Clock Magic Wand Quran Compass Menu
Image Range King

Penyesalan tak Berujung: Kisah Bitcoin yang Terbuang Sia-Sia

Alkisah | 2025-01-31 19:35:08

Di sebuah kantor kecil yang penuh dengan tumpukan kertas dan komputer berdebu, ada dua teman akrab yang selalu berbagi cerita—Rizal dan Doni. Mereka berdua bekerja sebagai admin IT, tetapi yang lebih sering mereka lakukan adalah bermain game online saat bos tidak melihat.

Awal Mula: Bitcoin yang Diremehkan

Suatu hari di tahun 2010, Rizal datang ke meja Doni dengan wajah sumringah.

“Bro, gue punya Bitcoin 3019 biji! Gratisan, gue dapet dari mining di laptop kantor!” seru Rizal penuh semangat.

Doni, yang saat itu sedang sibuk menaikkan level karakternya di game online, hanya melirik malas.

“Bitcoin? Apaan tuh? Bisa beli nasi padang nggak?” tanya Doni santai.

“Belum bisa sih, tapi gue baca-baca katanya bisa ditukerin sama sesuatu,” kata Rizal sambil membuka browser yang lemotnya lebih parah dari jam kerja hari Senin.

Setelah beberapa jam mencari informasi (dan selingan bermain game), Rizal menemukan fakta menarik: Bitcoin bisa ditukar dengan voucher game. Ia langsung beralih ke Doni dengan mata berbinar-binar.

“Bro, lo kan sering beli voucher game. Kasih tahu dong cara nukernya!” pinta Rizal.

Doni langsung menutup layar monitornya dan pura-pura tidak mendengar.

“Eh, gue lupa ada kerjaan. Nanti gue bantu ya,” katanya sambil kabur ke pantry.

Kenyataannya, Doni tahu cara menukar Bitcoin ke voucher game, tapi dia malas memberitahu Rizal. “Ah, paling cuma duit receh. Biar aja dia pusing sendiri,” pikirnya.

Tahun Berganti, Penyesalan Datang

Waktu pun berlalu. Rizal lupa dengan Bitcoin-nya, harddisk tempat penyimpanannya rusak, dan hidup berjalan seperti biasa. Hingga akhirnya, di tahun 2024, Doni sedang scroll berita di ponselnya sambil menikmati kopi di meja kerja.

"Harga Bitcoin tembus Rp1,2 Miliar per koin!"

Doni hampir tersedak kopinya. Matanya membelalak membaca angka itu. Ia langsung mengingat kejadian 14 tahun lalu dan ingat betapa Rizal punya 3019 Bitcoin.

“Tunggu... 3019 kali 1,2 miliar... ITU BERAPA NIH?!?”

Doni langsung mencabut kalkulator dari laci dan mengetik cepat. Hasilnya membuat jantungnya hampir copot.

3.622.800.000.000 Rupiah.

Mata Doni berkaca-kaca. Tangannya gemetar. Ia menoleh ke arah Rizal yang sedang santai makan gorengan di meja kerja.

“Bro ” panggil Doni pelan.

“Apaan?” Rizal masih asik mengunyah.

“Lo masih inget Bitcoin lo?”

“Bitcoin? Eh iya, yang dulu itu ya? Kayaknya harddisk-nya udah gue buang, laptopnya juga udah jadi besi tua. Kenapa emangnya?”

Doni menggenggam dadanya, napasnya mulai berat.

“Lo sadar nggak itu sekarang setara 3,6 triliun?”

Rizal menghentikan kunyahannya. Gorengan hampir jatuh dari tangannya.

“Tiga TRILIUN?” ulangnya dengan suara tercekat.

“IYA!” Doni hampir menangis. “KALO WAKTU ITU GUE KASIH TAU CARA NUKERNYA, KITA UDAH JADI SULTAN, BRO!”

Mereka berdua saling menatap dengan wajah penuh penderitaan. Kantor yang tadinya terasa pengap kini semakin menyempit. Udara jadi berat. Hidup mereka tidak akan pernah sama lagi.

Dan di sudut ruangan, monitor tua yang dulu digunakan Rizal untuk mining Bitcoin hanya bisa diam menjadi saksi bisu dari sebuah penyesalan terbesar dalam hidup mereka.

Moral dari Kisah Ini:

  1. Jangan remehkan sesuatu yang belum kamu pahami. Bisa jadi, hal yang kamu anggap sepele hari ini akan bernilai besar di masa depan.
  2. Jangan malas berbagi ilmu. Kadang, membantu teman bisa membawa keberuntungan yang lebih besar.
  3. Selalu backup data penting. Siapa tahu, suatu hari nanti itu bisa menyelamatkan masa depanmu!

Dan yang paling penting... kalau punya Bitcoin, JANGAN DITUKERIN VOUCHER GAME! ????????

Thanks for reading this:)

Disclaimer

Retizen adalah Blog Republika Netizen untuk menyampaikan gagasan, informasi, dan pemikiran terkait berbagai hal. Semua pengisi Blog Retizen atau Retizener bertanggung jawab penuh atas isi, foto, gambar, video, dan grafik yang dibuat dan dipublished di Blog Retizen. Retizener dalam menulis konten harus memenuhi kaidah dan hukum yang berlaku (UU Pers, UU ITE, dan KUHP). Konten yang ditulis juga harus memenuhi prinsip Jurnalistik meliputi faktual, valid, verifikasi, cek dan ricek serta kredibel.

Copyright © 2022 Retizen.id All Right Reserved

× Image