
Menjelang Satu Abad Ikhwanul Muslimin
Politik | 2025-02-01 17:40:08
Pergerakan Ikhwanul Muslimin didirikan pada 22 Maret 1928 ; 96 tahun yang lalu di Ismailia, Mesir. Organisasi yang awalnya bergerak di bidang pendidikan dan dakwah ini, dalam perkembangannya menjadi pergerakan bersifat politik (siyasah), bahkan pengaruhnya tidak hanya di negara kawasan Timur Tengah, tetapi sudah menyebar ke berbagai penjuru dunia, artinya Ikhwan telah menjadi gerakan berkarakter trans nasional, yang melintasi batas-batas teritorial suatu negara.
Ikhwanul Muslimin didirikan oleh Hasan al-Banna bersama enam rekannya, yaitu Hafidz Abdul Hamid, Ahmad al-Hushary, Fuad Ibrahim, Ismael Izz, Zaki al-Maghriby, dan Abdurrahman Hasbullah. Uniknya mereka itu bukan berasal dari kaum elit di Mesir, masing-masing dari mereka berprofesi sebagai guru, tukang kayu, tukang potong rambut, tukang setrika, tukang kebun, montir, dan sopir (Mahmud, 1997). Keenam rekan Hasan al-Banna itu mengusulkan pendirian organisasi dakwah, setelah mereka melihat metode dakwah al-Banna sangat unik, diluar kebiasaan para penjuru dakwah ketika itu.
Hasan al-Banna mengawali gerakan dakwahnya di kedai-kedai kopi (qahwa), tempat ramai banyak dikunjungi oleh masyarakat Mesir, ketika sedang rehat dari rutinitas pekerjaan sehari-hari, kedai kopi telah menjadi tempat berkumpulnya berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pekerja, pedagang, hingga intelektual. Kedai kopi menjadi tempat yang dapat menjangkau orang-orang dari berbagai latar belakang.
Hasan al-Banna menyampaikan dakwah Islam di keramaian itu menggunakan tutur bahasa halus dan mudah dimengerti serta dipahami masyarakat, yang membuat metode dakwah al-Banna banyak disukai dan digemari, di dalam narasi dakwahnya ia tidak pernah menyinggung kelompok Islam lain, serta tidak mempermasalahkan masalah khilafiyah atau ikhtilaf yang ada di tengah-tengah umat Islam, al-Banna lebih mencari titik temu dari pada perbedaan, persatuan umat Islam menjadi tujuan utama dakwah dilakukan al-Banna (Al Qaradhawi, 1999).
Pendidikan (Tarbiyah)
Dari misi mempersatukan umat Islam inilah akhirnya nama Ikhwanul Muslimin di pilih, memiliki arti persaudaraan Islam, sebagai nama dari kelompok dakwah yang dirikan al-Banna, tujuan dari dakwah Islam menurut Ikhwan bersatupadunya seluruh umat di dalam tali persaudaraan kuat dan kokoh. Salah satu karakteristik dakwah Ikhwan adalah melakukan pembinaan dan pendidikan (tarbiyah) kepada umat, tidak heran jejak dakwah pergerakan ini banyak terfokus pada bidang pendidikan, dari semenjak didirikan Ikhwan memiliki ribuan sekolah di Mesir saat itu, sampai akhirnya istilah tarbiyah menjadi jargon utama atau “trade mark” pergerakan Ikhwanul Muslimin, membedakan dari kelompok Islam lain, istilah tarbiyah dan Ikhwanul Muslimin seperti dua sisi dari satu mata uang logam, yang tidak terpisahkan (Matta, 2006).
Ikhwan dikenal melalui kegiatannya di dunia pendidikan (tarbiyah) dan politik (siyasah), kedua bidang ini menjadi identitas dari gerakannya. Pembinaan (tarbiyah) merupakan program utama dari Ikhwanul Muslimin, karena pembinaan dan pendidikan menjadi satu-satunya metode dinilai dasar perubahan menuju kebaikan serta pembaharuan, menurut al-Banna tanpa tarbiyah cita-cita dalam membangun kehidupan Islami tidak mungkin bisa terwujud.
Melalui metode tarbiyah Ikhwanul Muslimin berhasil melakukan pencapaian yang spektakuler, terbentuknya sebuah generasi yang memahami Islam, meyakininya secara mendalam, dan mempraktikkan dalam diri dan keluarganya (Al-Qaradhawi, 2005).
Dampak dari sistem pendidikan (tarbiyah) yang terintegrasi dengan nilai-nilai Islam, menjadikan wajah dunia Islam kontemporer terus mendekat ke spiritualisme, lewat pemikiran Ikhwan yang tersebar ke berbagai negara, membuat nilai sekulerisme dari dunia barat tidak bisa mengakar di dunia Islam, sistem pendidikan berbasis keagamaan dikembangkan Ikhwan ini telah sukses menegasi ideologi sekulerisme itu.
