Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Miftah Rinaldi Harahap

Radikalisasi Warga: Sebuah Peringatan untuk Penguasa

Politik | 2025-02-06 21:11:53

Ak, ayo kita pukulin pejabat." Ucap seorang pedagang Warmindo kepadaku. Padahal saat itu aku baru saja sampai dan hendak pesan makanan. "Ak, kok pejabat nyusahin mulu, ya ? Untuk gas saja aku harus menempuh jarak sekian sekaligus antri untuk mendapatkannya. "Apa memang pejabat - pejabat ini belum cukup buat rakyat kecil seperti aku susah?" Tanyanya kepadaku.

Akhirnya, aku tidak jadi pesan makanan. Aku memutuskan untuk pesan segelas kopi saja. Aku duduk lalu mengeluarkan sebuah buku dari dalam tas ku. Sedari tadi aku belum memberi respon terhadap ucapan serta pertanyaannya.

Segelas kopi tiba di meja ku. Aku mengaduk kopi itu perlahan. Sambil sesekali membaca buku yang ada ditangan ku. Suasana senyap hanya ada suara televisi yang sedari tadi mengabarkan tentang pejabat tolol yang mengomentari soal kematian warga akibat kebijakan tolol yang ia terapkan. Perlahan tapi pasti ia kembali bertanya kepadaku, "bagaimana Ak? Bukankah tulisan mu mengatakan perlu ada pejabat yang terkena amuk massa agar perubahan itu bisa segera terjadi?"

https://www.kompas.com/tren/read/2025/02/02/080000765/elpiji-3-kg-tak-lagi-dijual-di-pengecer-mulai-1-februari-2025-jumlah?page=all

Mendengar hal itu, aku langsung menyeruput kopi yang ada di atas meja ku. Ketika hendak meletakkan gelas kopi itu kembali ke atas meja, ia kembali menyergah dengan mengatakan; " Aku tadi lihat ada warga yang memaki Mentri yang tak tau diri itu. Aku lega walaupun tak puas karena seharusnya ia menghantamkan tabung gas yang ada di tangannya itu ke kepala Mentri tak diri itu. "

Aku kembali membaca buku sembari mendengar keluhan pedagang ini. Aku tidak merespon satu kata pun. Sebab yang ia perlukan adalah warga yang mau mendengar kegelisahannya. Dia terus meluapkan kekesalannya. Sementara itu, televisi terus mengabarkan para pejabat yang seolah - olah peduli terhadap persoalan gas ini. Padahal warga tahu bahwa kepedulian mereka itu hanya lip service semata.

Tak ketinggalan kabar dari seorang pimpinan DPR tolol pun ikut dikabarkan oleh televisi. Pimpinan DPR tolol itu mengatakan bahwa kebijakan soal gas ini bukanlah kebijakan dari Presiden.

Hari semakin sore, suara orang - orang yang mengaji di masjid sudah sayup - sayup terdengar. Sementara si pedagang burjo ini masih terus meluapkan kekesalannya. Aku menutup buku yang ku baca. Sembari mempersiapkan kalimat untuk menanggapi kekesalannya yang begitu mendalam.

Akhirnya, aku pun memberi tanggapan dengan mengatakan percayalah keadaan pasti akan segera membaik. Sementara itu, kau dan aku sebagai sesama warga hanya perlu merawat semua kegelisahan dan kekesalan ini sampai momentum itu tiba.

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image