Budaya Populer dalam Iklan
Humaniora | 2025-02-03 07:40:46
Hampir setiap hari, dunia sekeliling kita dibombardir dengan iklan-iklan yang hadir di ruang kita. Apapun bentuk dan wujudnya setiap hari menerpa kita. Seakan tidak memberikan kesempatan pada kita untuk melihat secara pelan. Semuanya ada, iklan-iklan yang hadir beragam mulai dari makanan, minuman, baju, transportasi sampai pada iklan yang bernuansa jasa.
Terkadang iklan yang menerpa membuat kita kesal, karena mengganggu acara-acara utama dalam media televisi siaran maupun dalam media sosial youtube bahkan dalam suatu aplikasi sekalipun yang sedang kita gunakan. Dapat kita bayangkan ketika kita sedang serius mencerna tentang suatu program acara diskusi, talk show ataupun hiburan film sekalipun. Hampir setiap menit iklan muncul di tengah-tengah tayangan. Di belahan dunia manapun logika dasar televisi memang demikian: menghipnotis orang sedemikian rupa, hingga mereka tunduk di bawah kekuasaannya, untuk kemudian digiring berbondong-bondong agar mengkonsumsi produk-produk yang ditawarkan (Mc Quail, 2002)
Namun kitapun tidak bisa menolak, karena faktanya informasi iklan-iklan yang datang, hadir dan menerpa kita terkait dengan kebutuhan kita dalam keseharian. Minimal iklan- iklan yang kita pirsa menjadi bahan referensi bagi kita didalam memutuskan untuk membeli barang atau jasa berdasarkan terpaan iklan yang kita terima.
Secara lebih khusus iklan-iklan yang muncul melalui televisi siaran terkait dengan budaya populer. Dimana dalam budaya populer semua iklan- iklan yang hadir terkait dengan budaya masa dalam konteks kekinian seperti : fashion, life style, kuliner, music Budaya popular hadir dalam iklan sebagai cerminan nilai-nilai, minat dan gaya hidup masyarakat luas yang di tayangkan melalui televisi siaran maupun media sosial. Strinati (2007) Budaya populer lahir atas kehendak media (ideologi kapitalistik) dan perilaku konsumsi masyarakat. Media berperan sebagai penyebar informasi yang mempopulerkan suatu produk budaya. Akibatnya, apapun yang diproduksi oleh media akan diterima oleh publik sebagai suatu nilai (budaya) bahkan menjadi kiblat panutan masyarakat.
Budaya populer hadir sebagai konsekuensi dari kemajuan dan perkembangan jaman yang tidak bisa kita hindari, mengingat semua yang ada dalam budaya populer (iklan) terkait dengan apa yang menjadi kebutuhan kita dalam keseharian. Namun tanpa kita sadari ada nilai-nilai baru yang di sampaikan oleh iklan menjadi salah satu bagian dari kehidupan kita. Bisa jadi menggerus nilai-nilai budaya adiluhung yang telah kita miliki secara turun temurun dari nenek moyang kita.
Budaya populer bagian kehidupan kita
Tidak dapat kita hindarkan, budaya populer sudah ada dalam kehidupan kita sehari-hari mengingat informasi-infomasi yang kita dapatkan hampir setiap hari dari televisi siaran dan media sosial. Selaras dengan pendapat Fitryarini (2009) Ia pun hadir di mana saja, kapan saja, seolah selalu mengikuti ke mana gerak melangkah. Iklan bukan hanya hadir sebagai produk dari barang tertentu, tetapi lebih jauh lagi merupakan kata-kata persuasif yang mengajak konsumen mengikuti kemauan pembuat iklan.
Ketika kita ingin mencoba makanan mie dan minuman praktis, coba kita pantengkan televisi kita atau media sosial tentang mie dan minuman praktis plus agar-agar bulat didalamnya, maka akan muncul beragam pilihan misal untuk iklan minuman boba produk tertentu pasti akan muncul dan hadir didepan mata kita, dengan ragam tampilan serta rasa. Begitu pula apabila kita menginginkan baju-baju dan model rambut tertentu akan bermunculan produk baju maupun merk-merk shampo rambut tertentu yang dapat digunakan secara praktis, melalui para model-model artis.
Ketika kita membeli dan menggunakan iklan budaya populer, terasa ada kepuasan fisik dan psikis tertentu. Secara fisik dalam makanan membuat kita kenyang, dalam pakaian dan model rambut membuat kita seolah-olah lebih keren tampilannya. Secara psikis ada kepuasan batin tersendiri karena kita mengikuti arus trend tertentu, dapat kita bayangkan kekuatan persuasif budaya iklan populer yang dihadirkan oleh televisi siaran maupun media sosial mampu mengalahkan kekuatan rasionalisme kita untuk menghadapinya.
Pengulangan yang dilakukan oleh budaya populer melalui iklan-iklan televisi siaran dan media sosial yang terus-menerus, mendorong rasio kita pada keinginan-keinginan hasrat untuk penasaran dan selalu ingin mencoba dan mencoba, karena didalamnya terdapat nilai kepuasan dan kebanggaan tertentu, menurut versi masing-masing yang menkonsumsinya.
Sikap yang seharusnya
Apabila kita tidak mampu mengelola rasio terhadap keinginan budaya populer iklan, tentunya salah satunya akan memunculkan budaya konsumerisme, apapun ingin selalu kita konsumsi tidak peduli merk makan, minuman, pakaian apapun yang muncul ingin selalu kita gunakan. Walaupun misal kita berlebihan materi dalam keuangan, Namun hal tersebut menjadi suatu kebiasaan yang akan menggerus kebiasaan kita yang sudah biasa kita kelola dengan baik sebelumnya, mengenai kebutuhan dan hasrat keinginan kita.
Kita tidak bisa menutup diri dengan penetrasi budaya populer yang begitu masifnya masuk pada ranah-ranah personal kita, karena merupakan suatu keniscayaan yang benar-benar hadir disekeliling kita, sebagai akibat konsekuensi perkembangan kemajuan jaman yang di topang oleh kemanjuan teknologi komunikasi saat ini. Harus ada upaya sikap dari kita secara konsisten untuk menghadapi budaya populer agar budaya populer iklan yang hadir di depan kita dapat dikelola dengan baik. Sehingga ada suatu keseimbangan mengenai apa yang kita butuhkan dan kita inginkan didasari oleh rasio yang baik.
Kemampuan kita untuk bersikap kritis dan selektif diperlukan sehingga kita mampu menyeleksi pesan-pesan dari budaya populer dengan pertimbangan-pertimbangan rasional serta dikaitkan dengan budaya adiluhung yang selama ini kita anut. Memilih bentuk budaya populer yang terdapat didalamnya isi kerbermanfaatan untuk kita.
Keterbukaan kita tetap ada namun dengan cara-cara yang adaptif, artinya kita akan menerima apapun budaya populer iklan pada kita namun dengan penyesuaian-penyesuaian yang disesuaikan dengan realitas kondisi kita.
Selalu bijak dalam menyaring informasi-onformasi budaya populer iklan oleh kita, membatasi menggunakan televisi siaran dan media sosial dalam waktu-waktu tertentu secara teratur dan tidak non stop. Sehingga kebiasaan aktifitas kita diluar bisa kita lakukan secara positif.
Kita semua bisa melakukannnya..
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.