Inspirasi Politik Islam
Persentuhan Ikhwanul Muslimin dengan aktivitas politik, tidak bisa dilepaskan dari latar belakang Mesir pada saat itu dibawah kolonialisme Inggris, al-Banna memiliki keyakinan politik bisa menjadi strategi kelompok Islam di dalam membebaskan tanah airnya dari belenggu kolonialisme dan imperialisme dunia barat.
Bahkan al-Banna pernah menulis di dalam karyanya gerakan Islam jangan menjauhi politik, seorang muslim harus mengerti dan memahami politik dengan baik, menjadi keniscayaan bagi gerakan Ikhwan, bahwa seorang muslim itu harus terlibat di dalam kegiatan politik (Al Qaradhawi, 2018). Pemikiran Ikhwan tentang pentingnya umat Islam memasuki dunia politik, dikemudian hari banyak mempengaruhi pergerakan Islam di berbagai negara untuk turut terlibat di dalam sistem demokrasi, Ikhwan tercatat menjadi salah satu pergerakan Islam (harakah Islamiyah) yang mengawali Islam dipahami sebagai ideologi politik di era kontemporer, al-Banna meyakini keuniversalan Islam di dalam mengatur seluruh aspek kehidupan umat manusia, dari ekonomi, politik, budaya, dan lain-lain (Shboul, 2023).
Salah satu gerakan terpengaruh pemikiran Ikhwan adalah Gerakan Pandangan Nasional (Milli Gorus Hareketi) di Turki, yang didirikan Necmettin Erbakan, gerakan ini kemudian menjadi Partai Refah (Partai Kesejahteraan), memenangkan pemilu nasional pada tahun 1995. Kemenangan Partai Refah mengantarkan Erbakan menjadi Perdana Mentri Turki, tetapi kemenangan kelompok Islam politik ini berakhir singkat, terjadi kudeta militer dari kelompok sekuler (kemalis) menuduh Partai Refah membahayakan dan mengancam sistem sekulerisme di Turki (Najib, 2019).
Pasca kudeta militer kelompok Islam politik kemudian mendirikan AKP (Adalet Ve Kalkinma Partisi), dibawah kepemimpinan Recep Tayyip Erdogan, murid dari Necmettin Erbakan. Meskipun kemudian AKP memiliki perbedaan “makna” atas ideologi Ikhwan dari Partai Refah, partai berlogo lampu bohlam ini bercorak partai kanan tengah (konservatif), tetapi kelompok Erdogan tetap terkategori sebagai kelompok politik muslim (muslim politics) memberikan inspirasi bagi kelompok Islam di berbagai negara di dalam pengelolaan negara. Sejak tahun 2002 AKP menjadi partai penguasa di Turki, sehingga mampu merubah wajah Turki dari sekulerisme garis keras menjadi ramah pada kemunculan simbol-simbol keagamaan (Sandhiyudha, 2013).
Pengaruh pemikiran Ikhwan juga masuk ke Tunisia, tokohnya adalah Rached Ghannouchi, mendirikan Partai An-Nahdhah, berawal dari partai Islam kemudian berubah menjadi Post-Islamisme (Merone, 2023). Perubahan ini tidak bisa melepaskan diri, bahwa identitas Partai An-Nahdhah tetap mewakili kelompok Islam politik yang berwajah moderat (wasathiyyah), artinya keterlibatan Ghannouchi dan kelompoknya di dalam dunia politik, membuktikan tesis pemikiran al-Banna, bahwa gerakan Islam harus terlibat di dalam aktifitas politik. Partai An-Nahdhah merupakan pemenang pemilu pertama pasca Arab Spring di Tunisia. Secara tidak langsung al-Banna menghendaki perubahan politik itu secara gradual dan bertahap, melalui sistem demokrasi, kelompok Islam politik bisa turut berpartisipasi memberikan kontribusi nyata di dalam membangun negerinya.
Gerakan Anti Kolonialisme
Ikhwanul Muslimin sebagai gerakan trans-nasional, mampu melebarkan pengaruh ideologinya ke seluruh penjuru dunia, terutama ke negara-negara Islam. Pengaruh Ikhwanul Muslimin sangat kuat di wilayah Jalur Gaza dan Haifa, dua daerah dimana pertama kalinya cabang Ikhwanul Muslimin didirikan di bumi Palestina. Pergerakan Ikhwanul Muslimin di Jalur Gaza dan Haifa bergerak dalam bidang sosial seperti memberikan pelayanan kesehatan, menyantuni kaum dhu’afa, mendirikan lembaga dakwah, dan membangun sarana pendidikan.
