ruang pribadi yang merupakan salah satu bentuk nyata dari stres lingkungan. Kondisi ini dapat meningkatkan tingkat stres psikologis yang mereka alami.
Beberapa faktor utama memicu kepadatan di KRL Jabodetabek. Salah satunya adalah pertumbuhan jumlah penumpang yang terus meningkat. Pada tahun 2023 volume penumpang KRL Jabodetabek mencapai 290 juta orang yang mencerminkan peningkatan pasca-pandemi (Suyaman et al., 2021).
Keterbatasan infrastruktur juga turut berkontribusi terhadap masalah ini. Meskipun jumlah perjalanan KRL sudah ditingkatkan menjadi 1.100 perjalanan per hari pada tahun 2023, pertumbuhan tersebut masih belum cukup untuk mengimbangi lonjakan jumlah pengguna (Santika, 2024) . Selain itu, stasiun-stasiun utama seperti Manggarai dan Tanah Abang menjadi titik krusial di mana volume transit penumpang sangat tinggi, sehingga menambah tekanan pada sistem transportasi yang ada (Stephen, 2001).
Faktor lainnya adalah keterbatasan moda transportasi alternatif di Jakarta. KRL dianggap sebagai opsi transportasi yang paling efisien dalam hal waktu dan biaya, sehingga banyak masyarakat lebih memilih KRL meskipun harus menghadapi kondisi kepadatan (Fleury-Bahi et al., 2017).
Kepadatan di KRL memberikan dampak yang signifikan terhadap fisik dan psikologis pengguna. Secara fisik kondisi penuh sesak akan menyebabkan stres fisiologis yang dirasakan penumpang, seperti peningkatan tekanan darah, kelelahan, dan ketidaknyamanan yang timbul dari kurangnya ruang gerak di dalam kereta(Steg & Groot, 2019). Kondisi ini disebabkan oleh lingkungan yang tidak mendukung, di mana penumpang merasa ruang geraknya terbatas dan kontrol mereka atas situasi menurun. Menurut Linda Steg, stres fisiologis sering kali diperparah oleh ketidakmampuan seseorang untuk menghindari kondisi tersebut, seperti yang dialami oleh penumpang KRL selama jam sibuk (Steg & Groot, 2019).
Secara psikologis, kepadatan sering kali menimbulkan stres mental. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rozali et al. (2024), kepadatan dapat memicu agresi dan mengurangi tingkat kontrol diri penumpang. Ketika ruang pribadi terinvasi dan emosi sulit dikelola banyak penumpang melaporkan perasaan cemas, tegang, dan mengalami konflik interpersonal. Penelitian ini juga menemukan adanya korelasi antara tingkat kepadatan dan peningkatan perilaku agresif di dalam KRL, terutama pada penumpang dengan kontrol diri rendah (Rozali et al., 2024).
Selain itu, faktor psikologis lain seperti persepsi terhadap kualitas layanan dan motivasi psikologis juga mempengaruhi keputusan pengguna untuk tetap menggunakan KRL meskipun menghadapi kondisi penuh sesak. Penelitian menunjukkan bahwa persepsi ini memainkan peran penting dalam bagaimana pengguna merespons situasi kepadatan (Suyaman et al., 2021).
Stres lingkungan yang diakibatkan oleh kebisingan, gerakan terbatas, dan interaksi sosial yang tidak diinginkan membuat pengguna KRL cenderung menarik diri dari interaksi sosial. Ini sesuai dengan temuan Steg bahwa dalam kondisi kepadatan, orang cenderung mengalami penurunan kontak sosial dan menghindari percakapan sebagai bentuk coping terhadap stres (Steg & Groot, 2019).
Untuk mengatasi masalah kepadatan di KRL Jabodetabek, beberapa solusi perlu segera diterapkan. Salah satu solusi yang paling mendesak adalah penambahan rangkaian kereta dan peningkatan frekuensi perjalanan, terutama pada jam-jam sibuk. Dengan penambahan rangkaian dan perjalanan, penumpang dapat lebih tersebar, sehingga mengurangi tingkat kepadatan di dalam gerbong (Stephen, 2001).
Desain ulang gerbong kereta juga menjadi salah satu langkah penting untuk mengatasi masalah ini. Desain gerbong yang lebih efisien, seperti penambahan ruang berdiri atau pengaturan ulang tempat duduk, dapat membantu mengurangi tekanan akibat kepadatan di dalam kereta. Dengan menciptakan ruang yang lebih nyaman dan mengurangi invasi ruang pribadi, potensi stres lingkungan dapat diminimalkan (Steg & Groot, 2019).
Selain itu, kampanye kesadaran sosial sangat diperlukan untuk meningkatkan kesadaran penumpang tentang pentingnya menjaga ketertiban dan kenyamanan bersama. Edukasi publik yang mendorong penumpang untuk tidak memaksakan diri masuk ke gerbong yang sudah penuh, serta memberikan prioritas kepada kelompok yang lebih membutuhkan, dapat membantu mengurangi stres yang disebabkan oleh perilaku tidak tertib (Suyaman et al., 2021).
Kepadatan yang terjadi di KRL Jabodetabek memberikan dampak nyata terhadap kesehatan fisik dan mental penggunanya. Stres fisiologis dan psikologis yang timbul akibat kepadatan dapat menurunkan kualitas hidup pengguna dan meningkatkan risiko gangguan kesehatan mental. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya terpadu yang mencakup penambahan kapasitas kereta, perbaikan desain ruang, serta kampanye kesadaran sosial untuk menciptakan perjalanan yang lebih nyaman bagi seluruh pengguna. Dengan solusi yang tepat, diharapkan penggunaan KRL dapat terus berkembang secara efisien dan memberikan kenyamanan bagi penumpangnya.
Daftar Pustaka
Fleury-Bahi, G., Pol, E., & Navarro, O. (2017). Handbook of Environmental Psychology and Quality of Life Research. Springer International Publishing. https://doi.org/10.1007/978-3-319-31416-7
Rozali, Y. A., Yohana, T., & Sitasari, , Novendawati Wahyu. (2024). Aggression and Self-Control in Crowded Commutes: A Study of Electric Train Passengers in JABODETABEK. Pakistan Journal of Life and Social Sciences (PJLSS), 22(1). https://doi.org/10.57239/pjlss-2024-22.1.00104
Santika, E. F. (2024, January 15). Pengguna KRL Commuter Tembus 331 Juta Orang Sepanjang 2023. Databoks. https://databoks.katadata.co.id/-/statistik/f54f1b2e0e9f668/pengguna-krl-commuter-tembus-331-juta-orang-sepanjang-2023
Steg, L., & Groot, I. M. DE. (2019). Environmental Psychology (L. Steg & I. M. DE Groot, Eds.; Second). John Wiley & Sons Ltd. http://psychsource.bps.org.uk
Stephen, R. (2001). Blackwell Handbook of Social Psychology: Group Processes (M. A. Hogg & R. S. Tindale, Eds.). Blackwell Publishers Ltd .
Suyaman, D. J., Martini, N., Muslihat, A., & Jaelani, R. (2021). The effects of different factors influencing commuterline in Indonesia. International Journal of Data and Network Science, 6(1), 281–284. https://doi.org/10.5267/j.ijdns.2021.8.005
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.