
Demi Waktu: Ketika Usia Bertambah
Agama | 2025-02-02 12:26:26
"Demi masa, sungguh, manusia berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.(QS. AlAshr 1-3)
Bumi terus berputar, Beruntunglah orang-orang yang memperbaharui semangatnya dalam setiap pergantian waktu. Menjaga niatnya tetap dalam kebaikan & menemukan Allah SWT dalam setiap langkahnya.
Ya pergantian waktu yang terjadi setiap saat, hari, minggu, bulan bahkan tahun, tentu bukanlah sekedar sebuah peristiwa rutin dan sebuah kemestian belaka. Namun ia harus dipandang dan disikapi sebagai sebuah momentum yang memberikan kesempatan bagi kita untuk mendapatkan pelajaran dan perbaikan bagi diri kita masing-masing. Di antara pelajaran itu adalah bahwa sesungguhnya sebagian waktu dan kesempatan yang diperuntukkan kepada kita telah semakin berkurang dan mendekati masa berakhirnya, yang kita sendiri tidak tahu kapan akan terjadi. Sehubungan dengan itu, Allah SWT sebagaimana di banyak ayat Al_qur`an mengingatkan akan pentingnya memperhatikan waktu tersebut, di antaranya :
“Dialah Allah yang menjadikan malam dan siang silih berganti untuk memberi kesempatan kepada orang yang ingin mengingat (mengambil pelajaran) atau orang yang ingin bersyukur” (Al-Furqan : 62)
Demikian juga Rasulullah SAW. bersabda:
"Tidaklah melangkah kaki seorang anak Adam di hari kiamat sebelum ditanyakan kepadanya empat perkara: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, tentang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dihabiskan, dan tentang ilmunya untuk apa dimanfaatkan." (HR. Tirmidzi)
Terkait dengan usia itu, Rasulullah SAW. menjelaskan :
"Sebaik-baiknya manusia ialah yang panjang umurnya dan baik amalnya, sedangkan seburuk-buruknya manusia adalah yang panjang umurnya tetapi buruk amal perbuatannya." (HR. Tirmidzi)
Ulama kharismatik, Dr. Yusuf Qardhawi, menjelaskan tiga karakteristik waktu, sehingga kita harus berhati-hati dalam memanfaatkannya.
1. Waktu itu berlalunya cepat sekali
Waktu berjalan tanpa menanti siapa pun dan kondisi apa pun. Pada saat kematian datang, maka tahun-tahun dan ikatan-ikatan hidup yang sudah dijalin sirna secara sekejap. Demikian juga ketika di hari akhir nanti :
“Pada hari mereka menyaksikan hari berbangkit itu, mereka merasakan seolah-olah tidak tinggal di dunia melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari”. (An-Nazi’at : 46)
2. Waktu yang berlalu tidak akan mungkin kembali lagi.
Hasan al Basri melukiskan dengan kata mutiaranya, “Tidak ada satu hari pun yang merekah fajarnya melainkan ia memanggil-manggil, “Wahai anak Adam aku adalah mahluk baru, dan atas amal perbuatanmu aku menjadi saksi. Oleh karenanya ambilah bekal dariku. Sesungguhnya aku apabila telah berlalu tak akan pernah kembali lagi sampai hari kiamat”.
3. Waktu itu adalah harta yang paling mahal bagi seorang muslim.
Kalau orang bilang, “waktu adalah uang”, ternyata islam memandang lebih dari itu. Hasan al Banna mengatakan, “Ia adalah kehidupan! Kehidupan manusia adalah waktu yang dihabiskan sejak saat kelahiran hingga datang kematian”.
Karena begitu berharganya, kita juga harus mewaspadai penyakit-penyakit yang akan membunuh waktu, antara lain :
1. Penyakit lalai
Allah Swt. memperingatkan :
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka jahanam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kebesaran Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakan untuk mendengarkan (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai”.(Al-A’raf :179).
2. Penyakit menunda-nunda
Ketika kita diminta untuk segera melakukan suatu pekerjaan, kata yang paling gampang adalah, “nanti” atau “ntar”, yang tanpa rasa bersalah meluncur dari mulut kita.
Hasa al Basri mengatakan, ”Jauhilah olehmu menunda-nunda, karena engkau bersama harimu ini bukan bersama hari esokmu. Maka jika engkau pun bersama hari esokmu, jadilah engkau pada hari esokmu seperti keadaanmu di hari ini. Dan jika engkau tak lagi memiliki hari esok, maka engkau pun tak akan menyesali kelalaianmu di hari ini”.
Penyakit lalai dan menunda-menunda ini perlu kita renungkan secara seksama karena tidak ada jaminan kita akan hidup di esok hari.
“Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila datang waktu kematiannya”. (Al Munafiqun : 11)
Selain itu, kita pun terkadang dihadapkan dengan adanya gangguan-gangguan yang datang tiba-tiba, seperti diingatkan Rasulullah Saw. :
“Ightanim khomsan qobla khomsin syabaabaka qobla haromika, wa sihhataka qobla saqomika, wa ghinaka qobla faqrika, wa farooghoka qobla syughlika, wa hayaataka qobla mautika”
“ Pergunakan lima perkara sebelum datang lima perkara (yang lain): masa mudamu sebelum masa tuamu, sehatmu sebelum datang sakitmu, kekayaanmu sebelum datang kefakiranmu. kesengganganmu sebelum datang kesibukanmu, hidupmu sebelum datang kematianmu (HR. Al Hakim).
Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda:
“Dua nikmat, yang kebanyakan manusia tertipu dengan keduanya, yaitu kesehatan dan waktu luang.” (HR. Al-Bukhari)
Karena begitu banyak mudharat akibat melalaikan dan menunda-nunda waktu, maka sebagai muslim seyogyanya kita :
“Dan bersegeralah kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada syurga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertaqwa.” (Al Imran : 133).
Khalifah Umar bin Khattab pernah berkata: "Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah amal-amal kalian sebelum ditimbang. Bersiaplah menghadapi hari yang amat dahsyat. Pada hari itu segala sesuatu yang ada pada diri kalian menjadi jelas, tidak ada yang tersembunyi."
Seraya berdo’a seperti tuntunan Rasulullah SAW. “ Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari derita dan kesedihan, dan aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan.”
Demi waktu, bersegeralah menuju kebaikan! Karena tidak ada jaminan bahwa esok hari kita masih ada. Wallahu’alam bishawab. Om@
_____________________________
*) Seorang guru tinggal di Parung. Disarikan dari berbagai sumber.
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.