Salah seorang tokoh Ikhwanul Muslimin Palestina adalah Syekh Ahmad Yassin, sebelum ia mendirikan Hamas, cabang Ikhwan di negara itu bernama al-Mujama al-Islamiyah, baru kemudian bertepatan aksi intifadah pada tahun 1988 secara resmi Syekh Ahmad Yassin mendirikan Hamas (Harakat al-Muqawama al-Islamiyya) atau Gerakan Perlawanan Islam, di dalam komunikenya Hamas menyatakan bagian dari pergerakan Ikhwanul Muslimin Mesir. Hamas memulai aktifitas gerakannya dari masjid, menghidupkan kembali fungsi masjid seperti zaman Nabi Muhammad SAW, dengan mengintensifkan berbagai pertemuan-pertemuan, seperti kegiatan mempelajari Al-Qur’an beserta tafsirnya, pembentukan halaqah dzikir, serta mengkaji khazanah ilmu pengetahuan Islam seperti mempelajari fiqih dan sirah nabawiyah (Izzuddin, 1993).
Selain menjadikan masjid tempat beribadah dan mempelajari Islam, Hamas juga menjadikan masjid tempat belajar (sekolah) bagi anak-anak Palestina, menyediakan perpustakaan menghimpun ribuan referensi ilmu pengetahuan, yang dapat diakses masyarakat, serta menyediakan sarana latihan fisik atau berolah raga (Izzuddin, 1993). Setelah berhasil membentuk basis massa di masjid-masjid, mereka mendirikan berbagai lembaga-lembaga sosial, dari perhimpunan pelajar dan mahasiswa, mendirikan sekolah-sekolah dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, serta menerbitkan buku-buku pemikiran Islam, dengan tujuan memotivasi perjuangan dan memobilisasi satu pemikiran (fikrah), bahwa Islam adalah satu-satunya solusi bagi bangsa Palestina.
Karena mendapat tekanan militer dari Israel akhirnya Hamas membentuk sayap militer bernama Izzuddin al-Qassam, sebuah nama diambil dari pahlawan Palestina yang syahid dibunuh kolonialis Inggris. Brigade Izzuddin al-Qassam dikenal memiliki militansi serta disiplin tinggi para anggotanya, mereka mempunyai kemampuan berperang sangat mumpuni, akibat sering berkonfrontasi dengan tentara Israel, Izzuddin al-Qassam memiliki rekam jejak peperangan sangat panjang, menambah pengalaman serta kemampuan bertempur di medan peperangan, terakhir kesuksesan mereka melakukan Operasi Badai Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 yang menggetarkan dunia, Hamas berhasil mematahkan mitos militer Israel itu kuat dan tak terkalahkan, dalam tempo beberapa jam ternyata al-Qassam berhasil memasuki wilayah pendudukan Israel dari darat, laut, dan udara.
Menjelang satu abad eksistensinya pada tahun 2028 nanti, gerakan Ikhwan bisa merefleksikan dirinya terhadap perjalanan, tantangan, dan peranannya di dunia Islam selama ini, kiprah mereka di dalam berbagai bidang telah merubah wajah dunia Islam kontemporer, banyak pergerakan di dunia Islam terinspirasi dari ideologi dan metode dakwahnya.
Referensi Artikel
1. Al-Qaradhawi, Y. (2005). Tarbiyah Hasan Al-Banna Dalam Jamaah Al-Ikhwan Al-Muslimun. Rabbani Press.
2. Al Qaradhawi, Y. (1999). 70 Tahun Al-Ikhwan Al-Muslimun : Kilas Balik Dakwah Tarbiyah dan Jihad (Jakarta). Pustaka Al-Kautsar.
3. Al Qaradhawi, Y. (2018). Tarbiyah Politik Hasan al-Banna Referensi Gerakan Dakwah di Kancah Politik. Ihsan Media.
4. Mahmud, A. A. H. (1997). Ikhwanul Muslimin Konsep Gerakan Terpadu. Gema Insani Press.
5. Matta, A. (2006). Menuju Cahaya Recik-Recik Tarbiyah dan Dakwah. Fitrah Rabbani.
6. Merone, F. (2023). Post-Islamism Politics in Tunisia. In A Fledgling Democracy (pp. 87–102). Oxford University Press. https://doi.org/10.1093/oso/9780197661635.003.0004
7. Izzuddin, Ahmad. (1993). Hamas Intifadlah Yang Di Lindas Gema Insani Press, Jakarta.
8. Najib, M. (2019). Jalan Demokrasi : Pengalaman Indonesia, Turki, dan Mesir. Penerbit Republika.
9. Sandhiyudha, A. (2013). Inspirasi Turki Untuk Indonesia : Renovasi Negeri Madani. Duta Media Tama.
10. Shboul, H. A. (2023). The theory of “al-Hakimiyyah Lillah” transformed Islam from a religion into a political ideology. JOURNAL OF LAW AND POLITICAL SCIENCES (JLPS), 39(4 September 2023).
Disclaimer
Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.